HASIL PENELITIAN TERAPI NUTRISI PADA GANGGUAN PARU OBSTRUKTIF MENAHUN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Penggunaan Karbohidrat dalam Menghasilkan Energi
Advertisements

ADEKUASI HEMODIALISIS (URR) dan STATUS NUTRISI : MALNUTRISION INFECTION SCORE (MIS) PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER.
PERAN OLAHRAGA PADA PENYAKIT DEGENERATIF OSTEOPOROSIS
Nutrisi pada Penyakit Kardiovaskuler
DASAR-DASAR DIETETIK KLINIK
DASAR DIETETIK untuk pasieN
Menghitung kalori.
OLAHRAGA PADA BERBAGAI PENYAKIT
PREVENTIF DAN PROMOTIF PADA OBESITAS
BAB 7 Sistem Pernapasan.
BAJU WIDJASENA BAGIAN K3 FKM UNDIP
TERAPI CAIRAN PADA NEONATUS DAN BAYI/ANAK
Mungkinkah tidak punya gejala DM tapi dinyatakan menderita DM ? Mungkinkah punya gejala DM tapi dinyatakan tidak menderita DM?
terapi oksigen dan tata laksana jalan napas
KEBUTUHAN TERNAK Kebutuhan hidup pokok (maintenance): kebutuhan nutrien basal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang minimal tanpa melakukan.
PARENTERAL & ENTERAL NUTRISI Oleh : Yonrizal Nurdin
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milleu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milleu interior berupa darah.
Agar Gula Darah Tetap Stabil
KEBUTUHAN NUTRISI ITIK
ENCEPHALITIS.
Gagal Jantung Akibat Obesitas Masalah kegemukan atau obesitas nyatanya tak hanya mencederai estetika bentuk tubuh, tapi juga sejumlah fungsi organ tubuh.
Lemak dan protein Hindari daging berlemak
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
BY : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns
MEKANISME PERTUKARAN OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA
PENGATURAN MEKANISME BERNAFAS PADA MANUSIA
Kelas VIII Oleh: Agustaman Sistem pernafasan APERSEPSI INDIKATOR
Makanan Untuk Mendapatkan Berat Badan yang Ideal
KECEPATAN METABOLISME DAN PENGUKURANNYA
Sistem Kardiovaskular dan Gizi
OLEH: Ns. Titik Anggraeni, S.Kp.,M.Kes.
VOLUME UDARA PERNAFASAN
DIETETIK PADA PRE& POST OPERASI
MALNUTRISI Abdullah Luthfi (D ) Agistha Ghina R (D ) Dini Rizki (D )
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT
PELAYANAN GIZI PASIEN RAWAT INAP RAWAT JALAN.
4. NUTRIEN UNTUK TERNAK (UDARA DAN AIR)
ALUR ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP
Mencaritahu Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kolesterol Darah
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI (Bag.I) & FISIKA DALAM SISTEM RESPIRASI
FAAL KERJA: METABOLISME & KAPASITAS KERJA
GIZI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN
Pengantar Biopsikologi – KUL VI
STANDAR MAKANAN RUMAH SAKIT
Tatalaksana Diabetes Melitus
Congestive Heart Failure /CHF
DIET PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAND
Ambil 2 sendok makan beras merah, bilas dengan air bersih.
ANESTESIOLOGI Dr. H. Chilafat Dalimunthe SpAn Departemen Anestesiologi
GIZI PADA LANSIA Oleh : SILVIA MELINI
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELECTROLIT
Congestive Heart Failure /CHF
CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI BAGI TUBUH IDEAL DAN SEHAT
DIABETES MELLITUS “The Best Prescription is Knowledge"
TERAPI CAIRAN PARENTERAL
ASSALAMMU’ALAIKUM WR. WB
ALUR ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP
Atika Yasmine Wulandari Herlinda Puspitasari
SEROSIS HEPATIS Ariana. D
PERNAFASAN / RESPIRASI
1.Oksigen konsentrator 2. Syring pump Nama:POPPY APRILIA ALKES.
SINDROM NEFROTIK Oleh: Aidan.
TINJAUAN MEDIS PUASA TERHADAP BEBERAPA PENYAKIT
Terapi Gizi: Hitung kebutuhan kalori, protein, lemak
MALNUTRISI.
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
TEKNIK KOMUNIKASI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI
TATALAKSANA DIET PADA PASIEN PERIOPERATIF
Penatalaksanaan fitoterapi terhadap penyakit hipertensi Elmilia pitriana A farmasi.
Transcript presentasi:

HASIL PENELITIAN TERAPI NUTRISI PADA GANGGUAN PARU OBSTRUKTIF MENAHUN LUKY DWIANTORO

Nutrisi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dianggap penting pada pasien gangguan pernafasan karena pasien penyakit paru pada umumnya akan jatuh dalam keadaan malnutrisi, dan menurun-kan fungsi paru akibat hilangnya kekuatan otot-otot respirasi dan menurunnya ka-pasitas ventilasi; selain itu akan juga men-ganggu sistem imunitas.

Insiden malnutrisi pada pasien paru obstruktif kronik ketika dirawat di RS adalah sekitar 50%, dan yang sudah tidak dirawat adalah 25%; jika pasien mengalami kegagalan pernafasan akut 60%nya akan mengalami malnutrisi

Masalah terpenting dalam pemberian nutrisi pada pasien gangguan respirasi adalah saat nutrisi oral tidak adekuat; pemberian secara parenteral akan justru menurunkan fungsi saluran pencernaan. Tetapi pemberian secara enteralpun juga bisa memberikan efek samping yang berhubungan dengan hipercapnia akibat produksi CO2 berlebihan serta efek aspirasi

Penelitian tentang pemberian nutrisi bagi pasien gangguan respirasi seperti pada penyakit paru obstruktif kronik atau COPD mulai banyak dilakukan. Pada prinsipnya penatalaksanaan nutrisi pada pasien COPD dapat diaplikasikan pula pada pasien dengan penyakit respirasi lainnya.

Referensi terbaru yang dikeluarkan oleh ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition tahun 2006, menulis bahwa pemberian karbohidrat dengan komposisi 50­60% jutsru akan meningkatkan nilai Respiratory Quotient atau RQ yaitu meningkatkan produksi CO2 dari hasil pemecahan glukosa, yang nilainya 1,0;

nilai RQ glukosa paling tinggi dibandingkan dengan lemak dan protein yaitu 0,7 dan 0,8; dengan demikian pemakaian karbohidrat terlalu banyak akan mempercepat pasien menggunakan ventilator.

Disebutkan pula bahwa nutrisi enteral rendah karbohidrat dan tinggi protein meningkatkan berat badan setelah pemberian 8 minggu. Penatalaksanaan terapi nutrisi bagi pasien paru obstruktif menahun dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik : komposisi makronutrien yang disarankan adalah karbohidrat 35 ­ 50%, protein 35-50% dan lemak 15­20%.

Guideline atau rekomendasi ESPEN tersebut memang sanga berbeda dengan rekomendasi di sumber-sumber referensi beberapa tahun sebelumnya. Dalam Thorax tahun 1992 disebutkan pemberian karbohidrat pada pasien penyakit paru obstruktif bisa sampai 52%; juga di salah satu jurnal European Respiratory Journal tahun 1996, disebutkan bahwa karbohidrat pada pasien penyakit paru yang direkomendasikan adalah 60-70%.

Pernah diteliti pula mengenai perbandingan penggunaan karbohidrat dosis rendah dan dosis tinggi pada pasien obstruktif paru menahun selama 3 minggu menggunakan parameter fungsi paru. Pasien dalam penelitian adalah 60 pasien COPD dengan BB rendah yaitu kurang dari 90% BB ideal, kemudian pasien diacak dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Formula tinggi karbohidrat (15% protein, 20-30% lemak dan 60-70% karbohidrat) dibandingkan dengan sediaan rendah karbohidrat (16.7% protein, 55.1% lemak dan 28.2% karbohi-drat) diberikan secara oral pada sore hari sebagai bagian dari diet.

Fungsi paru diukur melalui tekanan volume ekspirasi 1 detik atau volume udara ekshalasi pada ekspirasi maksimal, ventilasi per menitnya, konsumsi Oksigen per unit per waktu dan produksi CO2 un-tuk menghitung RQ/Respiratory Quotient dan juga pemeriksaan gas darah yaitu pH, tekanan CO2 dalam arteri dan tekanan O2 dalam arteri yang dilakukan saat baseline dan setelah 3 minggu.

Hasilnya : fungsi paru-paru turun bermakna serta volume ekspirasi meningkat bermakna pada kelompok tinggi lemak dan rendah karbohidrat dibandingkan yang menggunakan tinggi karbohidrat.

Metaanalisis pemberian nutrisi bagi pasien paru pernah dibuat oleh Cochrane Aiways Group, bersumber dari 272 referensi dan 9 penelitian acak buta ganda mengenai suplementasi nutrisi bagi pasien kronik obstruktif paru dan pengaruhnya terhadap pengukuran antropometrik, fungsi paru, otot pernafasan dan kapasitas fungsi pasien dalam melakukan ak- tivitas;

disimpulkan bahwa terapi nutrisi bagi pasien paru obstruktif menahun tidak memberikan efek perbaikan antropometri serta fungsi paru dan perbaikan kapasitas fungsional pasien.