anggota M Mukhdor Al Faruq Intan Retno Dewanti Atina Husnayain Priska Hapsari W Helda Budiyanti Lisa Uktolseya Ayu Tyas Purnamasari Aryanti Ardiningrum Rizky Maharja Cholifatun Ni'mah Nano Susanto
Menurut Pitirim Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkies). Perwujudanya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Pendapat Max weber yang menyatakan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise. Dasar pembentuk stratifikasi sosial yaitu ukuran kekayaan, ukuran kewenangan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
STRATIFIKASI SOSIAL KEKAYAANKEKUASAANKEHORMATANILMU PENGETAHUAN
Mata pencaharian masyarakat desa Leces adalah Petani sebanyak jiwa, buruh tani sebanyak 927 jiwa, buruh industri 198 jiwa, pedagang 136 jiwa, PNS 96 jiwa, dan TNI 23 jiwa. Tenaga medis yang ada di desa Leces diantaranya adalah 1 bidan desa, 3 perawat, dan 1 dukun bayi. Stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan di Desa Leces ditinjau dari beberapa dusun dibagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan atas, lapisan tengah, dan lapisan bawah.
Di Dusun Gulgulan : KH. Ghozali F. dan KH. Zainal Alim sebagai tokoh agama Di Dusun Bukbulu : Bpk. Awadi (ketua RT), Bpk. Ahmad ( ketua LKMD / LKD) dan Bpk. Burdi (ketua BPD) merupakan perangkat desa. Di Dusun Krajan : RT 2 (Bapak Kyai Mahfud), RT 10 (Bapak Kyai Misnadi), RT 11 (Bapak Kyai Sasmito) dan RT 13 (Bapak Kyai Marie) sebagai ketua RT dan sebagian Kyai.
4. Di Dusun Gentengan : Pak Lukminto sebagai anggota Badan Perwakilan Desa dan Ketua Pertanian, Pak Budiharyo sebagai anggota BPD dan Pak Ali sebagai imam dalam pengajian 5. Di Dusun Kolla : tokoh agama seperti Kyai Ilyas, Kyai Supar, Bapak Haji Tur selaku Imam di Masjid. 6. Di Dusun Leces Permai tokoh masyarakat yang memiliki kekuasaan tinggi dan disegani yaitu ketua RW dan ta’mir masjid.
Dusun Gulgulan : Rahmad Hidayatullah (ketua RT 1), Hadrawi / Saudah (ketua RT 2), Umar (ketua RT 3), Suliyati (ketua RT 4), Nurul (ketua RT 5), Sutinggal/Yuswaningsih (ketua RT 6), M. Syafi’i (ketua RT 7) dan kader posyandu Bu Yuswaningsih. Karena posyandu dan kegiatan kemasyarakatan cukup aktif sehingga membantu mempengaruhi pola pikir masyarakat.
Mayoritas penduduk Desa Leces berprofesi sebagai petani dan yang lain sebagai pegawai, guru, pedagang, peternak. Salah satu contoh, di Dusun Gentengan yaitu petani, guru, pedagang, dan tukang becak Dusun Leces Permai yaitu pegawai PT. Kertas Leces, pensiunan, dan guru.
UraianLaki-lakiPerempuanJumlah Tidak/ belum sekolah * Tidak/ belum tamat SD/ MI * SD/ MI SMP/ MTs SMA/ SMK AK/ D1, D2, D S S22-2
Masyarakat Pedesaan Masyarakat Perkotaan
Gemeinschaft atau paguyuban adalah pola masyarakat yang ditandai dengan hubungan anggota-anggotanya bersifat pribadi, sehingga menimbulkan ikatan yang sangat mendalam dan batiniah, misalnya pola kehidupan masyarakat pertanian umumnya bersifat komunal yang ditandai dengan ciri-ciri masyarakat yang homogen, hubungan sosialnya bersifat personal, saling mengenal, serta adanya kedekatan hubungan yang lebih intim.
Masyarakat desa leces kecamatan leces kabupaten probolinggo termasuk dalam Gemeinschaft karena hubungan antar warga di desa leces masih sangat kental, tebukti denga adanya kegiatan karang taruna, PKK dusun, PKK RT dan lain-lain. Selain itu juga masih banyak kegiatan keagamaan karena mayoritas masyarakatnya beragama islam. Karakteristik masyarakat desa leces kecamatan leces kabupaten probolinggo : 1.Sebagian besar bekerja sebagai buruh dan petani 2.Hubungan antar warga masyarakat masih sangat kental karena kegiatan bersama masih banyak
Masyarakat Lebih modern, pengobatan terpusat pada puskesmas leces. Dukun hanya 3 dan sudah bermitra dengan bidan setempat. Dukun hanya untuk perawatan ibu dn bayi. Memilih persalinan ke bidan karena alasan keamanan persalinan. Pola asuh dan gizi sudah baik, didukung dengan pelayanan puskesmas yang optimal. Karena kasus bayi kurang gizi sudah jarang ditemui
masyarakat leces tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas. Tebukti dengan tidak adanya laporan IMS dari masyarakat leces. Lokalisasi terdekat sering melakukan skrinning secara sadar sehingga penyebaran penyakit mudah dipantau Kebiasaan warga adalah menuruti perintah dari perangkat desa dan menganggap keputusan ketua adalah yang terbaik
Ada organisasi informal bernama Rukun kepaten merupakan perkumpulan untuk mengaji dan shalawatan. Kegiatannya ada tahlilan dan ceramah (diikuti oleh ibu-ibu) dan tahlilan saja yang diikuti bapak-bapak. untuk masalah kesehatan lingkungan terutama mengenai SPAL masyarakat masih melakukannya dengan sederhana. Masyarakat masih membuang limbah di tempat- tempat kubangan, pekarangan samping atau belakang rumah. Kebiasaan untuk BAB di jamban sudah baik karena setiap rumah sudah memiliki jamban, baik yang model cemplung ataupun jongkok.
S: 1.Masyarakat sudah bisa memahami fungsi antara tenaga medis dan dukun yang bermitra dengan bidan. 2.Kehidupan masyarakatl eces berkelompok atau paguyuban 3.Kebiasaan BAB sudah baik karena di setiap rumah tangga ada jamban baik jamban cemplung maupun jongkok. 4.Masyarakat desa Leces sifatnya homogen yang menandakan hubungan kerjasama yang baik antarmasyarakat 5.Tingkat partisipasi Kerja tergolong tinggi 6.Kondisi lingkungan baik. 7.Pekerjaan mayoritas petani 8.sadar akan kesehatan W: 1.masyarakat masih terbiasa membuang limbah rumah tangga di tempat- tempat kubangan, pekarangan samping atau belakang rumah. 2.Fasilitas kesehatan kurang. 3.Tenaga medis dan non medis kurang. 4.dependency ratio tergolong tinggi O: 1.Tiap dusun terdapat pengajian rutin sebagai sarana berkumpul warga. 2.Terdapat banyak PKK yang dapat membantu perekonomian penduduk. 3. Lokasi dekat dengan kabupaten. 4.Terdapat organisasi informal seperti pengajian dan tahlilan rutin pada setiap desa. 5.menuruti perintah dari perangkat desa dan menganggap keputusan ketua adalah yang terbaik 6.Penghasilan hasi pertanian menjadi peluang peningkatan penghasilan per kapita. T: 1.Tingkat pendidikan tergolong rendah 2.Mudah terserang penyakit 3.tenaga non medis kurang
Strenght321 Masyarakat sudah bisa memahami fungsi antara tenaga medis dan dukun yang bermitra dengan bidan. ✔ Kehidupan masyarakatl eces berkelompok atau paguyuban ✔ Kebiasaan BAB sudah baik karena di setiap rumah tangga ada jamban baik jamban cemplung maupun jongkok. ✔ Tingkat partisipasi Kerja tergolong tinggi ✔ Kondisi lingkungan baik. ✔ Masyarakat desa Leces sifatnya homogen. ✔ Sadar akan kesehatan ✔ Pekerjaan mayoritas petani ✔ 431 3x3=93x4=121x1=1 22
Weakness321 masyarakat masih terbiasa membuang limbah rumah tangga di tempat- tempat kubangan, pekarangan samping atau belakang rumah. ✔ Fasilitas kesehatan kurang. ✔ Tenaga medis dan non medis kurang. ✔ dependecy ratio tergolong tinggi ✔ 311 3x3=92x1=61x1= 1 16
Opportunity321 Tiap dusun terdapat pengajian rutin sebagai sarana berkumpul warga. ✔ Terdapat banyak PKK yang dapat membantu perekonomian penduduk. ✔ Lokasi dekat dengan kabupaten. ✔ Terdapat organisasi informal seperti pengajian dan tahlilan rutin pada setiap desa. ✔ menuruti perintah dari perangkat desa dan menganggap keputusan ketua adalah yang terbaik ✔ Penghasilan hasi pertanian menjadi peluang peningkatan penghasilan per kapita. ✔ 31 3x3=93x2=61x1= 1 16
Threat321 Tingkat pendidikan tergolong rendah ✔ Mudah terserang penyakit ✔ tenaga non medis kurang ✔ 3x32x01x
Internal Factor Analysis Summary (IFAS): S + W = 22 + (-16) = 6 (x) Eksternal Factor Anaysis Summary (EFAS): O + T = 16 + (-9) = 7 (y) Berada pada Kuadran I (SO) strategi “agresif” Di mana Desa Leces ini memiliki situasiyang menguntungka, masih memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk keberlangsungan hidup. Jadi,Desa Leces dengan kondisi seperti ini baiknya memperhatikan pertumbuhan desa pada umumnya, dengan cara mempertahankan posisi situasi yang ada dan memperluas kegiatan-kegiatan yang sifatnya membangun atau meningkatkan produktifitas desa, baik untuk masyarakat maupun desa itu sendiri.