BAB-4 PERSEPSI
PERSEPSI PERSEPSI adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi ransangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran. Disini kita akan melihat pada (1) proses persepsi, mengidentifikasi tiga tahap utamanya; (2) proses yang mempengaruhi persepsi; dan (3) atribusi (attribution), yaitu proses dengan mana kita mengartikan perilaku kita sendiri dan orang lain.
PROSES PERSEPSI Terjadinya Stimulasi Alat Indra Stimulasi Alat Indra Diatur Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi
TERJADINYA STIMULASI ALAT INDRA (SENSORY STIMULATION) Pada tahap pertama alat-alat indra di stimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara music. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita. Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan. Meskipun kita memiliki kemampuan pengindraan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.
STIMULASI TERHADAP ALAT INDRA DIATUR Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity), atau kemiripan: Orang atau pesan yang secara fisik mirip satu sama lain dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan (unit). Sebagai contoh, kita mempersepsikan orang yang sering kita lihat bersama-sama sebagai satu unit (sebagai satu pasangan). Demikian pula, kita mempersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai satu unit dan menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Kita menyimpulkan bahwa kedua pesan tersebut berkaitan menurut pola yang sudah tertentu.
STIMULASI TERHADAP ALAT INDRA DIATUR Prinsip yang lain adalah kelengkapan (closure): Kita memandang atau mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataannya tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Sebagai contoh, kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran sebagai lingkaran penuh meskipun sebagian dari gambar itu tidak ada. Demikian pula, kita melengkapi pesan yang kita dengar dengan bagian-bagian yang tampaknya logis untuk melengkapi pesan itu.
STIMULASI ALAT INDRA DITAFSIRKAN-DIEVALUASI Langkah ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
PROSES YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI Teori Kepribadian Implisit Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya Aksentuasi Perseptual Primasi-Resensi Konsistensi Stereotipe
Teori Kepribadian Implisit Bacalah pernyataan-pernyataan singkat berikut ini. Tandailah karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut: John bergairah, memiliki rasa ingin tahu yg besar, dan (cerdas, kurang cerdas) Mary berani, tegar, dan (ekstrover, introver) Joe periang, lincah, dan (langsing, gemuk) Jane menarik, cerdas, dan (disukai, tak disukai orang) Susan ramah, positif, dan (menarik, tidak menarik) Jim ganteng, tinggi, dan (kurus, tegap) Kata-kata tertentu tampaknya benar dan lainnya kelihatan salah. Yang membuatnya kelihatan benar adalah teori kepribadian implisit, sistem aturan yang mengatakan kepada Anda mana karakteristik yang sesuai untuk karakteristik yang lain.
Teori Kepribadian Implisit “EFEK HALO” yang banyak dikenal merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika kita percaya bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa ia juga memiliki kualitas positif yang lain. “EFEK HALO TERBALIK” Jika kita tahu bahwa seseorang mempunyai sejumlah kualitas negatif, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negatif yang lain.
Teori Kepribadian Implisit Waspadalah akan Hambatan Potensial. Dua hambatan serius terhadap persepsi yang akurat sering timbul bila seseorang menerapkan teori kepribadian implisit. Kecenderungan kita mengembangkan teori kepribadian dan mempersepsikan seseorang seakan-akan sesuai dengan teori itu dapat menyebabkan kita : Mempersepsikan kualitas-kualitas dalam diri seseorang yang menurut “teori” seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian. Mengabaikan kualitas atau karakteristik yang tidak sesuai dengan teori kita. Penggunaan teori kepribadian implisit ini, bersama efek halo dan efek halo terbaliknya, sering kali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecies).
Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar . Ada 4 langkah dasar dalam proses ini: Kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi. Misalnya kita meramalkan bahwa Pat adalah orang yang canggung dalam situasi antarpribadi. Kita bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyakinan kita benar. Misalnya, didepan Pat kita bersikap seakan-akan Pat memang orang yang canggung. Karena kita bersikap demikian (seakan-akan keyakinan kita benar), ia menjadi kenyataan. Misalnya, karena cara kita bersikap didepan Pat, Pat menjadi tegang dan “salah tingkah” dan menunjukkan kecanggungan. Kita mengamati efek kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kita. Misalnya, kita menyaksikan kecanggungan Pat, dan ini memperkuat keyakinan kita bahwa Pat memang orang yang canggung.
Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya Efek Pigmalion (Pygmalion Effect). Contoh yang termasyhur tentang ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya ini adalah efek Pigmalion. Dalam sebuah penelitian tentang efek ini, guru-guru diberi tahu bahwa beberapa murid tertentu diperkirakan berprestasi luar biasa—bahwa mereka hanya terlambat muncul. Para peneliti sebenarnya memilih nama-nama murid ini secara acak saja. Murid-murid yang namanya terpilih ternyata memang berprestasi lebih baik daripada murid-murid lainnya. Harapan dari para guru barangkali membangkitkan perhatian ekstra terhadap murid-murid ini, dan karenanya secara positif mempengaruhi kinerja mereka.
Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya Hati-hatilah terhadap Hambatan Potensial. Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya dapat menimbulkan dua hambatan. Kecenderungan kita untuk memenuhi sendiri ramalan kita dapat menyebabkan kita Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan ramalan kita. Melihat apa yang diramalkan daripada apa yang sebenarnya. Misalnya, ini dapat membuat kita, karena ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual, menganggap diri kita gagal.
Aksentuasi Perseptual “Tiada rotan akarpun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti apapun dalam sebuah film adalah lebih baik daripada tidak mendapat peran apapun. Bayam barangkali rasanya tidak enak, tetapi bila Anda lapar, rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang. Begitulah. Proses ini, yang dinamai Aksentuasi Perseptual, membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai daripada orang yang tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang yang tampan dan pandai dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini, bukan karena orang yang kita sukai itu kelihatan tampan dan pandai.
Aksentuasi Perseptual Hati-hatilah terhadap Hambatan Potensial. Aksentuasi perseptual dapat menimbulkan berbagai hambatan. Kecenderungan kita untuk mempersepsikan yang kita inginkan atau butuhkan dapat membuat kita Mendistorsi persepsi kita tentang realitas; membuat kita melihat apa yang kita butuhkan atau inginkan daripada apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Misalnya, Anda mungkin tidak merasa akan gagal dalam mata kuliah kimia karena Anda memusatkan perhatian pada apa yang Anda inginkan. Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra-diri kita dan dengan demikian sangat mempersulit upaya peningkatan-diri.
Aksentuasi Perseptual Memandang orang lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri kita—psikoanalis mekanisme defensif (defense mechanism) menamai ini proyeksi. Melihat dan mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih daripada yang negatif (dinamai efek Poliana), dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain. Merasakan perilaku tertentu dari orang lain yang menunjukkan bahwa ia menyukai kita hanya karena sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap bersahabat dan ramah dari seorang wiraniaga kita terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian dari strategi persuasi tertentu.
Primasi-Resensi Anggaplah Anda sedang mengambil suatu mata kuliah dimana separuh kegiatan kelas sangat membosankan dan separuh lainnya sangat menyenangkan. Pada akhir semester Anda diminta mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya. Apakah evaluasi Anda akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankan terjadi selama tengah pertama semester dan kegiatan yang menyenangkan terjadi selama tengah kedua semester itu? Ataukah evaluasi Anda akan lebih baik jika urutannya dibalik? Jika yang muncul pertama lebih kuat pengaruhnya, kita mengalami apa yang dinamakan efek primasi (primacy effect). Jika yang muncul terakhir (atau paling baru) lebih kuat pengaruhnya, kita mengalami efek resensi (recency effect).
Primasi-Resensi Hati-hatilah terhadap Hambatan Potensial. Primasi-resensi dapat menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan kita untuk lebih mementingkan informasi yang datang lebih dahulu dan menafsirkan infromasi yang datang kemudian sesuai dengan kesan pertama dapat membuat kita Merumuskan gambaran “menyeluruh” tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum tentu akurat. Sebagai contoh, kita mungkin menangkap citra bahwa seseorang itu tidak pandai berkomunikasi. Jika kesan ini didasarkan pada pengamatan terhadap orang ini selama wawancara pekerjaan yang menegangkan, boleh jadi kesan kita keliru. Mendistorsi persepsi yang datang kemudian untuk tidak merusak kesan pertama kita. Sebagai contoh, Anda mungkin tidak memperhatikan tanda-tanda kecurangan seseorang yang telah menciptakan kesan pertama yang baik.
Konsistensi Anda mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsi Anda. Konsistensi menggambarkan kebutuhan Anda untuk memelihara keseimbangan di antara sikap-sikap Anda. Anda memperkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain tidak akan muncul bersama-sama.
Konsistensi Hati-hatilah terhadap Hambatan Potensial Konsistensi dapat menimbulkan tiga hambatan utama. Kecenderungan kita untuk melihat konsistensi pada diri seseorang dapat menyebabkan kita. Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten dengan gambaran kita mengenai seseorang secara utuh. Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai pancaran dari kualitas positif orang yang kita sukai dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif. Melihat perilaku tertentu sebagai hal yang positif jika perilaku yang lain ditafsirkan secara positif (efek halo) atau sebagai negatif jika perilaku yang lain ditafsirkan secara negatif (efek halo terbalik).
Stereotipe Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotipe (stereotyping). Awal mulanya, stereotipe adalah istilah dalam bidang percetakan yang mengacu pada suatu pelat yang mencetak citra (gambar atau tulisan) yang sama berulang-ulang. Stereotipe sosiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang.
Stereotipe Hati-hatilah terhadap Hambatan Potensial. Stereotipe dapat menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan kita mengelompokkan orang ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggota kelas-kelas ini dapat membuat kita Mempersepsikan seseorang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu (biasanya negatif) yang kita yakini merupakan ciri kelompok dimana ia menjadi anggotanya (misalnya, semua orang dibawah naungan bintang Venus bersifat malas) dan karenanya tidak mampu mengenali sifat multiaspek dari semua orang dan semua kelompok. Mengabaikan ciri khas yang dimiliki seseorang dan, karenanya tidak mampu menarik manfaat dari kontribusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu perjumpaan.
MEMBUAT PERSEPSI LEBIH AKURAT Efektivitas komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam persepsi antarpribadi. Kita dapat meningkatkan akurasi kita dengan (1) menerapkan strategi untuk mengurangi ketidakpastian, dan (2) mengikuti beberapa pedoman atau prinsip yang disarankan.
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KETIDAKPASTIAN Strategi Pasif Bila kita mengamati orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati, kita menerapkan Strategi Pasif. Yang paling bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati seseorang dalam tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam situasi sosial informal. Strategi Aktif Bila Anda secara aktif mencari informasi tentang seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu, Anda menerapkan strategi aktif. Sebagai contoh, Anda dapat bertanya kepada orang lain tentang orang itu (“Seperti apa rupanya?”, “Apakah ia bekerja di luar?”, “Apakah teman kencannya lebih muda darinya?”). Strategi Interaktif Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang, kita menerapkan strategi interaktif. Sebagai contoh, kita dapat mengajukan pertanyaan (“Apakah Anda senang berolahraga?”, “Bagaimana pendapat anda mengenai mata kuliah ilmu komputer itu?”, “Apa yang akan anda lakukan jika anda dipecat?”).
PEDOMAN UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PERSEPSI Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah yang sama. Makin banyak petunjuk perseptual yang menuju ke arah yang sama, makin besar kemungkinan kesimpulan Anda benar. Berdasarkan pengamatan Anda atas perilaku, rumuskanlah hipotesis. Ujilah hipotesis ini terhadap informasi dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan yang nantinya akan Anda coba konfirmasikan. Perhatikanlah khususnya petunjuk-petunjuk kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal Anda. Akan lebih mudah menerima petunjuk yang mendukung hipotesis Anda daripada menerima petunjuk yang menentangnya.
PEDOMAN UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PERSEPSI Jangan menarik kesimpulan sampai Anda memiliki kesempatan untuk memproses beragam petunjuk. Ingatlah bahwa betapapun banyaknya perilaku yang Anda amati dan betapapun cermatnya Anda meneliti perilaku ini, Anda hanya dapat menduga apa yang ada dalam benak orang lain. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka bagi inspeksi pihak luar. Anda hanya dapat membuat asumsi berdasarkan perilaku yang tampak. Hindarilah membaca pikiran orang lain.
PEDOMAN UNTUK MENINGKATKAN AKURASI PERSEPSI Jangan menganggap orang lain seperti Anda, berpikir seperti cara Anda berpikir, atau bertindak seperti yang Anda lakukan. Sadarilah keragaman manusia. Waspadalah terhadap bias Anda sediri—sebagai contoh, hanya menerima hal-hal positif pada diri orang yang Anda sukai dan hanya menerima hal-hal yang negatif pada diri orang yang tidak Anda sukai.
ATRIBUSI ATAU PENYEBAB (ATTRIBUTION) Konsensus Bila kita memusatkan pada prinsip konsensus kita bertanya, “Apakah orang-orang lain bereaksi atau berperilaku seperti orang yang kita amati?” Artinya, apakh orang yang kita amati ini bertindak sesuai dengan konsensus umum? Jika jawabnya tidak, kita lebih cenderung mengatakan bahwa perilaku itu disebabkan oleh faktor internal tertentu. Konsistensi Bila kita memusatkan pada prinsip konsistensi kita bertanya apakah seseorang berulang-ulang berperilaku yang sama dalam situasi serupa. Jika jawabnya ya, berarti ada konsistensi yang tinggi, dan kita cenderung mengatakan bahwa perilaku ini disebabkan oleh motivasi internal.
ATRIBUSI ATAU PENYEBAB (ATTRIBUTION) Keberbedaan Bila kita memusatkan pada prinsip keberbedaan, kita bertanya apakah orang ini bertindak sama dalam situasi yang berbeda. Jika jawabnya ya, berarti keberbedaannya rendah, dan Anda cenderung menyimpulkan bahwa ini disebabkan oleh faktor internal. Keberbedaan yang rendah menunjukkan bahwa orang ini berperilaku sama dalam situasi yang berlainan. Atribusi-Diri (Self Attribution) Anda dikatakan menggunakan atribusi-diri bila Anda berusaha menilai perilaku Anda sendiri. Kita mengikuti pola atribusi yang umum, dengan dua perbedaan pokok. Pertama, orang cenderung melihat perilaku orang lain seakan-akan disebabkan oleh faktor-faktor internal, sedangkan perilakunya sendiri seakan-akan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Perbedaan pokok kedua dalam atribusi-diri menyangkut sikap ingin-menang sendiri (self-serving bias). Sikap ini membuat orang mengaku-aku untuk hal yang positif dan menghindari tanggung-jawab untuk hal-hal yang negatif.