PERANAN BUDAYA ORGANISASI
ALASAN PERLUNYA BUDAYA ORGANISASI Upaya mengatasi masalah-masalah eksternal dan internal di dalam organisasi maka perlu membentuk suatu budaya organisasi yang kuat dan sehat, bila ingin mempertahankan diri, bahkan jika ingin terus tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang efektif.
EFFECTIVE KNOWLEDGE MANAGEMENT 80% Organizational culture and human factors 20% Technology
MENCIPTAKAN BUDAYA ORGANISASI Budaya organisasi pada umumnya tidak statis (dinamis) Budaya organisasi dibuat oleh individu atau kelompok dalam organisasi. Individu atau kelompok berpartisipasi dalam organisasi dengan membawa pengalamannya, kepribadian, keterampilan, kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan lingkungan bermain pada masa anak-anak, latar belakang keluarga, posisi kelas sosial, jender, etnis, agama, tingkat pendidikan, pelatihan profesional, pengalaman organisasi.
DEFINISI BUDAYA ORGANISASI Robbins (1990), budaya organisasi merupakan nilai-nilai dominan atau falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi untuk para anggota organisasi tersebut. Budaya organisasi juga merupakan sistem nilai yang diyakini, dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, dan dijadikan acuan perilaku oleh semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
DEFINISI BUDAYA ORGANISASI Shein (Renstra LAPAN, 2005) – pakar dalam “Applied Strategic Planning” mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan- persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, yang dalam kurun waktu tertentu telah berfungsi dengan baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan, sehingga setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi.
Kesimpulan…. Budaya Organisasi adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut Budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dari keterlibatan karyawan dalam organisasi.
A communal culture can give its members a sense of belonging, though it also is task-driven. Leaders of this culture are usually very inspirational and charismatic. The major negative is that they often exert too much influence and other members are rarely vocal. HIGH SOLIDARITY HIGH SOCIABILITY (COMMUNAL CULTURE)
In a networked culture, members are treated as friends and family. People have close contact with each other and love each other. They are willing to help each other and share information. The disadvantage of this culture is that people are so kind to each other that they are reluctant to point out and criticize the poor performance. LOW SOLIDARITY HIGH SOCIABILITY (NETWORK CULTURE)
A mercenary culture focuses on strict goals. Members are expected to meet the goals and to get the job done quickly. Since everyone focuses on goals and objectivity, there is little room for political cliques. The negative is that those with poor performance may be treated inhumanely. HIGH SOLIDARITY LOW SOCIABILITY (MERCENARY CULTURE)
In a fragmented culture, the sense of belonging to and identification with the organization is usually very weak. The individualists constitute the organizations, and their commitment is given first to individual members and task work. The downside is that there is a lack of cooperation. LOW SOLIDARITY LOW SOCIABILITY (FRAGMENTED CULTURE)
Robbins (1990) Sepuluh karakteristik budaya yang berlaku di suatu organisasi yang membedakan antara budaya dari masing-masing organisasi. YAITU….
1.Inisiatif individual 2.Toleransi terhadap tindakan beresiko 3.Arah (direction) 4.Integrasi 5.Dukungan dari manajemen 6. Control 7. Identitas 8. Sistem imbalan (reward sistem) 9. Toleransi terhadap konflik 10. Pola-pola komunikasi
Sharing Knowledge Setelah pengetahuan telah dikumpulkan, lalu harus disimpan (stored) dan dibagikan (shared). Berbagi (sharing) pengetahuan melibatkan pemindahan pengetahuan dari satu (atau lebih) orang ke seseorang (atau lebih) lain. Fokus dari Knowledge Management tidak hanya pada pendistribusian (distribution) tidak juga pada penyebaran (dissemination) pengetahuan, tetapi pada pembagiannya (share). Meskipun pengetahuan dapat di peroleh pada tahapan individu, agar dapat berguna harus dibagikan dalam suatu komunitas, yang seringkali digambarkan sebagai komunitas praktek. Contohnya, jika terdapat hanya satu orang yang mengetahui aturan dan prosedur organisasi, aturan dan prosedur seperti itu akan menjadi tidak berguna dan tak berarti. Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) kemudian menjadi krusial ketika anggota baru datang dan yang lain keluar.