PROSES TERCIPTANYA BHUANA ALIT
PENGERTIAN BHUANA ALIT Hidup dan berkehidupan di antara yang tercipta termasuk manusia di alam semesta ini, satu dengan yang lainnya sangat sulit untuk dapat dipisahkan. Karena sesungguhnya semua yang ada ini berasal dari satu pencipta. Unsur-unsur penciptanya pun diyakini berasal dari sumber bahan yang sama. Keberadaan manusia (Bhuana Alit) tidak dapat dipisahkan dengan Bhuana Agung. Bhuana Alit atau sering di sebut Mikrokosmo. Mikrokosmo atau bhuana Alit adalah alam kecil (isi dari alam semesta), seperti manusia, binatang, tmbuh-tumbuhan, dan yang lainnya.
PROSES TERCIPTANYA BHUANA ALIT Setelah Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa) menciptakan alam semesta (Bhuana Alit) maka berkehendaklah Beliau menciptakan isidari alam semesta ini, seperti tumbuh- tumbuhan, binatang, manusia. Dengan terciptanya isi dari alam semesta ini, maka alam semesta akan menjadi indah adanya.
Setelah Tuhan menciptakan Bhuana Agung lalu beliau berkehendak menciptakan isi dari alam semesta ini. Yang dapat digolongkan sebagai isi alam semesta, seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan yang lainnya. Badan semua makhluk, seperti manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Badan semua makhluk, seperti manusia, binatang , dan tumbuh- tumbuhan di sebut dengan Bhuana Alit , ini di ciptakan setelah adanya Bhuana Agung. Manusia disebut-sebut makhluk yang paling tertinggi di antara makhluk lainnya. Kelahiran manusia membutuhkan proses yang panjang mengikuti siklusnya.
Kitab Sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut; Berawal dari bayi dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh menjadi dewasa dan tua. Bayi dalam kandungan bisa terwujud berkat pertemuan Kama Petak dan Kama Bang, yaitu sel laki-laki yang di sebut Sang Hyang Smara dan sel wanita yang di sebut Dewi Ratih. Setelah mengalami proses yang panjang akhirnya membentuk dan lahirlah seorang bayi “Bhuana Alit”. Kitab Sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut; “Iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipate, atmanam sakyate tratum karmabhih subhalaksanaih”. Apan ikang dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tumulung awaknya sangkeng sangsara makasadhanang subhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika”.
Artinya: Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan berbuat baik, demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia. Manusia adalah makhluk yang paling termulia. Manusia dapat berbuat baik dan buruk, serta dapat mengurangi perbuatan buruknya dengan memperbanyak berbuat baik. Menjadi manusia sepatutnya bersyukur dan berbesar hati, karena sungguh tidaklah mudah untuk dilahirkan menjadi manusia sekalipun sebagai makhluk hina. Menjelma menjadi manusia sungguh utama karena dapat menolong dirinya dari kesengsaraan dengan berbuat baik.
Kelahiran sebagai manusia di katakan berada di tengah-tengah, yakni antara surga dan neraka. Jika kebijakan yang dipupuk dalam hidupnya tentulah kehidupannya akan meningkat, tetapi sebaliknya jika dosa yang dilakukan sudah tentu jatuh ke neraka. Sebaiknya kita setiap dilahirkan menjadi manusia kita harus meningkatkan diri agar menjadi manusia yang luhur dan mulia. Jika tidak demikian akan sia- sialah hidup ini, banyak ajaran yang menunjukkan jalan yang terang dalam meningkatkan hidup ini.
Dijelaskan lebih lanjut, bahwa mahluk hidup diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa setelah terciptanya alam semesta ini adalahsebagai berikut. Kelompok Eka Pramana, yaitu mahluk hidup yang memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yakni Bayu. Mahluk hidup ini juga dikenal dengan nama “Sthawara”, yaitu makluk hidup yang hidupnya tidak berpindah-pindah dan mempertahankan hidupnya dengan cara mengambil sari-sari makanan dari dalam tanah seperti tumbuhan.
Dan yang tergolong “Sthawara” antara lain sebagai berikut: Trana (bangsa rumput) baik yang hidup di air maupun di darat. Lata (bangsa tumbuhan menjalar) yang keadaan hidupnya menjalar pada tanah atau pohon yang lainnya. Taru (bangsa semak dan pepohonan). Gulma (bangsa pohon yang bagian luar pohon bersangkutan berkayu keras dan bagian dalamnya berongga atau kosong). Janggama (bangsa tumbuhan yang hidupnya menumpang pada pohon yang lain).
Kelompok Dwi Pramana adalah makhluk hidup yang memiliki dua kekuatan dalam hidupnya yakni Sabda dan Bayu. Makhluk ini juga di kenal dengan sebutan Satwa atau Sato. Satwa atau Sato adalah bangsa binatang yang pada umumnya bersifat buas, namun di antaranya ada juga yang bersifat jinak terutama yang mendapatkan pendekatan secara manusiawi. Adapun yang termasuk makhluk hidup margasatwa atau sato yang diciptakan oleh Tuhan, sbb: Swedaya(bangsa binatang satu sel) yang hidupnya di air atau tanah basah.
Andaya (bangsa binatang yang bertelur) yang biasanya hidup di air ,di darat maupun di atas pohon atau udara. Bangsa binatang yang dimaksud, seperti: bangsa ikan, bangsa amphibi, bangsa ular dan bangsa burung. Jarayudha (bangsa binatang yang menyusui), yakni baik binatang pemakan rumput maupun binatang pemakan daging. Kelompok Tri Pramana adalah makhluk hidup yang memiliki tiga kekuatan yaitu Bayu, Sabda dan Idep. Makhluk hidup ini juga dikenal dengan sebutan Manusya. Manusya tau manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara ciptaan-NYA.
Dalam hidupnya manusia selain memiliki Tri Pramana juga dilengkapi dengan unsur-unsur yang lain, seperti pikiran,budhi, rasa dan yang lainnya. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna diklasifikasikan sbb: Nara Merga (manusia binatang). Para seniman “Hindu” melukiskan keberadaan manusia ini seperti “Nara Singa” yaitu manusia yang berkepala singa dan berbadan manusia. Tapi ada juga yang melukiskan makhluk berkepala manusia dan berbadan seperti “Ikan Duyung”. Manusia binatang adalah manusia yang masih memiliki pola berfikir seperti manusia, hanya saja pada salah satu tubuhnya berbentuk binatang.
Wamana (manusia kerdil) Wamana (manusia kerdil). Makhluk hidup ciptaan Tuhan sebagaimana manusia hanya saja mereka lebih pendekdan postur tubuhnya lebih kecil. Barangkali dapat ditafsirkan manusia seperti ini sebagai manusia yang memiliki pemikiran lebih kerdil dari yang lain. Jatma “Manusya”adalah manusia yang sempurna, yaitu manusia yang telah memiliki sikap mental: beriman,terpelajar, berbudhi luhur, cakap dan terampil, berkepribadian mandiri dan mantap, serta bertanggung jawab terhadap sesama masyarakat, nusa dan bangsa.
Selain jenis manusia seperti tersebut di atas, terdapat juga jenis-jenis manusia lainnya. Jenis manusia yang di maksud berdasarkan atas sifat dan jenis kelaminnya, yaitu sbb: Manusia laki-laki “Purusa” adalah manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan dominan bersifat kelaki-lakian. Terkait dengan semua yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan yang tunggal, yang ada dalam kitab Bhagawadgita. Manusia perempuan “Pradana” adalah manusia yang berjenis kelamin perempuan dan dominan bersifat kewanitaan.
Manusia banci adalah manusia berjenis kelamin laki-laki namun bersifat kewanitaan atau manusia berjenis kelamin perempuan namun bersifat kelaki-lakian. Terkait dengan semua yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan yang tunggal, maka di sebutkan di kitab Bhagawadgita. Kelahiran manusia sebagai makhluk hidup (bhuana alit) merupakan wujud yang mulia karena semuannya itu bersumber dari Tuhan. Dengan demikian kita hendaknya bersyukur dan mengabdikan diri demi pentingnya dharma. Makhluk yang ada di alam ini yang diciptakan oleh Tuhan, yang lazim disebut Bhuana Alit.
Demikianlah proses terciptanya Bhuana Alit, yang diciptakan dan berasal dari yang tunggal “Tuhan”. Bhuana alit ini sanga tergantung dan saling melengkapi dengan Bhuana Agung.
Unsur-unsur bhuana alit Asal mula Bhuana Alit (manusia,binatang,dan tumbuh-tumbuha) pada dasarnya adalah sama. Bhuana alit merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan Bhuana Agung. Dari Tri Guna menyebabkan Karma dan Karma Wesana. Karma Phala yang kita nikmati sekarang sesungguhnya bersumber dari Karma Wesana.
Keberadaan Karma Wesana memiliki keterkaitan dengan jiwa-atma Keberadaan Karma Wesana memiliki keterkaitan dengan jiwa-atma. Jiwa-atma adalah atma yang terdapat dalam diri manusia. Manusia adalah bagian dari Bhuana alit. Bhuana Alit dan Bhuana Agung diciptakan Tuhan dari unsur yang sama, yaitu “Purusa dan Prakrti”.Oleh karena itu di dalam diri manusia juga terdapat unsur tersebut. Pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jiwatma, sedangkan unsur Prakrti menjadi badan kasar atau sthula sarira. Jiwatma disebut suksma sarira atau lingga sarira. Suksma sarira terjadi dari Budhi, manas, dan ahamkara. Budhi, manas dan ahamkara disebut Tri antah Karana (tiga penyebab akhir). Fungsi masing-masing Tri Antah Karana adalah sbb:
Budhi berfungsi untuk menetukan keputusan. Manas berfungsi untuk berfikir. Ahamkara berfungsi untuk merasakan dan bertindak. Keberadaan Tri Antah Karana merupakan alat batin manusia(Bhuana Alit) yang sangat menentukan watak atau karakter seseorang. Disebutkan dalam kitab Sarasamuscaya. Dalam kitab disebutkan manusia memiliki indriya. Indriya manusia ada sepuluh banyaknya yang sering disebut dengan nama Dasaindriya. Kesepuluh indriya ini dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Panca Budhiindriya, yaitu lima macam indriya yang terdapat pada manusia untuk mengetahui sesuatu, yang terdiri dari sbb: Caksuindriya (indriya pada mata), Srotendriya (indriya pada telinga), Ghranendriya (indriya pada hidung), Jihwedriya (indriya pada lidah), dan Twakindriya (indriya pada kulit) Panca Karmendriya, yaitu lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk melakukan sesuatu, terdiri dari sbb:
Panindriya (indriya pada tangan) Padendriya (indriya pada kaki) Garbhendriya (indriya pada perut) Upasthendriya/bhagendriya (indriya pada kelamin laki-laki dan wanita),dan Payuindriya (indriya pada pelepasan/anus) Panca Budhindriya dan Panca Karmendriya tersebut terjadi karena Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Satwa. Raja dari indriya disebut Rajandriya, Rajandriya adalah salah satu dari Tri Antah Karana yaitu Manah “pikiran”, karena manusia berpusat pada pikiran. Ini semua sangat sulit diamati namun semua hal ini telah tampak pada alat indriya manusia.
Sthula Sarira terjadi sebagai akibat dari Panca Tanmatra yang berevolusi. Sedangkan, Panca Tanmatra terjadi sebagai akibat dari Ahangkara yang mendapat pengaruh dari Guna Tamas. unsur-unsur Panca Tanmatra juga mengalami evolusi, yaitu perubahan-perubahan secara perlahan-lahan yang kemudian menjadi bentuk unsur Panca Maha Bhuta. Unsur panca Tanmatra dan perubahan yang dimaksud adalah sbb: Sabda Tanmatra unsur dari bekas-bekas suara dan dapat berubah bentuk menjadi akasa atau ether dan dalam bentuk Bhuana Alit berwujud rongga dada,rongga mulut, dan segala rongga yamg ada pada Bhuana Alit tersebut. Perasaan marah, malu, kagum, ramah tamah, kikir, dan nafsu birahi yang terjadi pada Bhuana Alit bersumber dari akasa dan ether.
Sparsa Tanmatra unsur dari bekas-bekas rasa dan berasal dari sentuhan yang dapat berubah bentuk menjadi bayu atau wayu dan dalam Bhuana Alit berwujud nafas dan udara. Bayu adalah benih- benih udara, yang dalam Bhuana Alit menjadi tenaga penggerak, seperti; memegang, bergerak untuk mengolah badan, menarik, mendorong, dan melahirkan seperti tenaga pada saat melahirkan bayi. Rupa Tanmatra unsur dari bekas- bekas cahaya dan dapat berubah bentuk menjadi teja, yaitu zat panas dan dalam bentuk Bhuana Alit berwujud panas badan, sinar mata dan segala yang panas serta bercahaya.
Teja dalam Bhuana Alit akan dapat menimbulkan rasa tidur atau rasa ngantu, rasa lapar, rasa giat untuk bangkit, rasa letih tau lelah, rasa malas dan lainnya. Rasa Tanmatra unsur dari bekas-bekas rasa yang pernah dikecap dan dapat berubah bentuk menjadi apah, yaitu buih-buih air yang ada dalam Bhuana alit berwujud darah, lemak, kelenjar, empedu, air badan dan segala yang bersifat cair. Apah dalam Bhuana alit dapat berubah menjadi air mani,darah,sumsum,keringat dan air kencing. Gandha Tanmatra unsur dari bekas-bekas bau dan dapat berubah menjadi perthiwi, yaitu zat padat yang dalam Bhuana alit dapat berwujud, seperti tulang belulang, urat-urat, kulit, kuku, dan rambut.
Terkait dengan keberadaan sthula sarira atau badan kasar manusia juga disebut memiliki unsur- unsur yang lain seperti; Sad Kosa, yaitu enam lapis pembungkus sthula sarira manusia, yang terdiri dari sbb; a.Asti atau tawulan (tulang) b.Odwad (otot) c.Mamsa (daging) d.Rudhira (darah) e.Carma (kulit) Dasa Bayu atau Dasa Prana, yaitu sepuluh macam udara dalam badan manusia, yang terdiri dari sbb;
Prana (udara pada paru-paru) Samana (udara pada pencernaan) Apana (udara pada pantat) Udana (udara pada kerongkongan) Byana (udara yang menyebar ke seluruh tubuh) Naga (udara pada perut yang keluar dari saat mengempis) Kumara (udara yang keluar dari badan,tangan, dan jari) Krakara (udara pada saat bersin) Dewadatta (udara saat menguap) Dananjaya (udara yang memberi makan pada badan)
Demikian unsur-unsur yang berhubungan dengan Sthula Sarira manusia “Bhuana Alit”, sedangkan yang berhubungan dengan Suksma Sarira disebutkan ada lima macam unsur yang disebut “Panca Mayakosa” Panca Mayakosa adalah lima macam unsur pembungkus Suksma Sarira manusia yang bersifat sangat halus, yang terdiri dari; Anamaya Kosa (unsur pembungkus yang berasal dari sari makanan) Pranamaya Kosa (unsure pembungkus yang berasal dari sari nafas) Wijnanamaya Kosa (unsur pembungkus yang berasal dari pengetahuan)
Manomaya Kosa (unsur pembungkus yang berasal dari sari pikiran) dan Anandamaya Kosa (unsur pembungkus yang berasal dari kebahagian) Penggabungan dari Rajendra,Panca Budhindriy, dan Panca Karmendriya disebut dengan Eka Dasandriya, yaitu sebelas indriya yang terdapat pada manusia “Bhuana Alit”. Proses atau pembentukan terjadinya Bhuana Alit merupakan penggabungan dari seluruh unsur yang bersumber dari maya, seperti;Citta,Bhudi,Manas,Ahamkara sehingga muncullah Bhuana Alit atau badan wadag dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.