GERAKAN SOSIAL PERTEMUAN 08 Matakuliah: O0042 – Pengantar Sosiologi Tahun: Ganjil 2007/2008
Bina Nusantara Pada tahun 1966 para mahasiswa anggota KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) berusaha menggagalkan upacara pelantikan anggota Kabinet dengan jalan memblokade jalan-jalan yang menuju Istana Merdeka dengan kendaraan-kendaraan bermotor yang bannya dikepeskan. Dua puluh tahun kemudian Penduduk wilayah Palestina yang diduduki Israel melancarkan gerakan yang dikenal dengan nama intifadah-demonstrasi, pemogokan serta konfrontasi dengan pasukan Israel dengan menggunakan batu dan bom api, suatu gerakan yang dihadapi oleh Israel dengan tembakan, pemukulan, infiltrasi dan penangkapan masal. Pada tahun yang sama rakyat Philipina melakukan gerakan yang dinamakan People Power, suatu gerakan yang menggulingkan pemerintahan diktator Ferdinand Marcos dan digantikan oleh Corazon Aquino.
Bina Nusantara Pada tahun 1989 mahasiswa pro demokrasi Tiongkok melakukan berbagai aksi di Lapangan Tienanmen, Beijing. Mereka melakukan pawai, demonstrasi, mogok makan, pemasangan rintangan di jalan-jalan. Demonstrasi ini berakhir dengan pertumpahan darah. Di berbagai negara komunispun terjadi gerakan yang serupa dan berhasil menggulingkn rezim komunis yang berkuasa (Sunarto, 2000: ). Gerakan-gerakan ini berhasil menyatukan Jerman timur dan Jerman Barat. Berhasil meruntuhkan pemerintahan Komunis Uni Soviet dan komunis di negara-negara Cekoslowakia. Dan pada tahun 1998, kita juga menyaksikan demonstrasi para mahasiswa dan kelompok pro demokrasi di jalan-jalan protokol ibu kota, demosntrasi di Gendung DPR. Gerakan ini berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Baru, melahirkan suatu sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka. Pertannyaannya sekarang adalah bagaimanakah gerakan seperti di atas dilihat secara sosiologis? Sosiologi mengklasifikasi gerakan tersebut di atas sebagai suatu prilaku kolektif yang diberi nama gerakan sosial.
Bina Nusantara I. Pengertian Gerakan Sosial Untuk mempermudah dan memperjelas pengertian mengenai gerakan sosial, kita telusuri terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan perilaku kolektif, sebab gerakan sosial sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, secara sosiologis diklasifikasi sebagai perilaku kolektif. Perilaku kolektif (Macionis, 1989:528) adalah tindakan, pemikiran, dan perasaan-perasaan (emotions) yeng meliputi sejumlah besar orang dan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku kolektif memiliki tiga karakteristik: – Interaksi sosial sangat terbatas. – Ikatan sosil tidak jelas – Norma-normanya lemah dan tidak konvensional
Bina Nusantara Bentuk Prilaku kolektif: Perilaku kerumunan Perilaku kerumunan (Macionis, 1989:253) adalah orang-orang yang berkupul secara temporer yang memiliki beberapa perhatian yang sama dan sering saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Herbert Blumer mengklasifikasi kerumunan dengan beberapa tipe: 1. Kerumunan sambil lalu, contonhya orang-orang kebetulan sama-sama berada dipantai, atau sama-sama sedang mengamati suatu peristiwa/kejadian. 2. Kerumunan konvensional adalah kerumunan yang terdiri dari sekumpulan orang yang berada di suatu tempat untuk suatu tujuan yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Seperti kerumunan penumpang di terminal bis, bandara udara atau pelabuhan, para pengunjung pasar atau toko. 3. Kerumunan ekspresif, kerumunan dimana orang meluapkan emosinya seperti pada saat orang sedang menari, menyanyi, menonton sepak bolan dan lain sebagainya. 4. Kerumunan bertindak, termasuk tindakan destruktif atau penyimpangan
Bina Nusantara Setelah kita mendeskripsikan apa yang dimaksudkan dengan perilaku kolektif, sekarang kita telurusi defenisi Gerakan Sosial, sebagai bagian dari perilaku kolektif. Menurut Direnzo(1990) Gerakan Sosial (Soeyono, 2005:3) adalah perilaku dari sebagian anggota masyarakat untuk mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan problem atau tidak menentu, untuk menghadirkan suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan akhir dari gerakan sosial menurut DiRenzo adalah tidak hanya terbatas pada perubahn sikap dan perilaku individu melainkan sebuah perubahan tatanan sosial baru yang lebih baik. Defenisi lain sebagaimana yang dikutip oleh Soeyono (p.4) berasal dari Baldridge (1989:299). Menurut Baldridge gerakan sosial merupakan sebuah bentuk perilaku kolektif yang teridiri atas kelompok orang-orang yang memiliki dedikasi dan terorganisasi untuk mempromosikan atau sebaliknya menghalangi terjadinya perubahan. Organisasi gerakan itu harus mempunyai tujuan dan struktur organisasi yang jelas, serta mempunyai suatu ideologi yang secara yang secara jelas berorientasi pada perubahan. Gerakan itu dilakukan secara sadar dan jelas mempromosikan kebijakan-kebijakan yang mereka inginkan, yang pada umumnya dilakukan melalui aktivitas-aktivitas politik atau pendidikan.
Bina Nusantara Gerakan sosial memiliki tiga karakteristik (Macionis, 1989:595) 1. Organisasi internal yang tingkatanya sangat tinggi 2. Gerakan berlangsung dalam waktu yang lama 3. Sengaja mencoba menpertajam organisasi masyarakat itu sendiri. Menurut Giddens (1989) berbeda dengan perilaku kolektif (lihat, Sunarto, 2000:203), gerakan sosial ditandai oleh adanya tujuan atu kepentingan bersama. Kepentingan itu dapat berupa mengubah atau mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
Bina Nusantara 2. Tipe-Tipe Gerakan Sosial Berikut ini kita ikuti tipologi gerakan sosial yang dibuat oleh Davit Aberle (Macinos, 1989:596, Sunarto, 2000:204). TIPE PERUBAHAN YANG DIHARAPKANPerubahan PeroranganSosial Besarnya Perubahan Sebagian Yang Dikehendaki Menyeluruh Alternatif Movements Revormative Movements Redemptive Movements Transformative Movements
Bina Nusantara Alternatifve movements merupakan gerakan yang bertujuan mengubah sebagian perilaku perseorangan. Dalam kategori ini dapat kita masukan berbagai kampaye untuk mengubah perilaku tertentu. Redemptive movements juga berfokus pada perubahan individu, tetapi mencoba mebawa perubahan yang radikal dalam kehidupan maereka. Contohnya adalah gerakan-gerakan kaum fundamentalis. Reformative movements yang hendak diubah bukan perseorangan melainkan masyarakat, tetapi yang hendak diubah dari masyarak itu hanya meliputi segi-segi tertentu dari masyarakat. Transformative movements suatu gerakan yang bertujuan mengubah masyarakat secara menyeluruh.
Bina Nusantara Setelah menelusuri pengertian dan tipe gerakan sosial, pertannyaan yang muncul adalah apakah gerakan sosial sama dengan revolusi sosial? Menurut Giddens (Sunarto, 2000:205) sebuah revolusi harus memenuhi tiga kriteria yaitu 1) melibatkan gerakan sosial secara masal, 2) menghasilkan proses reformasi atau perubahan dan 3) melibatkan ancaman atau kekerasan. Berdasarkan kriteria ini Giddens kemudian membedakan revolusi dari kudeta dan pemberontakan. Kudeta yang melibatkan penggantian pemimpin dan tidak mengubah institusi politik sedangkan pemberontakan tidak membawa perubahan nyata meskipun melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan.
Bina Nusantara 3. Sebab-Sebab Munculnya Gerakan Sosial – Teori deprivasi Teori ini mengatakan bahwa gerakan sosial muncul karena sebagian orang dalam masyarakat mederita deprivasi (kekurangan, kehilangan, penderitaan). Mereka tidak menikmati kesejahteraa. Deprivasi yang paling umum adalah diprivasi ekonomi. – Mass-Society Teory (William Kornhauser) Menurut teori ini gerakan sosial muncul karena dibentuk oleh orang-orang yang merasa secara sosial terisolasi dan secara personal tidak merasa bermakna dalam masa yang besar, masyarakat yang kompleks. – Structural-Strain Theory (Neil Smelser) Menurut Smelser ada enam kondisi sosial yang menyebabkan munculnya gerakan sosial. Kondisi-kondisi itu terdiri dari:
Bina Nusantara 4. Tingkatan Gerakan Sosial – Emergence Gerakan sosial yang muncul karena kejadian yang tidak disangka-sangka atau darurat. – Coalecence Setelah gerakan sosial muncu, langkah berikutnya adalah koalisi sejumlah individu ke dalam organisasi yang secara aktif memasuki kehidupan publik, termasuk mengembangkan kepemimpinan baru, memformulasikan taktik dan kebijakan, dan membangun moral positif dan merekrut anggota baru. Pada level ini gerakan sosial mungking akan mendorong tindakan kolektif demonstrasi, penyadaran publik dan lain sebagainya. – Bureaucratization Setelah mapan, gerakan sosial akan mengembangkan organisasi formal seperti birokrasi dan lain sebagainya. – Decline Gerakan sosial secara inherent bersifat dinamis. Suatu ketika akan mapan namun pada saat yang lain akan mengalami dinamika baru.
Bina Nusantara 1. Structural condusivness Gerakan sosial berasal dari struktur masyarakat itu sendiri, termasuk berbagai macam pola yang signifikant memuculkan problem-problem sosial. 2. Structural Strain Munculnya gerakan sosial didorong oleh ketegangan dalam masyarakat itu sendiri, termasuk berbagai mancam pola konflik sosial atau gagalnya masyarakat memenuhi harapan anggotanya. 3. Growth and spread of an explanation Berkembangnya informasi dan penjelasan-penjelasan yang semakin jelas mengenai problem-problem dalam sosial. 4. Precipitating factors Gerakan sosial muncul karena berbagai faktor yang mempercepat pembangunan tenaga nuklir yang mendorong terjadinya gerakan sosial. 5. Mobilization for action Suatu precipitating factors memiliki fokus pada perhatian isu publik, tindakan- tindakan kolektif, seperti pertemuan-pertemuan, leafleting, fund-rising, lobbying, dan demonstrations. 6. Lack of social control