PEMILIHAN JENIS LENGKUNG GEOMETRIK JALAN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Alinemen Horizontal Jalan Rel
Advertisements

KONFIGURASI BANDARA TAXIWAY.
Klasifikasi Jalan Jalan umum dikelompokan berdasarkan (ada 5)
Cartesian Coordinate System
Mekanika Teknik III (Strength of Materials)
Deret MacLaurin Deret Taylor
ALINEMENT HORISONTAL.
Economic models Consept of sets. Ingredients of mathematical models An economic model is merely a theoretical framework, and there is no inherent reason.
Game Theory Purdianta, ST., MT..
Tahap : Mengingat kembali
K-Map Using different rules and properties in Boolean algebra can simplify Boolean equations May involve many of rules / properties during simplification.
TEKNIK PENGINTEGRALAN
Rumus-rumus ini masihkah anda ingat?
Parabolas Circles Ellipses Presented by: 1.Ihda Mardiana H. 2.Hesti Setyoningsih 3.Dewi Kurniyati 4.Belynda Surya F.
Presented By : Group 2. A solution of an equation in two variables of the form. Ax + By = C and Ax + By + C = 0 A and B are not both zero, is an ordered.
Masalah Transportasi II (Transportation Problem II)
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
PERTEMUAN KE-6 UNIFIED MODELLING LANGUAGE (UML) (Part 2)
Pertemuan 07 Peluang Beberapa Sebaran Khusus Peubah Acak Kontinu
Bina Nusantara Mata Kuliah: K0194-Pemodelan Matematika Terapan Tahun : 2008 Aplikasi Model Markov Pertemuan 22:
HAMPIRAN NUMERIK SOLUSI PERSAMAAN NIRLANJAR Pertemuan 3
9.3 Geometric Sequences and Series. Objective To find specified terms and the common ratio in a geometric sequence. To find the partial sum of a geometric.
Electric Field Wenny Maulina. Electric Dipole A pair of equal and opposite charges q separated by a displacement d is called an electric dipole. It has.
The eEquation of a Circle Adaptif Hal.: 2 Isi dengan Judul Halaman Terkait The eEquation of a Circle.
Grafika Komputer dan Visualisasi Disusun oleh : Silvester Dian Handy Permana, S.T., M.T.I. Fakultas Telematika, Universitas Trilogi Pertemuan 15 : Kurva.
Jartel, Sukiswo Sukiswo
ALINEMEN VERTIKAL.
STATISTIKA CHATPER 4 (Perhitungan Dispersi (Sebaran))
GERAK GELOMBANG.
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS JAYABAYA
BENTUK LENGKUNG FULL CIRCLE (FC) SPIRAL CIRCLE SPIRAL (SCS)
Lengkung Peralihan (Lengkung Transisi, Lengkung Spiral)
KOMUNIKASI DATA Materi Pertemuan 2.
Cartesian coordinates in two dimensions
Technology And Engineering TECHNOLOGY AND ENGINERRING
Cartesian coordinates in two dimensions
PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA
Pengujian Hipotesis (I) Pertemuan 11
Matakuliah : I0014 / Biostatistika Tahun : 2005 Versi : V1 / R1
Dasar-Dasar Pemrograman
FISIKA DASAR Pertemuan ke-3 Mukhtar Effendi.
Parabola Parabola.
Ir. I PUTU BUDIARNAYA., MT Dosen Teknik Sipil-FTI UNDIKNAS
VECTOR VECTOR IN PLANE.
Materi 11 Teori Graf.
FISIKA DASAR By: Mohammad Faizun, S.T., M.Eng.
Two-and Three-Dimentional Motion (Kinematic)
Pendugaan Parameter (II) Pertemuan 10
REAL NUMBERS EKSPONENT NUMBERS.
Alinemen Vertikal Jalan Rel.
PERSAMAAN DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL EQUATION)
Fungsi Kepekatan Peluang Khusus Pertemuan 10
6. APLIKASI PRINSIP EKONOMI DALAM BISNIS; PRODUKSI
Master data Management
TUGAS PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Analisis Korelasi dan Regresi Berganda Manajemen Informasi Kesehatan
Magnitude and Vector Physics 1 By : Farev Mochamad Ihromi / 010
Jarak Pandang Simply put, sight distance is the distance visible to the driver of a passenger car More precisely, sight distance (available from a point)
Peralatan Gambar Gambar Teknik Bagian 2 Widian Harindito, ST
DISAIN TRASE JALAN BARU DIATAS PERMUKAAN TANAH
Suhandi Wiratama. Before I begin this presentation, I want to thank Mr. Abe first. He taught me many things about CorelDRAW. He also guided me when I.
Perancangan Geometrik Jalan
Deret MacLaurin Deret Taylor
DASAR – DASAR PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan Raya Perencanaan geometrik merupakan bagian dari suatu perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi rancangan.
Lesson 2-1 Conditional Statements 1 Lesson 2-1 Conditional Statements.
Al Muizzuddin F Matematika Ekonomi Lanjutan 2013
Transcript presentasi:

PEMILIHAN JENIS LENGKUNG GEOMETRIK JALAN Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Alinemen HORIZONTAL Alinemen horisontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal Alinemen horisontal sering disebut juga dengan situasi jalan atau “trase jalan” Alinemen horisontal tersusun dari garis lurus yang disebut tangen dan bagian lengkung yang disebut tikungan Alinemen jalan lengkap juga menunjukkan data-data tikungan, jenis pekerjaan utama dan garis kebebasan samping, serta bangunan-bangunan yang ada di jalan

Alinemen HORIZONTAL TIPE-TIPE ALINEMEN FULL –CIRCLE SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL SPIRAL - SPIRAL

Bagian Tikungan Superelevasi, e Bagian tikungan jalan harus dapat memebuhi Mengimbangi gaya sentrifugal Daerah bebas pandang disamping Bentuk: Full circle Spiral Circle Spiral Spiral-Spiral Superelevasi, e eMAX = 8% atau 10%

Panjang jari-jari tikungan minimum, Rmin Rmin = VR2 / {127 (emax + f )} f = 0,14 – 0,24 emax = superelevasi max VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 R min (m) 600 370 210 115 15

Bentuk Lengkung Horizontal Garis lengkung dapat terdiri dari: Busur lingkaran saja (Full-Circle). Busur lingkaran dan busur peralihan (Spiral-Circle-Spiral), Busur peralihan saja (Spiral-Spiral),

Lengkung Busur Lingkaran Sederhana (Full Circle) Lengkung Full Circle ini digunakan pada lengkung yang berjari-jari R- besar dan sudut tangen yang relatif kecil yang memberikan nilai e ≤ 3% (Bina Marga) atau p≤ 0,10 (AASHTO).

sin (a+b) = sin a cos b + sin b cos a sin 2a = 2 sin a cos a cos (a+b) = cos a cos b - sin a sin b cos 2a = cos a cos a - sin a sin a cos 2a = cos2a - sin2 a = 2 cos2a - 1 = 1 - 2 sin2a 2 tg 2a tg 2a = -------------- 1 - tg2a sin a cos a = ½ sin 2a cos2a = ½(1 + cos 2a) sin2a = ½ (1 - cos 2a)

Persamaan lengkung busur lingkaran sederhana:

Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle Diagram superelevasi untuk lengkung berbentuk Full Circle. (belok kanan – Bina Marga 1997) Kec,Rencana Vr 20 30 40 50 60 80 100 B.Marga (1/m)   1/50   1/75    1/100    1/115    1/125    1/150 Ls’ = B ( em + en ) x m Dimana :    B   = Lebar perkerasan ( m ) em = Kemiringan melintang maksimum relatif ( superelevasi max di tikungan ) en = Kemiringan perkerasan pada jalan lurus

Lengkung peralihan Sisipan antar bagian lurus dan lengkung Bentuk Spiral atau Parabola Panjang lengkung peralihan, LS ditetapkan: Waktu tempuh max 3 detik Antisipasi gaya sentrifugal Tingkat perubahan kelandaian re-max VR <80 Km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik VR ≥ 80 Km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik Gunakan tabel LS

ANALISIS SHORT

Modifikasi rumus SHORT Panjang lengkung peralihan (Ls) yang digunakan dalam perencanaan adalah yang terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk: • Kelandaian relatif maksimum Modifikasi rumus SHORT Berdasarkan panjang perjalanan selama waktu tempuh 3 detik (Bina Marga) atau 2 detik (AASHTO)= Ls = (V/3.6) . T No Kecepatan Rencana (Vr) 20 30 40 50 60 80 100 Bina Marga   1/50   1/75    1/100    1/115    1/125    1/150 No Kecepatan Rencana (Vr) 32 48 64 80 88 96 104 AASHTO   1/33    1/150    1/175    1/200    1/213    1/222    1/244

Ringkasan Rumus LS (pilih LS terpanjang dari 3 rumus) LS = (VR /3,60) T LS = 0,022 VR3/(R.C) – 2,727 VR . E / C LS = (emax-en) VR / (3,60 re) T = waktu tempuh lengkung peralihan ( 3 detik) VR =Kecepatan rencana, Km/jam C = perubahan percepatan(0.4)atau 0.1 - 1 m/detik3 R =iari-jari tikungan, m En = superelevasi normal, 2% s.d. 2,5% re = tingkat perubahan capaian superelevasi(m/m/detik) VR <80 Km/jam, re-max = 0,035 m/m/detik VR ≥ 80 Km/jam, re-max = 0,025 m/m/detik

Panjang Jari-jari tikungan tanpa lengkung peralihan, RTLP VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 RTLP (m) 2500 1500 900 500 350 250 130

Panjang Jari-jari tikungan tanpa superelevasi, RTSe VR (Km/Jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 RTSe (m) 5000 2000 1250 700 -

Pergeseran lintasan pada tikungan dengan lengkung peralihan, p p = LS2/(24RC), RC=jari-jari circle. p<0,25m tidak perlu lengkung peralihan

Metoda pencapaian Superelevasi Pencapaian secara Linear Pada tikungan SCS: Dari superelevasi normal pd bagian lurus s.d. TS: dari (2%-2,5%) s.d. (0%) dari TS s.d. SC: 0% s.d. superelevasi penuh (e%) Pada tikungan fC: Bina Marga 3/4 LS pada bagian lurus 1/4 LS pada bagian Circle AASHTO 2/3 LS pada bagian lurus 1/3 LS pada bagian Circle Pada tikungan SS: Superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian Spiral

Metoda pencapaian superelevasi pada tikungan SCS

Lengkung Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) syarat Lc ≥ 20 m, Lc ≥ 25 m (AASHTO)

Diagram Superelevasi S-C-S

Es = (Rc+P)sec1/2 Δ-Rc Ts = (Rc+P) tg 1/2 Δ+k 1/m = (e + en).B/Ls Persamaan : c = Δ - 2s SYARAT Lc ≥ 20 m Lc ≥ 25 m Es = (Rc+P)sec1/2 Δ-Rc Ts = (Rc+P) tg 1/2 Δ+k 1/m = (e + en).B/Ls

Lengkung Spiral-Spiral (S-S) Ls berdasar bentuk lengk spiral harus ≥Ls Tabel (atau ke 3 pers)

Persamaan : L = 2 Ls Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc (Ls Berdasar bentuk lengkung spiral HARUS > Ls Tabel) L = 2 Ls Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc 1/m = (e + en).B/Ls

L = Lc+2 Ls Ts = (Rc+p) tg1/2Δ +k Es = (Rc+p)sec1/2Δ-Rc

DIAGRAM SUPERLEVASI

Metoda pencapaian superelevasi pada tikungan fC - AASHTO

Diagram Superelevasi S-C-S

DIAGRAM SUPERLEVASI

Panjang lengkung peralihan (Ls) yang digunakan dalam perencanaan adalah yang terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk: • Kelandaian relatif maksimum No Kecepatan Rencana (Vr) 20 30 40 50 60 80 100 Bina Marga   1/50   1/75    1/100    1/115    1/125    1/150    1/200 No Kecepatan Rencana (Vr) 32 48 64 80 88 96 104 AASHTO   1/33    1/150    1/175    1/200    1/213    1/222    1/244

stasioning PI1 PI2 PI3 TS1 ST1 TS2 SC CS ST2 SC=CS TC CT A B STA A = 0 + 000 STA TS1 = STA A + dA_PI1-Ts1 STA PI1 = STA A + dA_PI1 STA SC=CS = STATs1 + Ls1 STA ST1 = STA SC=CS + Ls1 STA TS2 = STA ST1 + dPI1_PI2 – Ts1 – Ts2 STA PI2 = STA TS2 + Ts2 STA SC = STA TS2 + Ls STA CS = STA SC + Lc STA ST2 = STA CS + Ls STA TC = STA ST2 + dPI2_PI3 -Ts2-Tc STA PI3 = STA TC + Tc STA CT = STA TC + Lc STA B = STA CT + dPI3_B - Tc

Bagaimana seharusnya nilai fm, harus dihitung ?? Apa perbedaan Metode Bina Marga dan AASHTO ?? Bagaimana anda tahu kalau pada bentuk lengkung SS nilai Lc pasti 0 ?? Mengapa pada contoh perhitungan bentuk lengkung Full Circle mengambil angka 716 meter? Apakah boleh mengambil angka yang lain??? Apa sebenarnya Ls’ (Ls Fiktif) tersebut , apakah manipestasi Ls fiktif di lapangan sebenarnya?? Apakah perhitungan yang didapatkan pada saat merencanakan lengkung harus sesuai pengaplikasiannya di lapangan atau ada toleransi tertentu?? Ada berapa jenis tikungan dalam alinemen horisontal?? Ada berapa cara hitung Ls dan mana yang dipakai ??

Pelebaran di tikungan Konsistensi geometrik, di tikungan sama dgn di bagian lurus Kendaraan harus tetap pada lajurnya Penambahan pelebaran karena gerak melingkar membutuhkan ruang lebih Mengikuti kendaraan rencana Pelebaran <0,60m, dapat diabaikan

Aplikasi pelebaran di tikungan

Pelebaran di tikungan

Tikungan Gabungan (TG) Tipe: TG searah TG Balik Arah R1/R2 ≥ 2/3, TG searah harus dihindari R1/R2 < 2/3, TG harus dilengkapi bagian lurus (atau clothoide) sepanjang ≥20m Setiap TG Balik arah HARUS dilengkapi bagian lurus sepanjang ≥30m

TG searah

TG Balik Arah

Selamat Ujian

Clothoid Spiral While AutoCAD Civil 3D supports several spiral types, the clothoid spiral is the most commonly used spiral type. The clothoid spiral is used world wide in both highway and railway track design. First investigated by the Swiss mathematician Leonard Euler, the curvature function of the clothoid is a linear function chosen such that the curvature is zero (0) as a function of length where the spiral meets the tangent. The curvature then increases linearly until it is equal to the adjacent curve at the point where the spiral and curve meet. Such an alignment provides for continuity of the position function and its first derivative (local azimuth), just as a tangent and curve do at a Point of Curvature (PC). However, unlike the simple curve, it also maintains continuity of the second derivative (local curvature), which becomes increasingly important at higher speeds.

Formula Clothoid spirals can be expressed as: Flatness of spiral: Total angle subtended by spiral: Tangent distance at spiral-curve point from tangent-spiral point is: Tangent offset distance at spiral-curve point from tangent-spiral point is:                                                                 

Bloss Spiral Instead of using the clothoid, the Bloss spiral with the parabola of fifth degrees can be used as a transition. This spiral has an advantage over the clothoid in that the shift P is smaller and therefore there is a longer transition, with a larger spiral extension (K). This factor is important in rail design. Formula Bloss spirals can be expressed as: Other key expressions: Tangent distance at spiral-curve point from tangent-spiral point is:                                                                                                                                  Tangent offset distance at spiral-curve point from tangent-spiral point is:                                                

Sinusoidal Curves These curves represent a consistent course of curvature and are applicable to transition from 0 through 90 degrees of tangent deflections. However, sinusoidal curves are not widely used because they are steeper than a true spiral and are therefore difficult to tabulate and stake out. Formula Sinusoidal curves can be expressed as: Differentiating with l we get an equation for l/r, where r is the radius of curvature at any given point:                                                                                                                                                                                                                                   

Cosinusoidal Curves Following is the equation for the Cosinusoidal curve Differentiating with l we get equation for 1/r, where r is the radius of curvature at any given point.

Cubic Spiral (JP) This spiral is developed for requirements in Japan. Some approximations of the clothoid have been developed to use in situations to accommodate a small deflection angle or a large radius. One of these approximations, used for design in Japan, is the Cubic Spiral (JP). Formula Cubic Spirals (JP) can be expressed as: Where X = Tangent distance at spiral-curve point from tangent-spiral point This formula can also be expressed as:                                                                                                                                                Where  θ  is central angle the spiral

The following illustration shows how the three spiral types compared to the clothoid spiral: (four spiral types )

The following illustration depicts the spiral calculation parameters: The following illustration features the clothoid degree of curve function: Clothoid degree of curve function

Quadratic (Schramm) Spirals Quadratic (Schramm) spirals have low values of vertical acceleration. They contain two second-degree parabolas whose radii vary as a function of curve length. Curvature of the first parabola: for Curvature of the second parabola: for This curve is specified by the user-defined length (L) of the transition curve.