PERUBAHAN PENDIDIKAN UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Telaah Kritis Menuju Kehidupan
Advertisements

10 PERUBAHAN PENDIDIKAN UNTUK PENINGKATAN SDM
PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN RA by : MOH.YANI,S.Ag,MM,M.Pd.I
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STANDAR PENYUSUNAN MODUL
Praktik Mengajar I, Refleksi, dan Perbaikan RPP
Peran Guru Dalam Membangun Budaya Sekolah
GENERALISASI KONSEP DISIPLIN ILMU SOSIAL DAN KETERHUBUNGANNYA
PEMBUDAYAAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
PROPOSAL.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
PENGERTIAN DAN TUJUAN PKN
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
PPK (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER)
J Refleksi Pembelajaran dan Tindak Lanjutnya Melalui PTK
Konsep Dasar PKM & Penyelenggaraannya
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Kewarganegaraan Sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian dan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
LANDASAN KURIKULUM DEDE ROSYADA.
Kurikulum PKN dan Agama
PENERAPAN METODE EDUTAINMENT ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN RESPON SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Oleh : Muhammad Irham.
KOMUNIKASI DALAM PENGASUHAN
“PENDIDIKAN NASIONAL BERFUNGSI
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS DALAM PERUBAHAN KURIKULUM
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
PEMBELAJARAN PAKEM DI SEKOLAH DASAR
BIMBINGAN PSIKO-EDUKATIF DI SEKOLAH DASAR
KONSEP PEMBELAJARAN “TEMATIK INTEGRATIF” PADA KURIKULUM 2013.
1. Mengenal karakteristik peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
PENDIDIKAN DASAR DAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pengaruh POLA KOMUNIKASI keluarga terhadap perkembangan emosi anak
INSTRUMEN PEMETAAN MUTU DI SATUAN PENDIDIKAN
Kewarganegaraan Sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian dan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
Materi dan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Kewarganegaraan Sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian Dr
Kewarganegaraan Sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian dan Pembentuk Karakter Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
Kewarganegaraan Sebagai Matakuliah Pengembangan Kepribadian dan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Dr. Dewi Kurniasih, S.IP.,M.Si.
BAB 3 MUNCULNYA NASIONALISME INDONESIA
BIMBINGAN KONSELING Sy LULU ASSAGAF, S.Psi.
PENGERTIAN DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
Pengembangan Kompetensi sebagai Tujuan Pembelajaran
BIMBINGAN KONSELING.
PERTEMUAN KE-3 DAN 4 karakter siswa
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Pengembangan Kurikulum dalam Penulisan
ANALISIS KURIKULUM 2013 JENJANG SMP
TEORI PEMBELAJARAN PLS
SISTEM PEMBINAAN PROFESIONAL
ASSALAMU’ALAIKUM SEMOGA PERTEMUAN INI MEMBAWA MANFAAT.
PENDIDIKAN MERUPAKAN KEBUTUHAN VITAL MANUSIA
KENAKALAN REMAJA (TAWURAN ANTAR PELAJAR)
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PERANAN MULTIPLE INTELLEGENCE DALAM BELAJAR
TUJUAN DAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Pedagogi Kritis dalam Pendidikan di Indonesia
PERTEMUAN KE-3 DAN 4 karakter siswa
PENGGUNAAN ALAT PERAGA CHART DAN ABACUS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENGURANGAN BILANGAN CACAH DI KELAS III SDN 353 PATALA BUNGA.
KURIKULUM 2013: URGENSI PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN PKn di SD MODUL 3
MATA KULIAH SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN JUDUL Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Geografi pokok bahasan Litosfer.
RIA KURNIASARI. KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menganalisis hakikat, fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD.
PKn yang berhasil menumbuhkan sikap mental : bersifat cerdas,
PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI & METODE PEMBELAJARAN.
Kerangka Proposal Penelitian Penerapan Model Pembelajaran REACT Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika Kelas X MIPA.
Transcript presentasi:

PERUBAHAN PENDIDIKAN UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA Disusun oleh Kelompok 9: LINA HERLINAWATI (842020112047) NIA NURFAUZIAH (842020112054)

LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan. Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik secara kualitas maupun kuantitas.

PERUBAHAN PENDIDIKAN UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA Seberapa jauh pendidikan mampu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) kita dan jati diri bangsa dalam mengembangkan demokrasi dan memupuk persatuan bangsa atau sebuah pertanyaan yang sering terlontarkan, terkesan bernada klise, tetapi memiliki jangkauan yang dalam. Untuk membahas masalah ini, kita perlu menawarkan beberapa perubahan pendidikan untuk menigkatkan SDM, di antaranya :

1. Pendidikan sebagai Proses Pembebasan Manusia sendiri pada dasarnya adalah makhluk yang bebas, ia terlahir ke dunia dalam keadaan telanjang, tanpa ada satu ikatanpun yang memasungya. Dengan ketelanjangannya itu menandakan bahwa manusia adalah makhluk yang merdeka dan bebas menentukan pilihanya, yang pada akhirnya menuntun manusia itu menjadi diri sendiri, sendiri pada subyektifitas bukan obyektifitas yang hanya memasungnya. Bagi sebagian besar manusia (mahasiswa), pendidikan dimaknai dengan ijazah, perstise, dan kerja, padahal dari itu semua ada yang lebih penting bahwa pendidikan adalah alat perlawanan, karena pada hakekatnya pendidikan adalah “membebaskan”. Membebaskan dari penindasan kebodohan, baik yang ada pada diri manusia atau kebodohan orang lain. Pendidikan tidak menahan mahasiswa untuk mencari ijazah, tapi ijazah sering memaksa mahasiswa untuk bertahan dibangku kuliah, meskipun bangku kuliah tidak jarang memberatkan mahasiswa.

Oleh karenanya, pendidikan bagi kaum tertindas haruslah dirancang sebagai perlawanan yang membebaskan mereka. Metodologi mengenai hal ini dimaksudkan untuk mengelola bagaimana penindasan dapat berpartisipasi langsung dalam pendidikan seperti ini. Metode pendidikannya bersifat aktif dan bersifat pasif dan secara tidak langsung merefleksikan apa yang terjadi dalam dunia nyata. Ini dikarenakan, manusia adalah makhluk eksistensial yang ada dalam dan bersama dunia. Interaksi dengan dunia adalah wadah atau tempat perenungan manusia. Ini lah yang oleh Paolo Freire sebagai proses pembebasan.

2. Pendidikan sebagai Proses Pencerdasan Banyak pihak yang mengecam pendidikan kita dirasakan sebagai sebuah proses pembodohan. Hal ini tidak hanya terbatas di sekolah saja, tetapi juga terasa sekali dalam praktek kehidupan masyarakat. Yang menjadi masalah adalah mereka yang menjadi penyebab kebodohan ini tidak merasakan bahwa ia telah melakukan pembodohan kepada masyarakat. Pembodohan di sekolah terjadi dari praktik instruksional yang sama, yakni dari interaksi verbal vertical. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa langgam belajar di antara siswa, baik pada urusan matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa, maupun sosial ternyata tidak berbeda. Padahal seharusnya dengan latar belakang jurusan tersebut di antara mereka memiliki langgam yang berbeda.

3. Pendidikan Menjunjung Tinggi Hak-hak Anak Di negara kita hak-hak anak terkesan dirampas. Hal ini disebabkan karena masyarakat menjadikan sekolah sebagai panggung pentas, bukan sebagai tempat latihan maupun laboraturium belajar. Pembelajar di sekolah diharapkan oleh orang tuanya memperoleh rangking atas sehingga anak dikursuskan di luar sekolah. Anak diharuskan mendapat nilai yang baik. Mereka harus naik ke panggung pentas dengan nilai terbaik, tetapi tidak dengan cara belajar dengan baik. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada kreatifitas dan kecerdasan anak. Anak hanya akan terfokus pada nilai, nilai dan nilai bukan pada proses belajar yang mengasah kreatifitas dan kecerdasan mereka. Maka dari itu, pendidikan seharusnya meluruskan persepsi yang salah ini kepada para orangtua agar hak-hak anak tidak terampas dan bisa dengan leluasa mengembangkan potensi yang ada di diri mereka dengan optimal.

4. Pendidikan menghasilkan Tindak Perdamaian Banyaknya pelajar yang terlibat tawuran, kasus kekerasan antara guru dan murid, bisa menjadi bukti nyata bahwa pendidikan telah menghasilkan tindak kekerasan. Hal ini muncul karena banyak faktor, diantaranya karena lingkungan keluarga yang menyelesaikan persoalan dengan kekerasan, kemasan hiburan (sinetron, film, permainan) yang menonjolkan kekerasan. Pendidikan sebagai alat pemberdayaan, seharusnya bisa mengatasi hal-hal seperti ini. Hal ini bisa dilakukan bila di sekolah diajarkan dan diterapkan bagaimana menyelesaikan permasalahan dengan damai dan kreatif, sehingga anak bias mengaplikasikannya di masyarakat.

Pendidikan Anak Berwawasan Integratif Secara realita mata pelajaran masih terkesan terkotak-kotak, kurikulum masih belum mampu menjadikan anak memiliki wawasan integratif, yaitu menjadi manusia terdidik yang berilmu dan berpengetahuan, yang sekaligus sebagai manusia beriman.

Integrasi dari keseluruhan itu seharusnya menjadikan pembelajaran sebagai manusia yang utuh. Di mana pun, kapan pun, ia dapat menampilkan diri sebagai sosok yang menampilkan satuan psikofisik, bukan sebagian-sebagian. Di mana pun, kapan pun, ia membawa kesatuan dari manusia terdidik, sebagai manusia berilmu dan berpengetahuan, serta sebagai manusia beragama. Ia tidak hanya anti terhadap orang lain yang bertindak kejahatan, tetapi walaupun ia memiliki kesempatan untuk itu, ia tidak akan berbuat kejahatan tersebut.

6. Pendidikan Membangun Watak Persatuan Pendidikan dirasakan belum cukup memberi pengalaman kepada para siswa tentang menghargai perbedaan dan cara mengatasinya. Hal ini dikarenakan di sekolah siswa kurang diajarkan cara menghargai, belajar masih didominasi oleh pengajaran kontekstual yang tidak mampu membangun kesadaran diri maupun sikap. Belajar kelompok adalah salah satu cara untuk memberi pengalaman kepada siswa tentang bagaimana memaknai perbedaan. Ada beberapa mata pelajaran yang bisa memunculkan rasa persatuan yaitu sejarah dan geografi.

7. Pendidikan Menghasilkan Manusia Demokratis Saat ini pendidikan masih sangat otoriter, baik manajemen, interaksi atau transaksi, proses, kedudukan maupun substansinya. Tentu saja ini tidak akan menghasilkan manusia yang demokratis. Pengalaman demokratis tidak pernah diperoleh pembelajar dalam hidup sehari-hari. Mereka hanya memahaminya secara tekstual. Dalam praktek, kedudukan substansi dan proses pembelajaran kita masih berorientasi vertikal, yakni dari atas ke bawah. Penegetahuan (tekstual) masih berpola pada guru-siswa, yang seharusnya guru dan pembelajar bersama-sama menghadapi persoalan pengetahuan yang konseptual bukan tekstual.

Pendidikan Menghasilkan Manusia yang Peduli Lingkungan Untuk bisa menghasilkan manusia yang peduli lingkungan, maka pembelajaran harusnya tidak berdasarkan pada tekstual semata, tetapi bisa dengan menggunakan pengalaman siswa sebagai sumber belajar, hal ini tentu akan lebih mendekatkan siswa dengan lingkungan dan mencintainya.

9. Sekolah Bukan Satu-satunya Instrumen Pendidikan Menurut Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah memang mengatur pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, tetapi ini tidak menjadi alasan untuk menumpukan muatan pendidikan pada sekolah saja. Ada instrumen pendidikan lain selain sekolah, yang tentunya tidak kalah pentingnya, yaitu pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan keluarga mengambil peran sangat penting dalam pendidikan seorang anak, karena seorang anak akan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolah, sehingga peran orang tua disini sangat diperlukan. Orang tua hendaknya bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Selain itu, lingkungan juga sangat penting, hendaknya anak ditempatkan pada lingkungan bermain yang baik dan mendukung sekolahnya.

SEKIAN PRESENTASI DARI KELOMPOK 9 TERIMA KASIH www.linaherlinawati42.wordpress.com