MANAJEMEN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Pertemuan 08 Matakuliah: O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi Tahun : September 2008
Bina Nusantara 2 Materi Peran Komunikator Teknik komunikasi persuasif
Bina Nusantara 3 TUJUAN Mahasiswa dapat memahami peran komunikator dalam membangun komunikasi yang efektif
Bina Nusantara 8.1. Pendahuluan Keefektifan komunikasi tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi efektifitas media yang digunakan, tetapi juga oleh diri si komunikator. Komunikator dalam mengutarakan pikiran dan perasaannya dalam betuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Komunikan akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan informasi itu. Jika ternyata informasi yang diutarakannya tidak sesuai dengan diri komunikator – betapapun tingginya teknik komunikasi yang dilakukan – hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Pada pertemuan ini kita akan membahas peran komunikator dan managemen komunikasi supaya pesan yang disampaikan kepada komunikan menjadi lebih efektif. Semua materi dalam pertemuan ini diambil dari Prof. Drs. Onong Uchjana Efenddy, M.A, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004
Bina Nusantara 8.2. Peran Komunikator Etos komunikator Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran; afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar; dan konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan akan menjadi lebih komunikatif apa bila terjadi proses psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses tersebut. Oleh karena itu etos komunikator ditentukan oleh faktor- faktor berikut:
Bina Nusantara a. Kesiapan Seorang komunikator yang tampil di mimbar harus menunjukan kepada khlayak bahwa ia muncul di depan forum dengan persiapan yang matang. Demikianpun bila kita hendak mewawancarai seseorang, kita harus melakukan persiapan, seperti mencari tahu siapa komunikan kita (baik riwayat hidupnya, prestasi, budaya dan lain sebagainya). Hal yang sama juga terjadi dalam komunikasi massa. Ada pameo yang berbunyi “qui ascendit sine labore, descendit sini honore” (siapa yang naik tanpa bekerja, turun tanpa kehormatan. Makna pameo ini ialah, siapa yang naik mimbar tanpa persiapan, akan turun secara tidak terhormat. b. Kesungguhan Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu subyek dengan menunjukan kesungguhan, akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan kepadanya. c. Ketulusan Seorang komunikator harus membawakan kesan ketulusan kepada khalayak, bahwa ia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. Cara yang terbaik untuk menumbuhkan ketulusan ini adalah menumbuhkan faktor pendukug etos tersebut.
Bina Nusantara d. Kepercayaan Seorang komunikator harus senantiasa memancarkan kepastian. Ini harus selalu muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna. Ia harus selamanya siap menghadapi situasi. e.Ketenangan Khalayak cenderung akan menaruh kepercayaan kepada komunikator yang tenang dalam penampilan dan tenang dalam mengutarakan kata-kata. Ketenangan ini perlu dipelihara dengan pengorganisasian pikiran, perasaan, dan hasil dari penginderaan secara terpadu, sehingga terlontar jawaban yang argumentatif. f. Keramahan Keramahan komunikator akan menimbulkan rasa simpati komunikan kepadanya. Keramahan tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis. Keramahan tidak saja ditunjukan dengan ekspresi wajah, tetapi juga dengan gaya dan cara pengutaraan paduan pikiran dan perasaannya. g.Kesederhanaan kesederhanaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga dalam hal penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaan.
Bina Nusantara Sikap komunikator Sikap adalah suatu kesiapan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungannya dengan kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya, pada diri komunikator terhadap lima jenis sikap, yakni: a. Reseptif sikap reseptif berarti kesediaan untuk menerima gagasan dari orang lain. Dengan sikap reseptif seorang komunikator berhati terbuka, tidak mentunakan orang lain. b.Selektif untuk menjadi komunikator yang baik, ia harus menjadi komunikan yang terampil di mana ia selektif dalam menerima pesan, sehingga dengan cara yang sama ia pun selektif dalam menyampaikan pesan.
Bina Nusantara a.Dijestif Yang dimaksud dengan dijestif di sini ialah kemampuan komunikator dalam mencerna gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan. Ia mampu memahami makna yang lebih luas dan lebih medalam dari yang tersurat, ia mampu melihat intinya yang hakiki seraya dapat melakukan prediksi akibat dari pengaruh gagasan atau informasi tadi. d. Asimilatif Asimilatif berarti kemampuan komunikator dalam mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang lain secara sistematis dengan apa yang telah ia miliki dalam benaknya, yang merupakan hasil pendidikan dan pengalamannya. e. Transmisif yaitu kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif dan konatif kepada orang lain.
Bina Nusantara Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam perencanaan komunikasi persuasif yakni: a.Teknik asosiasi teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian orang. Teknik ini sering dilakukan oleh kalangan bisnis atau kalangan politik. b. Teknik integrasi komunikator menyatu secara komunikatif dengan komunikan. Hal ini dapat terwujud melalui kata-kata verbal atau nonverbal. Sehingga komunikan merasa senasib. c. Tenik ganjaran untuk mempengaruhi orang lain komunikator menjanjikan ganjaran.
Bina Nusantara 8.3. Teknik komunikasi persuasif Perencanaan komunikasi persuasif Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuannya dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi. Komponen komunikasi terdiri dari komunikator, pesan, media, dan komunikan. Bagi komunikator isi pesan sebuah pesan sudah jelas, namun belum tentu bagi komunikan. Pesan harus ditata sekian sehingga sesuai dengan diri komunikan yang akan menjadi sasaran. Dalam hubungan dengan ini seorang komunikator sebaiknya selalu melakukan komunikasi dengan diri sendiri (komunikasi intrapersona), seperti bertanya kepada diri sendiri dan berusaha juga menjawabnya sendiri; siapa komunikan yang akan jadi sasaran? Apakah seorang atau sekelompok orang? Atau masyarakat secara keseluruhan? Jika hanya seorang, apa pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, idelologiya dan hobinya? Bila sekelompok orang, apakah kelompok kecil atau besar? Apakah homogen atau heterogen? Jawaban terhadap pertannyaan ini sangat menentukan bagaimana kita memilih media, atau mengelolah media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan.
Bina Nusantara d.Teknik tataan Yang dimaksud dengan teknik tataan adalah menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar, dibaca, sehingga orang termotivasikan untuk menghayati atau membuat keputusan berdasarkan pesan yang disampaikan. e. Teknik red-herring Teknik seni komunikator untuk meraih kemenangan dalam suatu perdebatan
Bina Nusantara Pentahapan komunikasi persuasif Demi berhasilnya komunikasi persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Dalam konteks ini ada formula yang biasa disingkat AIDDA. A = ATTENTION (PERHATIAN) I = INTEREST (MINAT) D = DESIRE (HASRAT) D = DECISION (KEPUTUSAN) A = ACTION (KEGIATAN) Komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatiian, setelah berhasil menarik perhatian komunikan, komunikator berusaha menumbuhkan minat. Dengan melakukan bujukan, ajakan, himbauan dan lain sebagainya, komunikator membangkitkan hasrat komunikan, sehingga pada tahap berikutnya komunikan mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan sebagaimana yang diharapkan.
Bina Nusantara 8.4. Penutup Dari pembahasan di atas jelas bagi kita bahwa efektivitas dari suatu komunikasi sangat juga ditentukan oleh bagaimana sikap komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan. Itu artinya efektivitas suatu komunikasi tidak semata-mata bergantung pada konteks kultural, media yang digunakan dan pesan yang disampaikan melainkan juga sikap atau etos dari komunikator itu sendiri.