II. NILAI DAN ETIKA DALAM PEKERJAAN SOSIAL Oleh : Dr. Epi Supiadi, M.Si
A. Landasan Nilai Pekerjaan Sosial Profesional Nilai-nilai sejarah yang tertanam kuat sama baiknya dengan praktek pekerjaan sosial kontemporer. Memahami pergeseran nilai yang terjadi membawa nilai-nilai umum pekerjaan sosial kontemporer kepada fokus yang lebih tajam. Selama bertahun-tahun, fokus dari nilai-nilai pekerjaan sosial telah bergeser dari keprihatinan tentang moralitas klien-klien individu menjadi keprihatinan tentang moralitas perilaku profesional (Reamer, 1990; 1994)
Fokus pada moralitas individual Pada akhir abad ke-19 di Inggris, sikap terhadap kaum miskin mencerminkan keyakinan bahwa orang-orang banyak yang miskin karena mereka menolak mengambil keuntungan dari banyaknya peluang untuk memperbaiki kondisi mereka. Agen berfokus untuk memperbaiki individu daripada mengatasi ketidakadilan sosial melalui reformasi sosial Sudut pandang ini menekankan karakter dan moralitas klien dan jelas membedakan antara "layak" dan "tidak layak" miskin
Moral imperatives untuk profesi Awal abad 20 perhatian moralitas telah bergeser dari fokus moralitas klien menjadi fokus pada moralitas pekerjaan sosial, perilaku para praktisi dan tindakan dalam profesi pekerjaan sosial Nilai-nilai umum pekerjaan sosial Mencerminkan keyakinan mendasar tentang sifat alamiah manusia, perubahan, dan kualitas yang memiliki nilai intrinsik Meliputi kesetaraan, keadilan sosial, membebaskan gaya hidup, akses sah terhadap sumber daya sosial, dan pembebasan kekuatan diri. Pekerja sosial berdiri sebagai pembebas manusia dari kemunduran, usang, dan situasi sosial yang menindas.
Komitmen profesi pekerjaan sosial untuk kualitas hidup, keadilan sosial, dan harkat dan martabat manusia, terbukti pada tahun-tahun awal dari profesi dan berlangsung hingga hari ini (Reamer, 1995; 1999). Nilai-Nilai Utama. Menurut CSWE (2001), profesi pekerjaan sosial didasarkan pada nilai-nilai pelayanan, keadilan sosial dan ekonomi, martabat dan nilai pribadi, pentingnya hubungan manusia, integritas dan kompetensi dalam praktek.
Penjabaran nilai utama dalam tujuan Pekerjaan Sosial : Untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi kemiskinan, penindasan, dan bentuk-bentuk ketidakadilan sosial. Untuk meningkatkan fungsi sosial dan interaksi individu, keluarga, kelompok, atau organisasi, dan masyarakat dengan melibatkan mereka dalam mencapai tujuan, pengembangan sumber daya, dan mencegah dan mengurangi stres. Untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan sosial, layanan, dan program-program yang memenuhi kebutuhan dasar manusia dan dukungan pengembangan kapasitas manusia. Untuk mengejar kebijakan, pelayanan, dan sumber daya melalui advokasi dan tindakan politik atau sosial yang mempromosikan keadilan sosial dan ekonomi. Untuk mengembangkan dan menggunakan penelitian, pengetahuan, dan keterampilan yang memajukan praktek pekerjaan sosial. Untuk mengembangkan dan menerapkan praktek dalam konteks budaya beragam.
B. Konteks nilai pekerjaan sosial Nilai Sosial politik budaya masyarakat Nilai profesi Pekerjaan Sosial Nilai lembaga pelayanan Nilai Sistem Klien Nilai PresentingProblem Nilai pribadi Pekerja Sosial
Nilai-nilai sosial dominan yang mendasari mandat masyarakat untuk kesejahteraan sosial Sistem kepercayaan kapitalis-puritan, yang menekankan pada pencapaian material dan kesuksesan : keberhasilan dianggap sebagai sesuatu yang `baik' dan gagal sebagai sesuatu yang 'buruk' atau inferior. Asumsi dasar sistem kepercayaan kapitalis-puritan meliputi:
Manusia bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan sendiri. Sifat manusia pada dasarnya buruk/jahat, tetapi dapat diatasi dengan tindakan kehendak Tujuan utama manusia adalah mendapatkan kemakmuran material, yang dicapai melalui kerja keras Tujuan utama dari masyarakat adalah pemeliharaan hukum dan ketertiban yang mana untuk mencapainya adalah sesuatu yang mungkin Orang yang gagal atau menyimpang, tidak layak membantu, meskipun upaya-upaya rehabilitasi telah dilakukan. Insentif utama untuk perubahan ditemukan dalam penghargaan dan hukuman ekonomi atau fisik.
Sistem kepercayaan humanis-positivis-utopia : "bahwa semua penderitaan manusia tidak diinginkan, dan harus dicegah, atau sétidaknya dikurangi, bahwa semua perilaku manusia adalah hasil dari keterkaitan antara organisme biologis dan lingkungan dan bahwa metode ilmiah adalah dasar bagi pemahaman manusia“ Asumsi pandangan ini meliputi: Tujuan utama dari masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia baik material maupun emosional.
Jika kebutuhan manusia terpenuhi, maka akan tercapai berbagai keadaan seperti kebaikan, kedewasaan, penyesuaian, atau produktivitas, dimana sebagian besar dari masalah masyarakat dapat terpecahkan. Faktor penghambat seseorang mencapai keadaan tersebut adalah keadaan eksternal, yang tidak berada di bawah kendali pribadinya. Hal ini mencakup kurangnya pendidikan, keadaan ekonomi yang baik, hubungan pada masa kecilnya, dan lingkungan sosialnya. Keadaan ini adalah subyek terhadap manipulasi oleh mereka yang memiliki pengetahuan ilmiah dan teknik memadai, menggunakannya secara umum, apa yang dikenal sebagai "metode ilmiah," dan akibatnya. Manusia dan masyarakat, pada akhirnya sangat sempurna
Tradisi Yahudi-Kristen, yang mencakup faham yang tidak menghakimi, penentuan nasib sendiri, persamaan kesempatan, serta meninggikan harkat dan martabat semua manusia. Asumsi dasarnya meliputi : Manusia diciptakan sebagai makhluk yang salah satu masalah utamanya adalah bahwa ia bertindak seolah-olah tidak dan berusaha untuk menjadi otonom; Manusia itu bisa gagal, tetapi pada saat yang sama mampu bertindak dengan keberanian besar atau tidak egois
Perbedaan diantara manusia, dalam hal baik dan buruk, tidak signifikan dibandingkan dengan permintaan standar oleh pencipta mereka, dan sebagai akibatnya, manusia tidak bisa menilai rekan-rekannya dalam hal tersebut Kebaikan terbesar manusia yaitu dalam hal hubungannya dengan teman-temannya dan dengan pencipta-Nya Manusia mampu untuk memilih, dalam arti "aktif dan bersedia", tetapi mungkin memerlukan bantuan dalam membuat pilihan ini Cinta selalu pemenang tertinggi atas kekerasan.
Nilai dan Profesi Pekerjaan Sosial Hubungan antara pekerjaan sosial dan masyarakat tak terpisahkan dan bersifat resiprokal. Nilai-nilai masyarakat mempengaruhi profesi pekerjaan sosial dan sebaliknya profesi pekerjaan sosial mempengaruhi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat memberi mandat kepada profesi pekerjaan sosial untuk bekerja dengan masyarakat yang tertindas, miskin, dan tidak beruntung untuk memperbaiki nasib mereka. Pekerja sosial menemukan kesempatan untuk peduli terhadap kesejahteraan manusia atas dasar keyakinannya tentang manusia.
Lembaga dan Nilai Seluruh spektrum dari nilai-nilai yang mempengaruhi proses pekerjaan sosial, mencakup sistem nilai organisasi atau lembaga dimana transaksi pekerjaan sosial terjadi. Sistem nilai organisasi termasuk faktor seperti filsafat organisasi dan misi, kebijakan dan prosedur, serta prioritas elijibilitas
Sistem Klien dan Nilai Semua orang memiliki seperangkat nilai-nilainya sendiri yang unik yang dipengaruhi oleh warisan ras atau etnis, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi. Praktek pekerjaan sosial yang efektif mempertimbangkan keunikan sistem klien dari nilai-nilainya
Masalah yang nampak dan Nilai Masalah-masalah klien sarat akan nilai, dan masalahnya bersifat moral atau etis, menyatu dengan konflik-konflik nilai dan dilema etika. Klien juga memperlihatkan perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain Kesulitan dalam fungsi sosial lebih dipahami sebagai gangguan tindakan moral dan hubungan
Nilai Pribadi Pekerja Sosial Pekerja sosial memasuki profesinya sebagai individu dengan nilai-nilai pribadi yang dipengaruhi faktor keluarga, teman sebaya, spiritualitas, latar belakang budaya, dan pengalaman pribadi. Pekerja sosial perlu mengembangkan pemahaman tentang bagaimana sudut pandang pribadi mereka mempengaruhi fungsi profesional mereka. Menjadi sadar diri merupakan elemen penting untuk menjadi profesional yang efektif. Pekerja yang efektif harus menyadari diri mereka sebagai sistem nilai berjalan, menyadari apakah nilai-nilai itu, mengevaluasinya dengan rasional, dan mengubahnya.
TUGAS DISKUSI KELOMPOK Nilai-nilai sosial, politik dan budaya apakah yang dominan mendasari mandat pekerja sosial dan masyarakat untuk kesejahteraan sosial di Indonesia?.