Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SISTEM SENSORY Sistem sensoris suatu sistem yang memungkinkan individu berinteraksi / berhubungan dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SISTEM SENSORY Sistem sensoris suatu sistem yang memungkinkan individu berinteraksi / berhubungan dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung."— Transcript presentasi:

1 SISTEM SENSORY Sistem sensoris suatu sistem yang memungkinkan individu berinteraksi / berhubungan dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung pada kuatnya stimulasi yang diterima oleh reseptor atau target organ. Setiap sensasi yang diterima tergantung pada kuatnya stimulasi yang diterima oleh reseptor atau target organ.

2 Sistem sensoris ini terdiri atas Somestesia yaitu perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari somatopleura seperti kulit, tulang, periosteum, tendon, otot. Jadi segala macam perasaan yang tidak tercakup dalam perasaan pancaindera penghidu, penglihatan, pengecapan, pendengaran dan keseimbangan.

3 Viseroestesia yaitu perasaan yang dirasakan pada bagian tubuh yang berasal dari visceropleura, seperti usus, paru, limpa dan sebagainya.

4 Sensorik td dari : Type Primer : impuls-impuls melewati thalamus sebagai sensasi simpel seperti : rasa raba, rasa rasa nyeri, suhu dan getar. Type Primer : impuls-impuls melewati thalamus sebagai sensasi simpel seperti : rasa raba, rasa rasa nyeri, suhu dan getar. : impuls impuls primer tersebut diteruskan ke korteks dimana impuls tersebut di interpretasi di tingkatan korteks. Mis nyeri tusuk dirasakan ditingkat thalamus, tetapi jumlah, lokasi, ukuran, dan multipel stimulasi tusukan akan diinterpretasi oleh korteks parietal. Type Sekunder : impuls impuls primer tersebut diteruskan ke korteks dimana impuls tersebut di interpretasi di tingkatan korteks. Mis nyeri tusuk dirasakan ditingkat thalamus, tetapi jumlah, lokasi, ukuran, dan multipel stimulasi tusukan akan diinterpretasi oleh korteks parietal.

5 Sensorik Primer Rasa Raba Rasa Raba Suhu Suhu Rasa nyeri Rasa nyeri Rasa getar Rasa getar Proprioseptif (rasa posisi) Proprioseptif (rasa posisi)

6 Sensorik Sekunder Two-Point Discrimination : kemampuan untuk membedakan dua tempat yang disentuh oleh jarum atau benda tajam lainnya Two-Point Discrimination : kemampuan untuk membedakan dua tempat yang disentuh oleh jarum atau benda tajam lainnya Stereognosis : kemampuan untuk mengenal bentuk benda. Stereognosis : kemampuan untuk mengenal bentuk benda. Barestesia : kemampuan untuk membedakan berat suatu benda Barestesia : kemampuan untuk membedakan berat suatu benda Tactil Localization : kemampuan untuk mengidentifikasi bagian tubuh yang disentuh oleh kapas atau benda tajam. Tactil Localization : kemampuan untuk mengidentifikasi bagian tubuh yang disentuh oleh kapas atau benda tajam.

7 Sensorik Sekunder Allochiria : kesulitan untuk membedakan sisi kanan atau kiri tubuh Allochiria : kesulitan untuk membedakan sisi kanan atau kiri tubuh Identification of Body Part : kemampuan untuk mengidentifikasi bagian bagian tubuh. Misalnya Finger agnosia yang ditemukan pada Gerstmann Syndrom. Identification of Body Part : kemampuan untuk mengidentifikasi bagian bagian tubuh. Misalnya Finger agnosia yang ditemukan pada Gerstmann Syndrom. Autotopanosia : yaitu hilangnya kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh dari sisi tubuh lainnya. Autotopanosia : yaitu hilangnya kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh dari sisi tubuh lainnya. Anosognosia : yaitu paien tidak menyadari adanya gangguan pada bagian tubuh yang lumpuh. Anosognosia : yaitu paien tidak menyadari adanya gangguan pada bagian tubuh yang lumpuh.

8 Somestesia terbagi atas: Perasaan Protopatik (eksteroseptif) mencakup perasaan yang terdiri dari rasa nyeri, suhu dan rasa tekan. Perasaan Protopatik (eksteroseptif) mencakup perasaan yang terdiri dari rasa nyeri, suhu dan rasa tekan. Reseptornya terletak pada kulit. Perasaan Proprioseptif meliputi perasaan yang diperlukan untuk mengatur diri sendiri mencakup rasa gerak, getar, sikap dan rasa halus. Perasaan Proprioseptif meliputi perasaan yang diperlukan untuk mengatur diri sendiri mencakup rasa gerak, getar, sikap dan rasa halus. Reseptornya berada didalam otot, tendon dan jaringan pengikat sendi-sendi.

9 Anatomi dan fisiologi Perasaan protopatik (eksteroseptif) Reseptor adalah organ sensori khusus yang mempunyai kemampuan mencatat perubahan- perubahan rangsangan dari alat perasa di kulit dan mukosa yang menhantarkan rangsangan ini sebagai impuls. Reseptor adalah organ sensori khusus yang mempunyai kemampuan mencatat perubahan- perubahan rangsangan dari alat perasa di kulit dan mukosa yang menhantarkan rangsangan ini sebagai impuls. Sensasi yang diterima oleh perasaan protopatik ialah : nyeri, suhu dan raba. Sensasi yang diterima oleh perasaan protopatik ialah : nyeri, suhu dan raba.

10 Nosiseptor adalah alat perasa di ujung-ujung susunan saraf aferen yang sebagian merupakan serabut bebas yang tidak memperlihatkan bentuk khusus Serabut saraf yang memperlihatkan bentuk khusus : Serabut saraf yang memperlihatkan bentuk khusus : Ujung serabut saraf bebas yang tersusun seperti sisir dinamakan alat Ruffini, sebagai alat perasa panas. Ujung serabut saraf bebas yang tersusun seperti sisir dinamakan alat Ruffini, sebagai alat perasa panas.

11 Ujung saraf yang berbentuk seperti bunga mawar yang masih kuncup dinamakan Krause, untuk alat perasa dingin. Ujung saraf yang berbentuk seperti bunga mawar yang masih kuncup dinamakan Krause, untuk alat perasa dingin. Ujung saraf yang berbentuk seperti piring (alat Merkel) dan yang lain merupakan sekelompok piring yang terbungkus dalam kapsul (alat Meissner), kedua-duanya merupakan alat perasa raba. Ujung saraf yang berbentuk seperti piring (alat Merkel) dan yang lain merupakan sekelompok piring yang terbungkus dalam kapsul (alat Meissner), kedua-duanya merupakan alat perasa raba.

12 Transmisi impuls nyeri

13 Rangsang Nyeri Saraf radiks posterior Ggl Spinale (ggl radiks posterior med. Spinalis) Nosiseptor Nukleus proprius Menyilang Grs tengah Naik/turun 1 – 2 segmen Funikulus anterolateralis kontralateral Ke Rostral berkumpul Di Funikulus Anterolateral Tr. Spinotalamikus Servical Medulla OblongataSebelah dorsolateral Dr oliva inferior Serabut spinotalamikus lateral Berasal dari : -Tungkai berkumpul di lateral -Thorakal berkumpul di tengah -Brakhioservikal berkumpul di medial Perjalanan Impuls Nyeri 1

14 PONS MESENSEPALON DIENSEPALON GIRUS POST SENTRALIS PENYADARAN & PENGENALAN PERASAAN NYERI Diantara Lemniskus Medialis & Brakium kunjunctivum Terletak diatas ujung dorsal Lemniskus Med. Dekat kolikulus superior Somato Sensorik Primer Somato Sensorik Sekunder Nukleus VPL Nukleus VPM Impuls nyeri dari wajah,mukosa kulit & hidung N. Trigeminus Perjalanan Impuls Nyeri 2

15

16

17 Perjalanan Impuls Raba Impuls Rasa Raba Tractus Spinotalamikus / Talamokortikalis Perasaan Raba Bersifat umum Tractus Kuneatus & Grasilis Perasaan Raba bersifat Lokalisasi & Diskriminasi

18 Proprioseptif Rangsangan Ujung Saraf Ganglion Spinale Nucleus Goll & Burdach Alat Pacini Penekanan Penarikan Perengangan Alat perasa Proprioseptif Di otot, tendon & Persendian Medulla Oblongata Pons Mesensephalon Ventro-PosteroMedialis Thalami Lemniscus Medialis Terletak di lantai Tegmentum Pontis Terletak diantara Oliva Inferior

19

20 Susunan Somestesia Perifer Pleksus Brakialis Pleksus Brakialis Pleksus Lumbosakralis Pleksus Lumbosakralis

21 Pleksus Brakialis Pleksus brakialis dibentuk oleh bagian anterior saraf spinal C5,C6,C7,C8 dan hampir seluruh saraf spinal Th1. Pleksus brakialis dibentuk oleh bagian anterior saraf spinal C5,C6,C7,C8 dan hampir seluruh saraf spinal Th1. Cabang dari C5 & C6 membentuk trunkus superior, Cabang dari C5 & C6 membentuk trunkus superior, saraf spinal C7 merupakan trunkus medius saraf spinal C7 merupakan trunkus medius cabang C8 & Th1 membentuk trunkus inferior. cabang C8 & Th1 membentuk trunkus inferior. Ke 3 trunkus ini terletak di fossa supraklavikulair sedikit distal dari muskulus skaleneus anterior Ke 3 trunkus ini terletak di fossa supraklavikulair sedikit distal dari muskulus skaleneus anterior

22 Pleksus Brakialis Cabang anterior trunkus superior & medius (C5,C6, & C7) membentuk fasikulus lateralis. Cabang anterior trunkus superior & medius (C5,C6, & C7) membentuk fasikulus lateralis. Cabang anterior trunkus medius (C7) & trunkus inferior (C8 & Th1) membentuk fasikulus medialis. Cabang anterior trunkus medius (C7) & trunkus inferior (C8 & Th1) membentuk fasikulus medialis. Cabang posterior dari ke 3 trunkus tersebut membentuk fasikulus posterior Cabang posterior dari ke 3 trunkus tersebut membentuk fasikulus posterior

23 Pleksus Brakialis Ke 3 fasikulus ini terletak di aksila yang merupakan berkas induk dari saraf perifer untuk lengan dan tangan yaitu Ke 3 fasikulus ini terletak di aksila yang merupakan berkas induk dari saraf perifer untuk lengan dan tangan yaitu n. radialis dari fasikulus posterior, n. radialis dari fasikulus posterior, n. muskulokutaneus dari fasikulus lateralis, n. muskulokutaneus dari fasikulus lateralis, n. medoianus berasal dari gabungan fasikulus lateralis dan medialis dan n. medoianus berasal dari gabungan fasikulus lateralis dan medialis dan n. kutaneus medialis brakii serta n. ulnaris berasal dari fasikulus medialis. n. kutaneus medialis brakii serta n. ulnaris berasal dari fasikulus medialis.

24

25 Pleksus Lumbosakralis Terdiri dari Pleksus Lumbalis dan Pleksus Sakralis. Terdiri dari Pleksus Lumbalis dan Pleksus Sakralis. Pleksus Lumbalis tersusun dari cabang anterior saraf spinal L1,2,3 dan sebagian L4 yang memberikan percabangan Pleksus Lumbalis tersusun dari cabang anterior saraf spinal L1,2,3 dan sebagian L4 yang memberikan percabangan N. kutaneus femoralis lateralis, n.femoralis, n. genitofemoralis dan n. obturatorius. N. kutaneus femoralis lateralis, n.femoralis, n. genitofemoralis dan n. obturatorius. Nervus iliohipogastrikum, n. ilioinguinalis tidak berasal dari pleksus lumbalis, melainkan merupakan cabang langsung dari saraf spinal L1 Nervus iliohipogastrikum, n. ilioinguinalis tidak berasal dari pleksus lumbalis, melainkan merupakan cabang langsung dari saraf spinal L1

26

27 Pleksus Lumbosakralis Pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior saraf spinal L4 sampai dengan S3. Pleksus sakralis disusun oleh cabang anterior saraf spinal L4 sampai dengan S3. Saraf perifer kutan yang berasal dari pleksus sakralis ialah n. gluteus superior dan inferior, n. kutaneus femoralis posterior dan n. iskiadikus. Saraf perifer kutan yang berasal dari pleksus sakralis ialah n. gluteus superior dan inferior, n. kutaneus femoralis posterior dan n. iskiadikus. Saraf perifer kutan yang mengurus kulit daerah inguinal ialah n. ilioinguinalis (cabang saraf spinal L1) sedangkan daerah kutan tungkai atas lainnya disarafi oleh m. kutaneus femoralis lateralis dan n. kutaneus femoralis anterior (cabang-cabang pleksus lumbalis). Saraf perifer kutan yang mengurus kulit daerah inguinal ialah n. ilioinguinalis (cabang saraf spinal L1) sedangkan daerah kutan tungkai atas lainnya disarafi oleh m. kutaneus femoralis lateralis dan n. kutaneus femoralis anterior (cabang-cabang pleksus lumbalis).

28

29 Pleksus Lumbosakralis Persarafan tungkai bawah, Persarafan tungkai bawah, bagian medial diurus cabang-cabang pleksus lumbalis bagian medial diurus cabang-cabang pleksus lumbalis bagian lateral dan posterior diurus oleh cabang- cabang pleksus sakralis bagian lateral dan posterior diurus oleh cabang- cabang pleksus sakralis Seluruh kulit kaki, kecuali yang menutupi maleolus medialis diurus oleh cabang-cabang pleksus sakralis. Seluruh kulit kaki, kecuali yang menutupi maleolus medialis diurus oleh cabang-cabang pleksus sakralis.

30 Pleksus Lumbosakralis Sebenarnya n. iskiadikus merupakan kelanjutan pleksus sakralis Sebenarnya n. iskiadikus merupakan kelanjutan pleksus sakralis Di fossa poplitea bercabang dua menjadi n. tibialis dan n. peroneus komunis. Di fossa poplitea bercabang dua menjadi n. tibialis dan n. peroneus komunis. Cabang-cabang kutan n. tibialis ialah n. kutaneus surae medialis, n. plantaris dan n. plantaris medialis. Cabang-cabang kutan n. tibialis ialah n. kutaneus surae medialis, n. plantaris dan n. plantaris medialis. Cabang-cabang kutan n. peroneus komunis ialah n. kutaneus dorsalis pedis intermedius dan n. kutaneus dorsalis pedis medialis. Cabang-cabang kutan n. peroneus komunis ialah n. kutaneus dorsalis pedis intermedius dan n. kutaneus dorsalis pedis medialis.

31 Patofisiologi Somestesia

32 Klasifikasi gejala gangguan sensorik : Anestesia Anestesia Hipestesia Hipestesia Parestesia Parestesia Nyeri Nyeri Gerakan yang canggung serta simpang siur. Gerakan yang canggung serta simpang siur.

33 Anestesia yaitu hilangnya perasaan kalau dirangsang Anestesia yaitu hilangnya perasaan kalau dirangsang Hipestesia yaitu perasaan tidak enak dan terasa berlebihan. Ini terjadi akibat reseptor impuls protopatik / serabut saraf perifer atau lintasan spinotalamik mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun, maka perasaan yang wajar menghasilkan perasaan yang berlebihan. Gangguan ini dapat bersifat mekanik, toksik, vaskuler. Hipestesia yaitu perasaan tidak enak dan terasa berlebihan. Ini terjadi akibat reseptor impuls protopatik / serabut saraf perifer atau lintasan spinotalamik mengalami gangguan sehingga ambang rangsangnya menurun, maka perasaan yang wajar menghasilkan perasaan yang berlebihan. Gangguan ini dapat bersifat mekanik, toksik, vaskuler.

34 Parestesia yaitu perasaan yang timbul secara spontan pada permukaan tubuh tanpa adanya perangsangan. Perasaan yang timbul seperti perasaan dingin/panas setempat, kesemutan, rasa berat atau rasa dirambati sesuatu. Parestesia yaitu perasaan yang timbul secara spontan pada permukaan tubuh tanpa adanya perangsangan. Perasaan yang timbul seperti perasaan dingin/panas setempat, kesemutan, rasa berat atau rasa dirambati sesuatu. Nyeri Nyeri Gerakan yang canggung serta simpang siur. Gerakan yang canggung serta simpang siur.

35 Gangguan Sensorik Negatif Gangguan Sensorik Negatif Merupakan salah satu manifestasi sindrom neurologik yang disebut Defisit Neurologi Merupakan salah satu manifestasi sindrom neurologik yang disebut Defisit Neurologi Gangguan sensorik positif Gangguan sensorik positifNyeri

36 Pola Defisit Sensorik : Hemihipestesi : yaitu deficit sensorik pada salah satu sisi tubuh saja. Hemihipestesi : yaitu deficit sensorik pada salah satu sisi tubuh saja. Ini biasa disebabkan oleh karena lesi pada salah satu hemisfer serebri. Hemihipestesi Alternans hipestesia pada sisi wajah ipsilateral dan hipestesia pada sisi badan kontralateral. Hemihipestesi Alternans hipestesia pada sisi wajah ipsilateral dan hipestesia pada sisi badan kontralateral. Ini disebabkan oleh karena lesi pada jaras spinotalamik & traktus spinalis N. trigeminalis di medulla oblongata.

37 Pola Defisit Sensorik : Hipestesia tetraplegik yaitu hipestesia pada bagian tubuh batas leher ke bawah, wajah dan kepala tidak terganggu. Hipestesia tetraplegik yaitu hipestesia pada bagian tubuh batas leher ke bawah, wajah dan kepala tidak terganggu. Ini disebabkan oleh karena lesi yang memotong medulla spinalis di tingkat servical. Bila lesi medulla spinalis dibawah tingkat Thoracal maka deficit sensorik yang terjadi disebut : Hipestesia Paraplegik. Saddle Hypestesia (hipestesia selangkangan) yaitu hipestesia pada daerah kulit selangkangan. Saddle Hypestesia (hipestesia selangkangan) yaitu hipestesia pada daerah kulit selangkangan. Ini akibat lesi di kauda equine. Hipestesia perifer yaitu hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mengcakup bagian bagian beberapa hematoma. Hipestesia perifer yaitu hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mengcakup bagian bagian beberapa hematoma.

38

39 Sindroma sindroma deficit sensorik: Sindroma trombosis serebri Akibat penyumbatan arteri lentikulostriata yang mengakibatkan infark di krus posterior kapsula interna sehingga menimbulkan hemiplegia dan hemiparestesia kontralateral.

40 Sindroma sindroma deficit sensorik: Sidroma Wallenberg Akibat penyumbatan sesisi pada arteri serebelli posterior inferior yang mengakibatkan infark di korpus restiforme ipsilateral, lintasan spinotalamik dan Tractus spinalis N. Trigemini. Gejala : Hipestesia wajah ipsilateral, hipestesia badan kontralateral  hemihipestesia alternans. Hipestesia wajah ipsilateral, hipestesia badan kontralateral  hemihipestesia alternans. Ataksia ipsilateral ( gangguan jaras spino serebellar) Ataksia ipsilateral ( gangguan jaras spino serebellar) Vertigo (lesi inti vestibuler) Vertigo (lesi inti vestibuler) Horner sindrom ( gangguan pada substansia retikularis lateral) Horner sindrom ( gangguan pada substansia retikularis lateral) Gangguan menelan ( gangguan pada N. Glosofaringeus ) Gangguan menelan ( gangguan pada N. Glosofaringeus )

41 Sindroma sindroma deficit sensorik: Syringobulbi Yaitu berupa saluran / lubang sempit yang memanjang dari kawasan spinotalamik dan Traktus spinalis N. V ke Traktus Solitarius di Medulla Oblongata. Gejala menyerupai Sindroma Wallenberg (timbul cepat karena gangguan lesi vaskuler) sedangkan syringobulbi timbulnya lambat dalam waktu berbulan – bulan sesuai dengan proses degenerasi.

42 Sindroma sindroma deficit sensorik: Syringomyelia : Yaitu berupa pelunakan saluran / lubang (Gliosis & cavitation) yang memanjang di kanalis sentralis medulla spinalis servikalis. Gejala : Gejala awal  hilangnya sensibilitas pain dan temperatur dgn distribusi segmental ekstremitas atas pada ke dua sisi. Krn serabut spinotalamikus lateral terganggu Gejala awal  hilangnya sensibilitas pain dan temperatur dgn distribusi segmental ekstremitas atas pada ke dua sisi. Krn serabut spinotalamikus lateral terganggu Sensory ekstremitas bawah dan badan tidak terganggu Sensory ekstremitas bawah dan badan tidak terganggu Perasaan raba dan tekan utuh pada dermatom ekstremitas atas yang terganggu. (sensory dissosiasi) Perasaan raba dan tekan utuh pada dermatom ekstremitas atas yang terganggu. (sensory dissosiasi) Gejala lanjut : Gejala lanjut : Ggn LMN dgn atropy otot bila degenerasi meluas ke kornu anterior Ggn LMN dgn atropy otot bila degenerasi meluas ke kornu anterior Ggn tr pyramidal ekstremitas bawah (cystic cavity compression) Ggn tr pyramidal ekstremitas bawah (cystic cavity compression)

43 Sindroma sindroma deficit sensorik: Syndroma Brown Sequard Terjadi akibat hemilesi / hemisection pada medulla spinalis sehingga timbul : Kelumpuhan ipsilateral (UMN) miotoma dibawah lesi. Kelumpuhan ipsilateral (UMN) miotoma dibawah lesi. Kelumpuhan ipsilateral (LMN) miotoma setinggi lesi. Kelumpuhan ipsilateral (LMN) miotoma setinggi lesi. Gangguan protopatik (Pain & Temperatur) kontralateral dermatome dibawah lesi. Gangguan protopatik (Pain & Temperatur) kontralateral dermatome dibawah lesi. Gangguan perasaan proprioseptif (getaran, gerakan, sikap, 2- point discrimination) pada sisi tubuh ipsilateral. Gangguan perasaan proprioseptif (getaran, gerakan, sikap, 2- point discrimination) pada sisi tubuh ipsilateral. Anestesia kutaneus ipsilateral segmental setinggi level Anestesia kutaneus ipsilateral segmental setinggi level Hiperestesia ipsilateral dibawah lesi dan segmental kontralateral setinggi lesi Hiperestesia ipsilateral dibawah lesi dan segmental kontralateral setinggi lesi Penyebab : tumor, infeksi, trauma, proses reaksi imunologik.

44

45 Sindroma sindroma deficit sensorik: Spinal Cord transection Gejala timbul segera setelah transection spinal cord komplit : Gejala timbul segera setelah transection spinal cord komplit : 1. Aktivitas muskuler volunter, refleks somatik dan viseral pada tubuh dibawah lesi hilang 2. Sensibilitas dibawah lesi hilang total 3. Spinal shock berlangsung 2 – 3 minggu Dalam keadaan kronik timbul : Dalam keadaan kronik timbul : 1. Aktivitas refleks minimal 2. Timbul aktivitas refleks fleksor superfisial 3. Spasme antara fleksor dan ekstensor yang tidak sesuai 4. Aktivitas refleks tendon dalam muncul.

46 Gangguan sensorik positif NYERI : yaitu ungkapan suatu proses patologik ditubuh kita. Nyeri dapat bersifat tajam, diffuse atau menjemukan.

47 Nyeri Neuromuskuloskeletal Non Neurogenik : Nyeri pada anggota gerak akibat proses patologik di jaringan yang dilengkapi dengan serabut nyeri. Nyerinya berupa : Nyeri tekan Nyeri tekan Nyeri gerak pasif & aktif. Nyeri gerak pasif & aktif. Misalnya : Artralgia  sendi Mialgia  otot Entesialgia  tendon, fasia, jaringan miofasial, periosteum. miofasial, periosteum.

48 Nyeri Neuromuskuloskeletal Neurogenik : Akibat iritasi langsung terhadap serabut sensorik perifer. Nyerinya berupa : Nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan  Nyeri Radikular Nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan  Nyeri Radikular Penjalaran nyeri berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi  Nyeri Neuritik. Penjalaran nyeri berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi  Nyeri Neuritik.

49 Nyeri radikular yang sering ditemukan : Nyeri radikular pada spondilitis tuberkulosa  nyeri interkostal antara V. T4 –T7. Nyeri radikular pada spondilitis tuberkulosa  nyeri interkostal antara V. T4 –T7. Nyeri radikular pada spondilitis Nyeri radikular pada spondilitis Sebagai hasil proses menua disamping factor turunan & factor eksogenik yang berhubungan dengan pekerjaan panyakit. Pada tulang belakang memperlihatkan osteofit & spondilosis, sering terjadi pada daerah servical. Sebagai hasil proses menua disamping factor turunan & factor eksogenik yang berhubungan dengan pekerjaan panyakit. Pada tulang belakang memperlihatkan osteofit & spondilosis, sering terjadi pada daerah servical. Test Provokasi : Test Provokasi : Test Lhermitte Test Lhermitte Test Distraksi Test Distraksi

50

51

52 Nyeri radikular pada HNP : yaitu akibat jebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis Test Provokasi : Test Laseque Test Laseque Test Naffzigger Test Naffzigger

53 Test Naffzigger Test Laseque

54 Nyeri Neuritis Timbul akibat bagian saraf perifer terlibat / terjebak dalam proses patologik pada tempat yang dilewati saraf perifer bersangkutan.

55 Polyneuritis Saraf – saraf perifer terutama bagian distal ke empat ekstermitas dapat mengalami gangguan akibat infeksi, intoksikasi, proses immunopatologik, defisiensi makanan. Gejala utamanya dapat bersifat sensorik melulu (polyneuritis / polineuropatia diabetic ) atau motorik melulu (polyneuritis / polineuropatia defisiensi makanan). Saraf – saraf perifer terutama bagian distal ke empat ekstermitas dapat mengalami gangguan akibat infeksi, intoksikasi, proses immunopatologik, defisiensi makanan. Gejala utamanya dapat bersifat sensorik melulu (polyneuritis / polineuropatia diabetic ) atau motorik melulu (polyneuritis / polineuropatia defisiensi makanan). Manifestasinya bersifat simetris terutama distal ekstremitas. Manifestasinya bersifat simetris terutama distal ekstremitas.

56 Polyneuritis defisiensi makanan biasanya berupa polyneuritis campuran. Polyneuritis defisiensi makanan biasanya berupa polyneuritis campuran. Gangguan Sensorik : pola sarung tangan dan kaos kaki. Gangguan Sensorik : pola sarung tangan dan kaos kaki. Gangguan motorik : drop hand and drop foot. Gangguan motorik : drop hand and drop foot. Polineuritis DM : gangguan sensorik saja. Polineuritis DM : gangguan sensorik saja. Polineuritis : intoksikasi As, alcohol, cobalt, triklorethylene. Polineuritis : intoksikasi As, alcohol, cobalt, triklorethylene. Intoksikasi karena eksotoksin kuman difteri, Pb, INH, Penicillin bersifat mononeuritis. Intoksikasi karena eksotoksin kuman difteri, Pb, INH, Penicillin bersifat mononeuritis.

57 Mononeuritis Gangguan somestesia akibat mononeuritis umumnya besifat negative berupa naestesia / hypestesia/ parestesia. Gangguan somestesia akibat mononeuritis umumnya besifat negative berupa naestesia / hypestesia/ parestesia. Pola deficit sensorik sesuai dengan pola kawasan saraf perifer. Pola deficit sensorik sesuai dengan pola kawasan saraf perifer. Termasuk entrapment neuritis. Termasuk entrapment neuritis.

58


Download ppt "SISTEM SENSORY Sistem sensoris suatu sistem yang memungkinkan individu berinteraksi / berhubungan dengan lingkungannya. Setiap sensasi yang diterima tergantung."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google