Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehnurotuljanah nuroh Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Kelompok 2 Dwi Pradina Budiarti Ira Prabawati Nurotuljanah
2
Reaksi Peradangan Peradangan atau Inflamasi merupakan reaksi vaskular yang melibatkan proses pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut, serta sel-sel yang berasal dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial yang berada di daerah cedera
3
Gambaran Makroskopik Peradangan Akut Rubor (Kemerahan) Kalor (Panas) Dolor (Nyeri) Tumor (Pembengkakan) Fungsio Laesa (Perubahan Fungsi)
4
1. Rubor Kemerahan pada area jejas/trauma Terjadi pelebaran arteriola yang menyebabkan aliran darah meningkat kedalam mikrosirkulasi lokal dan mengakibatkan kapiler meregang hiperemia 2. Kalor Panas pada area jejas/trauma Terjadi proses kimia yang ditimbulkan penyerangan kuman pada jaringan dan reaksi tubuh terhadap kuman tersebut, diakibakan dari: - Banyaknya darah yang mengalir - Proses penyerangan kuman - Penangkisan sel darah putih
5
3. Tumor Pembengkakan pada area jejas/trauma. Diakibatkan karena: a. Banyaknya darah yang mengalir ke tempat radang b. Penumpukan cairan jaringan c. Penumpukan kuman & jaringan yang rusak 4. Dolor Rasa sakit / nyeri pada area jejas. Diakibatkan oleh: a. Perubahan pH lokal atau kerusakan ion – ion tertentu dapat merangsang ujung – ujung saraf b. Pengeluaran zat kimia tertentu (misal;histamin) atau zat kimia bioaktif lainnya c. Pembengkakan jaringan yan meradang yang menyebabkan peningkatan tekanan lokal
6
4. Fungsiolesa Perubahan fungsi jaringan yang cedera Mengalami proses peradangan yang mengakibatkan keadaan kimia dan fisik yang abnormal dari sel – sel yang mengalami inflamasi / peradangan
7
Aspek-Aspek Cairan Peradangan Eksudasi Pergeseran cairan terjadi secara bertahap pada reaksi peradangan berlangsung sangat cepat dan mengandung protein plasma dalam jumlah yang cukup signifikan, ini disebut dengan eksudat. Proses ini diiikuti oleh pergeseran keseimbangan osmotik, dan air keluar bersama protein, menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol menimbulkan hyperemia local dan kemerahan juga menimbulkan peningkatan tekanan intravascular local karena pembuluh darah membengkak
8
Limfatik dan Aliran Limf Jika suatu daerah meradang, terjadi peningkatan mencolok pada aliran limfe yang keluar dari daerah itu sel-sel pelapis yang berdekatan pada limfatik memungkinkan akses yang lebih cepat bagi zat-zat dari celah jaringan untuk masuk ke dalam limfatik Saluran limfatik dipertahankan dalam posisi terbuka karena sebuah jaringan membengkak akibat suatu sistem serabut Pada semua keadaan, tidak hanya aliran limf yang meningkat tetapi juga kandungan protein dan sel pada limf juga meningkat selama peradangan akut.
9
Aspek-Aspek Seluler pada Peradangan Sel dari darah akan keluar dari pembuluh darah: leukosit polimorfonuklear, monosit, limfosit dan eritrosit Penimbunan leukosit, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas à aspek terpenting pada reaksi radang Leukosit mampu melahap bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel – sel nekrosis Enzim lisosom membantu pertahanan tubuh
11
Mediasi Peradangan
12
1. Amin-amin vasoaktif Histamin dapat memicu terjadinya vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular Histamin disimpan di sel mast dan di basofil & trombosit 2. Faktor-faktor plasma Faktor Hageman teraktivasi saat tubuh mengalami cedera Hageman mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein (enzim proteolitik) yang akan bekerja pada kininogen plasma untuk membebaskan bradikinin (peptida yang memicu vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas) 3. Metabolit asam arakhidonat Asam arakhidonat berasal dari fosfolipid Dimetabolisme melalui dua jalur: jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase Menghasilkan berbagai prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien Berpenaruh terhadap efek vaskular dan kemotaktik pada peradangan.
13
4. Produk-produk sel lain sitokin, yang dilepaskan oleh berbagai sel terutama limfosit dan makrofag yang teraktivasi. Jenis sitokin yaitu interleukin 1 dan 8 (IL-1, IL-8) dan faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor, TNF).
14
Jenis Dan Fungsi Leukosit 1.Granulosit, terdiri dari : Netrofil eosinofil Basofil 2.Monosit 3. Limfosit
15
Netrofil Netrofil mampu bergerak aktif seperti amoeba dan mampu menelan berbagai zat (fagositosis). Fungsi Neutrofil : Menanggapi mikroba Antibiotik dalam tubuh Berfungsi dalam proses peradangan Menghancurkan mikro organisme dan benda asing dengan memakannya atau fagositosis Sebagai sel pertahanan tubuh dalam melawan infeksi Membantu menghapuskan stimulus yang berbahaya penyebab matinya sel (nekrosis). Membuat daerah yang kekurangan racun
16
Eosinofil Eosinofil memberikan respon terhadap rangsangan kemotaktik khas tertentu pada reksi alergi dan mengandung zat-zat yang toksik terhadap parasi-parasit tertentu dan zat-zat yang memperantarai peradangan. Fungsi Eosinofil : Mencegah alergi Menghancurkan antigen antibodi Berfungsi dalam menghancurkan parasit-parasit besar Berperan dalam respon alergi
17
Basofil Basofil berasal dari sumsum tulang seperti granulosit lainnya. Basofil darah dan sel mast jaringan dirangsang untuk melepaskan kandungan granulanya kedalam lingkungan sekitarnya pada berbagai keadaan cidera, baik rekasi imunologis maupun reaksi nonspesifik. Fungsi Basofil : Basofil berfungsi memberi reaksi antigen dan alergi dengan mengaktifkan atau mengeluarkan histamin sehingga terjadi peradangan Mencegah adanya penggumpalan dalam pembuluh darah Membantu dalam memperbaiki luka Memperbesar pembuluh darah
18
Monosit Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan morfologi intinya dan sift sitoplasmanya yang relatif agranular. Fungsi Monosit : Menghancurkan sel-sel asing Mengangkat jaringan yang telah mati Membunuh sel-sel kanker Pembersih dari fagositosis yang dilakukan neutrofil Meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungi tubuh Menunjukkan perubahan dalam kesehatan pasien dengan banyak sedikitnya monosit dalam tubuh.
19
Limfosit Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat kecil, dalam waktu yang cukup lama, yaitu sampai reaksi peradangan menjadi kronik. Fungsi Limfosit : Menghasilkan antibodi Mengaktifkan sistem kekebalan tubuh Mengeluarkan bahan kimia dan menghancurkan patogen Melindungi sel normal tubuh Mengetahui patogen tertentu Berubah menjadi antibodi (sel Plasma) Melawan kanker
20
Pola – Pola Peradangan 1.Peradangan akut Peradangan akut memiliki tiga komponen utama: Perubahan kapiler dalam pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan aliran darah Perubahan struktural pada mikrovaskular yang memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi Emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi, akumulasi leukosit pada daerah cedera, dan aktivasi leukosit untuk menghancurkan agen penyebab. 2. Peradangan subakut Disebut peradangan subakut jika ada bukti awal perbaikan disertai dengan eksudasi.
21
3.Peradangan kronis Manifestasi terjadinya peradangan kronis yaitu: Infiltrasi sel mononuklear, seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma Kerusakan jaringan yang disebabkan oleh pengaruh agen penyebab yang terus- menerus dihasilkan Upaya penyembuhan dengan penggantian jaringan ikat pada jaringan yang rusak, dilakukan dengan cara proliferasi mikrovaskular (angiogenesis) dan secara khusus disebut dengan fibrosis.
22
Berbagai pola peradangan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis eksudat yang terbentuk (inflamasi eksudatif), yang terdiri dari: 1.Eksudat Nonselular Eksudat serosa Eksudat fibrinosa Eksudat musinosa 2.Eksudat Selular Eksudat neutrofilik Eksudat Campuran
23
4. Peradangan Granulomatosa Ciri utama pada peradangan granulomatosa adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang disebut dengan granuloma. 5. Peradangan Hemoragik Peradangan hemoragik merupakan jenis inflamasi akut yang melibatkan terjadinya lubang pada pembuluh kapiler sehingga terjadi perdarahan di sekitar pembuluh kapiler tersebut, dan menghasilkan eksudat yang banyak mengandung eritrosit.
24
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peradangan Dan Penyembuhan Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi yang utuh kedaerah yang terkena. Jadi, jika ada defisiensi suplai darah kedaerah yang terkena, maka proses peradangannya sangat lambat, infeksi yang menetap dan penyembuhan yang jelek. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka atau daerah cidera atau daerah peradangan lainnya, salah satunya adalah bergantung pada poliferasi sel dan aktivitas sintetik, khususnya sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal dan juga peka terhadap keadaan gizi penderita. Penyembuhan juga dihambat oleh adanya benda asing atau jaringan nekrotik dalam luka, oleh adanya infeksi luka dan immobilisasi yang tidak sempurna.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.