Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
MASHAB-MAZHAB FILSAFAT
Rasionalisme Mazhab Rasionalisme muncul pada abad 17.Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah yang dapat dipercaya atau masuk akal ( rasio). Hanya pengetahuan yang melalui akallah yang memenuhi syarat dan dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk mengukuhkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan sesungguhnya akaal tidak memerlukan pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat khusus.umum.
2
Contoh : Setiap makhluk yang hidup pada suatu saat akan mati, Badu adalah makhluk hidup, maka Badu akan mati. Tokoh Rasionalisme Rene Descartes yang disebut bapak filsafat modern. Pernyataan yang terkenal dalam aliran ini adalah saya perpikir, karena saya ada. Apa saja yang kita pikirkan, walaupun suatu khayalan, tetapi manusia yang berpikir yang berpikir itu bukana khayalan, maka manmusia yang berpikir itu ada.Menurut Descartes, manusia mempunyai kebebasan berkehendak. Manusia dapat merealisasikan kebebasannya dengan mengendalikan hawa nafsu, karena kebebasan adalah ciri khas kesadaran manusia yang berpikir.
3
2. Empirisme Mazhab ini muncul sejaman dengan rasionalissme yaitu pada abad ke 17. Mazhab ini kebalikan dari rasaionalisme . Dimana Mazhab ini berpendapat bahwa empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Metode yang dipakai adalah metode induktif, yaitu suautu penalaran yang mengambil kersimpulan dari suatu kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada hal-hal yang bersifat umum. Orang yang pertama yang mengikuti mazhab ini adalah Thomas Hobbes ( ). Bagi Hobbes, filsafat adalah suatu ilmu pengetahauana yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau aakibat-akibat atau tentang penampakan-penampakan seperti kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuana yang kita miliki dari sebab akibatnya.
4
Sasaran filsafat adalahfakrta-fakta yang diamati dengan maksud untuk mencari sebab-sebabnya. Sedangkan alat yang dipakai adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam akata-kata yang menggambarkan fakta-fakta tersebut.Pengalaman adalah awal dari pengetahuan. Hanaya pengalamanlah yang memberi jamianana akan kepastian. John Locke adalah penerus tradisi empiris. Locke meneentang teori rasionalisme mengenai ide-ide dan asas-asas pertama sebagai bawaan manusia. Menurut Locke pengetahuan didapatkaan dari pengalaman dan akal adalah pasif pada saat pengetahuan didapatkan. Rasio manusia mula-mula harus dianggap sebagai kekrta putih yang kosong as a white paper, kertas kosong tersebut baru terisi melalui pengalaman.
5
Ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah. Kedua macam pengalaman ini salaing berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman batiniah. Dengan demikian mengenal adalah identik dengan amengenaala secara sadar. Berdasarkan asas teori pengenalan tersebut, maka dalam etikanya Locke menolak adanya pengertian kesusilaan yang telah menjadi bawaan tabiat manusia. Sedangkan yang menjadi tabiat bawaan hanyalah kecenderungan-kecenderungan yang menguasai perbuatan manusia. Semua kecenderugngan dapat dikembalikan kepada usaha untuk mendapatkan kebahagiaan. Tentang bagaimana kita harus berbuat diajarkan oleh pengalaman.
6
3. IDEALISME Kata idealisme pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada awal abab ke 18. Istilah idealisme digunakan dengan maksud untuk menerapkan pemikiran Plato. Idealisme berpendapat seluruh realitas bersifat spiritual/psikis, dan materi bersifat fisik sebenarnya tidak ada. Leibniz menjebatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme, meskipun tidak memberikan suatu sistem untuk memadukannya. Hegel, Yang mutlaak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Haakekat roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan Hegel. “semuanya yang real bersifat rasional dan semuanaya yang resional bersifat real..
7
Maksudnya, bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas
Maksudnya, bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran ( ide) yang memikirkan dirinya sendiri. Filsafat Hegel menggunakan metode dialektika. Menurut Hegel dialektika memiliki tiga fase, yaitu fase pertama disebug tesa, yang dilawankan dengan fase kedua yang disebut antitesa. Kemudian fase ketig a yang disebut sintesa,yang memperdamaikan. Contoh : Tesa: Bemtuk negara diktator, hidup masyarakat diatur dengan baik tetapi warga negara tidak mempunyai kebebasan apapun. Antitesa: Bentuk negara anarki; para warga negara mempunyaia kebebasan tanta batas, tetapiu hidup kemasyarakatan menjadi kacau. Sintesa; bentuk negara demokratis konstitusional, kebebasan para warga negara dijamin dana dibatasi oleh undang undang dasar dan hidup kemasyarakatan berjalan dengan memuaskan.
8
4. Positivisme Positivisme berpendapat bahwa pemikirana filsafat berpangkal dari apa yang telah dikektahui, yang faktual, yang positif, sehingga sesuatu yang siufatnya metafisik ditolak. Pengetahuan kita tidak boleh melewati fakta-fakta. Positivisme merupakan mazhab yang menekankan pemikiran pada apa yang telah diketahui, yang faktual, nyata, dan apa adanya. Positivis mengandalkan pada pengalaman individu yang tampak dan dirasakan dengan pancaindera. Dengan demikian ilmu pengetahuan empirik diangkat menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme, yaitui positivisme hanya membatasi pada pengalaman-pengalaman objektif yang tampak, tapi empirisme menerima pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman-pengalaman subjektif. Tokoh Positivisme adalah August Comte.
9
5. Pragmatisme Pragmatisme muncul pada awal abd ke-20. Mazhab ini menegaskah bahwa segala sesuatunya haruslah bernilai benar apabila membawa manfaat secara praktis bagi manusia. Artinya, pengetahuan yang berasal dari pengalaman, rasio, pengamatan, kesadaran lahiriah maupun batiniah, bahkan yang bersifat abstrak atau mistis pun akan diterima menjadi sebuah kebenaran apabila membawa manfaat praktis. John Dewey ( ) merupakan tokoh dalam mazhab ini yang berpendapat bahwa filsafat tidak boleh hanya mengandalkan pemikiran metafisis yang tidak bermanfaat praktis bagi manusia, melainkan harus berpijak pada pengalaman yang diolah secafa aktif kritis dan memberikan pengarahan bagi perbuatan manusia dalam kehidupan nyata.
10
6. Fenomenologi Fenomenologi merupakan mazhab yang bersandar pada kemunculan fenomena-fenomena baik yang nyata maupun semu. Fenomena tidak hanya bisa dirasakan oleh indera, juga dapat digapai tanpa menggunakan indera. Artinya suatu fenomena tidak perlu harus diamati dengan indera, sebab fenomena juga dapat dilihat atau dititik secara rohani, tanpa melewati indera. Tokoh dalam mazhab ini adalah Edmund Husserl ( ) yang menegaskan hukum-hukum logika yang memberi kepastian sebagai hasil pengalaman bersifat a priori dan bukan bersifat a posteriori.
11
7. Eksistensialisme Eksistensialisme dipelopori oleh Jean Paul Sartre ( ) yang mengembangkan pemikiran bahwa filsafat berpangkal dari realitas yang ada dan manusia itu memiliki hubungan dengan keberadaannya dan bertanggung jawab atas keberadaan tersebut. Mazhab ini menekankan pada bagaimana cara manusia berada di dunia yang berbeda dengan benda-benda atau objek lainnya. Dengan kata lain, eksistensialisme menegaskan tentang bagaimana cara manusia bereksistensi dan bukan sekadar hanya berada sebagai mana benda-benda lainnya.
12
Manusia berada didunia justru berhubungan dengan semua manusia dan berhubungan dengan benda-benda. Benda-benda berarti karena beradanya manusia. Untuk membedakan dua cara berada dalam eksistensialisme, yaitu dengan dua kata yang berbeda, untuk benda berada, sedangkan manusia bereksistensi. Jean Paul Sartre, dalam bukunya yang terkenal L etre et leneant ( keberadaam dan ketiadaan). Sartre, membagi ada atau berada ( l etre) menjadi dua macam, yaitu : a. L etre-en-soi (berada-dalam-diri) b. L etre-pour-soi (ber-ada-untuk-diri)
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.