Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Tinjauan Filosofik Ilmu Pengetahuan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Tinjauan Filosofik Ilmu Pengetahuan"— Transcript presentasi:

1 Tinjauan Filosofik Ilmu Pengetahuan
oleh Ishafit PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2007, 2015

2 Kegiatan Keilmuan sebagai Sebuah Proses
Logika Matematika Deduksi Ramalan Khazanah Ilmu Dunia Rasional Dunia Empiris Pengujian Induksi Fakta Statistika Metode Penelitian

3 TINJAUAN FILOSOFIK ILMU PENGETAHUAN
Hakikat upaya pengembangan pemikiran manusia untuk memperoleh pengatahuan didasarkan pada tiga masalah pokok, yaitu: > Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan? Apa nilai pengetahuan tersebuat bagi kita? Berbagai buah pemikiran besar sebenarnya merupakan serangkaian jawaban yang diberikan kepada ketiga permasalahan tadi.

4 Ontologi, Epistemologi, dan Axiologi
Secara filosofik, ilmu dapat ditinjau dari tiga landasan yang merupakan pembahasan dari ketiga pertnyaan tadi, yaitu: Ontologi, epistemologi, dan axiologi. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau suatu pengkajian menganai teori tentang "ada". Epistemologi adalah teori pengetahuan, yang membahas bagaimana langkah kita mendapatkan pengetahuan tantang objek ("ada") tersebut. Axiologi membahas tentang nilai kegunaan ilmu bagi kita.

5 Bidang telaah ilmu pengetahuan alam adalah segala sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Pengalaman disini menunjukkan adanya sesuatu yang telah kita alami dan kita mempunyai kesempatan untuk mengkomonikasikan pengalaman tersebut kepada orang lain. Sesuatu yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia bukan bidang telaah ilmu pengetahaun alam, seperti surga dan neraka. Istilah yang dipakai untuk menunjukkan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman menusia disebut empiris. Fakta empiris adalah fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan menggunakan panca inderanya. Ruang lingkup kemampuan panca indera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu panca indera membentuk suatu apa yang dikenal sebagai dunia empiris.

6 Asumsi dalam Ilmu Pengetahuan (Sains)
Untuk mendapatkan pengetahuan ini, ilmu pengetahaun alam membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai obyek-obyek empiris. Assumsi itu perlu, sebab pernyataan asumtif inilah yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita. Asumsi pertama adalah keserupaan, yang menganggap bahwa obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lainnya, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, dan sifat. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap obyek-obyek yang ditelaahnya, dan taksonomi merupakan cabang keilmuan yang mula-mula sekali berkembang. Konsep ilmu yang lebih lanjut seperti konsep perbandingan (komparatif) dan kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya taksonomi yang baik.

7 Asumsi yang kedua adalah kelestarian, yang menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak mungkin dilakukan bila obyek selalu berubah-ubah tiap waktu. Walaupun begitu tidak mungkin kita menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab dalam perjalanan waktu tiap benda akan mengalami perubahan. Oleh sebab itu, ilmu hanya menuntut adanya kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suati benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertina ini adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka waktu panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk setiap benda.

8 Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ke tiga
Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ke tiga. Kita menganggap bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama (seperti proses turunnya hujan). Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab-akibat yang mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh suatu kejadian yang lain. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y, melainkan mengatakan bahwa X mempunyai kemungkinan (peluang) yang besar untuk mengakibatkan terjadinya Y. Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistik). Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam penelaahan keilmuan. Statistika mempunyai pernana yang menentukan dalam persyaratan-persyaratan keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam.

9 ASPEK EPISTEMOLOGIK Ilmu merupakan sesuatu yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pemikiran atau pengetahuan yang lain. Epistemologi (teori keilmuan) membahas secara mendalam segenap proses yang terlibatdalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Sebagai ilustrasi dalam membahas dasar epistemologi ilmu berkut ini disajikan suatu dongeng keilmuan, yaitu suatu Dongeng Tentang Pasang (W. M. Davis).

10 Dahulu kala tinggallah seorang pertapa di sebuah pantai
Dahulu kala tinggallah seorang pertapa di sebuah pantai. Pertapa itu dengan tekun mengamati pasang lautan dengan jalan mengukur waktu dan besar perbedaan antara pasang naik dan pasang surut, dengan sabar mentabulasikan catatan-catatannya. Ia menemukan bahwa pasang bekerja seperti bekerjanya sebuah jam. Jangka waktu antara dua pasang naik ditemukan berkisar 12 jam 26 menit. Perbedaan dari air surut ke air pasang ternyata bervariasi secara sistematis, mejadi lebih besar pada sutu minggu dan menjadi lebih kecil pada minggi berikutnya, dan seluruh variasi ini berlangsung dalam waktu 14 hari.

11 Lebih istimewa lagi, pasang-pasang naik memperlihatkan perbedaan yang bergiliran, di mana jika mereka diberi nomor secara berurutan, nomor genap akan lebih kuat dari nomor ganjil selama dua minggu pertama. Kemudian nomor ganjil bertukar menjadi lebih kuat daripada nomor genap selama 2 minggu berikutnya, dan seluruh pengertian ini memakan waktu 28 hari. Pertapa pertama itu bermaksud untuk memperluas pengamatannya, lalu ia memutuskan untuk pergi melintasi daratan menuju ke lautan lainnya dan memperlajari apakah pasang-pasang di sana juga berlaku serupa.

12 Dalam waktu yang bersamaan, tetapi jauh ditengah sebuah gurun besar, terdapat seorang pertapa lainnya yang tinggal di dalam sebuah gua. Dia sedang tenggelam dalam berfikir di mana satu masalah khusus menyita seluruh fikirannya. Pengetahuan yang dipunyainya tentang hukum gaya berat Newton menyebabkan dia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ada akibat-akibat lain yang mungkin ditimbulkan di samping berputarnya planit-planit mengelilingi matahari dan bulan-bulan mengelilingi planit-planitnya? Pada akhirnya ia berhasil meyakinkan dirinya bahwa jika bumi dan bulan berada dalam situasi yang saling tarik menarik, maka bulan harus menghasilkan suatu sistem yang berupa kekutan yang bekerja terhadap kerak bumi.

13 Sistem tersebut yang disebut sebagai kekuatan deformasi bumi harus mempunyai kecenderungan untuk naik pada permukaan bumi yang berdekatan dengan bulan. Perputaran akan menyebabkan kenaikan tersebut berlangsung dua kali dalam sehari atau tiap 12 jam 26 menit. Di samping itu terdapat kekuatan lain yang disebabkan daya tarik matahari, di mana kekuatan ini bila bergabung daya tarik bulan akan menyebabkan naik turunnya daya deformasi bumi tiap 14 hari. Demikian juga, karena bulan berada disebelah utara katulistiwa kemudian bergeser ke sebelah selatan dalam waktu yang sama, maka keadaan ini menyebabkan daya deformasi bumi akan bervariasi 28 hari. Kiranya masih terdapat berbagai kecenderungan lainnya di samping apa yang telah disebutkan yang mempunyai daur waktu yang lebih panjang.

14 Selanjutnya perhitungan dia menunjukkan bahwa semua daya deformasi tersebut tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk mengubah bentuk kerak bumi. "Andaikata beberapa bagian dari permukaan bumi terendam oleh air", pikir dia, "maka kekuatan deformasi ini akan menyebabkan air tersebut naik turun 12 jam 26 menit dengan variasi tiap 14 hari dan perbedaan bergantian tipa 28 hari". Didorong oleh hasrat ingin membuktikan kesimpulan ini, seandainya memang terdapat permukaan bumi yang diliputi air, maka berangkatlah ia ketempat lain.

15 Pengamatan, Penemuan dan Deduksi
Kebetulan sekali di sebuah persinggahan kafilah bertemulah pertapa pertama dengan seorang penemu. Orang itu bukanlah penemu barang atau mesin-mesin namun penemu hipotesis, teori dan penjelasan. Lalu si pertapa menceritakan kepadanya tentang hasil pengamatannya, dan setelah itu ia bertanya, "Apakah menurut anggapan anda yang menyebab-kannya?". Si penemu itu termenung sejenak dan kemudi-an berkata, "Mungkin pasang itu disebabkan karena bumi bernafas perlahan-lahan. Atau, sejauh seperti apa yang anda katakan bahwa pasang bervariasi tiap 12 jam 26 menit, yakni dua kali dalam sehari, hal itu kemungkinan disebabkan oleh bulan".

16 "Bagaimana mungkin. Bukankah bulan terletak sangat jauh dari bumi
"Bagaimana mungkin? Bukankah bulan terletak sangat jauh dari bumi? Dan mengapa harus terdapa dua pasang dalam satu hari? tanya si pertapa. Tidak lama kemudian masuklah pertama kedua dan bertanya kepada mereka, "Dapatkah anda menceriterakan kepada saya, apakah terdapat daerah di bumi kita yang sebagain besar terendam air?" "Memang ada" jawab pertapa pertama "itu disebut lautan. Kebetulan saya tinggal di pantainya di mana saya mengamati pasang. Sebenarnya kami sedang membicarakan kemungkinan sebab-sebab terjadinya pasang tersebut". Si penemu lalu mengulangi pendapatnya bahwa pasang tersebut mungkin disebabkan oleh nafas bumi, atau lebih mungkin lagi, disebabkan oleh bulan.

17 Si pertapa kedua berteriak kegirangan
Si pertapa kedua berteriak kegirangan. "Saya dapat menjelaskan gejala itu bila memang pasang disebabkan oleh bulan. Pertama-tama bulan harus menyebabkan pasang disebabkan oleh gaya tariknya. Karena bumi berputar pada porosnya maka tiap titik di permukaan bumi cenderung untuk naik dua kali dalam sehari. Dan bukan itu saja, pengaruh metahari akan menyebabkan pasang itu menjadi lebih kuat setiap 14 hari, perbedaan yang bergiliran tiap 28 hari". "Memang demikian", jawab pertama pertama keheranan, "tetapi bagaimana Anda bisa mengetahui semua itu bila Anda belum pernah melihat lautan".

18 Menentukan sumber data
Langkah 1 Memilih masalah Langkah 2 Studi pendahuluan Langkah 3 Merumuskan masalah Langkah 4 Merumuskan anggapan dasar Langkah 5 Memilih pendekatan Langkah 6-a Menentukan variabel Langkah 6-b Menentukan sumber data Langkah 7 Menentukan & menyusun instrumen Langkah 8 Mengumpulkan data Langkah 9 Analisis dta Langkah 10 Menarik kesimpulan


Download ppt "Tinjauan Filosofik Ilmu Pengetahuan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google