Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehShinta Pranata Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Materi Pedagogik Bagian 3: Teori Belajar dan Model Pembelajaran
Devisi Akademik Sub Rayon 138 Universitas Sanata Dhama Yogyakarta Tahun 2016
2
Materi dan Skenario Pembelajaran
Pendalaman materi teori belajar dan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa mencakup: berbagai model pembelajaran antara lain discovery learning, inquiry learning, problem based learning, dan/atau project based learning. Skenario pembelajarannya sebagai berikut. Instruktur memfasilitasi peserta untuk mengidentifikasi problematika pembelajaran yang terkait dengan materi kisi-kisi PLPG yang dianggap sulit, baik dalam memahami maupun cara mengajarkannya selama mereka menjadi guru melalui penayangan video pembelajaran, gambar, wacana atau objek lain yang relevan. Instruktur memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan permasalahan yang relevan. Instruktur memfasilitasi dalam menggali informasi untuk menemukan alternatif solusi dalam pemecahan masalah. Instruktur memfasilitasi pembelajaran kolaboratif melalui kerja kelompok dan peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok secara lisan/poster/unjuk kerja/gesture.
3
Lecture Centered vs Student Centered
Potret dari suatu situasi kelas sebenarnya memperlihatkan pendekatan pembelajaran yang dipilih guru, yakni berpusat pada guru atau berpusat pada siswa. Apabila guru cenderung mendominasi pembelajaran, guru menempatkan siswa sebagai objek transfer pengetahuannya, maka paradigma yang dipilih adalah lecture (teacher) centered. Sebaliknya, apabila siswa cenderung banyak beraktivitas, baik individual, berpasangan, atau berkelompok, melakukan kegiatan yang bertujuan, mengkonstruk sendiri pengetahuan dan pengalaman dari kehidupan nyata, maka paradigma yang dipilih adalah student centered. Pendekatan yang pertama disebut Pendekatan Tradisional, dan yang kedua disebut Pendekatan Student Centered.
4
Pendekatan Tradisional
Instructions and Postures Guru Mengajar dengan Model komunikasi satu arah
5
Pendekatan SCL Instructions and Postures Dosen memfasilitasi pembelajaran dengan menciptakan interaksi kelas yang multi arah
6
Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21
Ciri Abad 21 Model Pembelajaran Informasi (Kurtzweil Goegle) (tersedia dimana saja, kapan saja) Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu Komputasi (Moore-Koomey Intel) (lebih cepat memakai mesin) Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah [menanya], bukan hanya menyelesaikan masalah [menjawab] Otomasi (Ford Mobil) (menjangkau segala pekerjaan rutin) Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir prosedural dan metakognitif bukan melaksanakan kegiatan mekanistis [rutin] Komunikasi (Metcalfe Ekonom) (dari mana saja, ke mana saja) Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah Pengetahuan (Ackoff Manajemen) (dibentuk melalui data informasi) Pembelajaran berbasis aktivitas melalui pengamatan dan pengolahan serta hasilnya berupa ciptaan yang dikomunikasikan Diseminasi (Horowitz Manajemen) (Nilai informasi = sebarannya)
7
Perlunya Model Pembelajaran
Dalam mengolah pembelajaran agar runtut tidak meloncat-loncat, maka diperlukan model pembelajaran yang perlu diterapkan di kegiatan inti. Model pembelajaran merupakan acuan sistematis yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran, yaitu fokus, memiliki sintak, sistem sosial, dan sistem pendukung. Berikut ini disajikan Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis Penemuan, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
8
A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran Kooperatif (PK) adalah pembelajaran yang dirancang agar siswa bekerja dalam tim atau kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Tim atau kelompok itu diharapkan terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi. Bahkan apabila mungkin terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender. Tujuan belajar yang dimaksud di atas adalah prestasi akademik, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial. (Areds, Richard I, 2007:5)
9
Ciri Pembelajaran Kooperatif
Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
10
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Pengembangan keterampilan sosial, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
11
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
12
Contoh: Kelas : I , Tema : Diriku, Subtema : Tubuhku
14
B. Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)
Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang diharapkan siswa mengorganisasi dan membangun konsep berdasar penemuannya sendiri. Dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif.
15
Tujuan Pembelajaran berbasis Penemuan
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
16
Lanjutan Tujuan … Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. Siswa a kan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17
Sintaks Pembelajaran Berbasis Penemuan
18
Sintaks
19
Contoh: Kelas : IV , Tema/Subtema/Pembelajaran : Indahnya Kebersamaan/Keberagaman Budaya Bangsaku/1
Fase ke-1 • Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. • Siswa secara berkelompok mengamati berbagai alat musik tradisiona yang dibawa oleh guru. • Siswa mencoba memainkan alat musik tradisional tersebut di depan kelas. • Siswa menjelaskan cara memainkan alat musik tradisional tersebut (dipukul, dipetik, digoyangkan, ditiup, digesek, dan lain-lain). Fase ke-2 • Siswa mengamati gambar dan membaca teks tentang berbagai alat musik tradisional. • Setelah membaca teks, siswa mengisi tabel yang terdapat dalam buku siswa. Siswa melakukan eksplorasi menggunakan benda-benda yang terdapat di sekitar kelas. Setiap siswa diminta mengambil 5 benda yang ada di sekitar kelas, yang menghasilkan bunyi yang berbeda.
20
Lanjutan … Siswa diminta membunyikan benda-benda tersebut.
Siswa diminta menuliskan hasil temuan mereka. Siswa dibimbing guru untuk menemukan permasalahan. Permasalahan dirumuskan dalam pertanyaan, misalnya (1) mengapa alat musik tradisiona berbunyi ketika dimainkan, (2) mengapa peralatan seperti panci, piring, peluit, dan sendok dapat dibunyikan dengan perlakuan tertentu? Fase ke-3 Siswa membuat dugaan jawaban atas pertanyaannya tersebut berdasarkan percobaannya. Fase ke-4 Siswa dengan dibimbing guru, mencari informasi untuk menyakinkan dugaannya. Guru dapat memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat mengantarkan siswa untuk meyakinkan jawabannya. Siswa dapat juga mencari informasi dengan cara membaca berbagai buku sumber. Siswa mencatat informasi yang diperolehnya
21
Lanjutan … Fase ke-5 Siswa mencocokkan informasi yang diperoleh dengan percobaan yang dilakukannya. Misalnya, bunyi terjadi karena ada sesuatu yang digetarkan pada benda tersebut. Fase ke-6 Siswa mendiskusikan hasil temuannya dalam kelompok dengan kelompok lain. Siswa menyimpulkan dugaannya berdasarkan percobaan yang dilakukan. Fase ke-7 Guru menegaskan hasil temuan siswa mengenai proses terjadinya bunyi, misalnya dengan cara membuat kesimpulan bersama yang dituliskan di papan tulis. Fase ke-8 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru untuk memantapkan pemahaman hasil temuannya.
22
C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-based learning/PBL)
Konsep pembelajaran PBL yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan masalah dunia nyata (real world problem) dan siswa diharapkan menyelidiki dan menemukan sendiri solusinya.
23
PBL: Akti dan Kerja Kelompok
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. Peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
24
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
25
Sintak Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
26
Contoh : Kelas : I, Tema/Subtema/Pembelajaran : Diriku/Aku Merawat Tubuhku/1
27
Lanjutan …
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.