Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Soe D’Atmadji Sekilas Resensi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Soe D’Atmadji Sekilas Resensi"— Transcript presentasi:

1 Soe D’Atmadji Sekilas Resensi
Disusun untuk kalangan sendiri, tidak untuk disebarluaskan

2 Definisi Berasal dari bahasa Latin revidere atau recensere. Kata itu mendasari istilah recensie dalam bahasa Belanda dan review dalam Bahasa Inggris. Semua bermakna sama, yakni melihat kembali, menimbang, atau menilai. Istilah recensie dalam Bahasa Belanda itulah yang kemudian kita adopsi menjadi resensi. Secara umum, resensi bisa diartikan kupasan tentang buku, film, musik, atau karya seni lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi didefinisikan sebagai: pertimbangan atau pembicaraan tt buku; ulasan buku. KBBI mencontohkan pemakaian kata resensi dalam kalimat: majalah itu memuat resensi buku-buku yg baru terbit

3 Khusus Film Khusus untuk film, istilah kritik, resensi, dan review kadang jadi perdebatan. DeFleur dan Dennis, misalnya, bilang begini, “Sebagian orang membedakan reviewer dan kritikus. Menurut mereka, reviewer menilai film untuk khalayak umum, sedangkan kritikus mempertimbangkan film dengan kriteria yang lebih artistik dan lebih teoritis, juga berusaha menegaskan apa pentingnya film tersebut secara sosial. Melvin DeFleur & Everette E. Dennis, Understanding Mass Communication, Houghton Mifflin Company, Boston, 1985

4 Lanjut .... Rosihan Anwar pun berpendapat senada. “Dalam bidang kritik film, yang banyak ditulis di Indonesia adalah tinjauan/pemandangan atau review.” Menurut dia, review itu sebuah laporan, sedangkan kritik merupakan evaluasi atau penilaian. Rosihan bahkan menyebut bentuk gabungan review-criticism, melaporkan sekaligus menilai secara analitis. H Rosihan Anwar, Penulisa Kritik Film di Indonesia, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 1987

5 Lanjut... Usman Effendi, di sisi lain, menganggap review hanya bagian dari kritik film. Menurut dia, mentuk-bentuk kritik film meliputi: Resensi; mengutamakan uraian cerita singkat dengan komentar alakakarnya Review; mirip resensi tapi bisa lebih singkat dan diberi kesimpulan Kritik minor; berisi inti cerita, penilaian beberapa aspek atau dampak yang mungkin timbul, dengan diberi penilaian secara garis besar atau diberi “bintang”. Kritik Totalitas; ini yanhg paling lengkap. Ada uraian cerita (sinopsis), proses penggarapan, evaluasi beberapa aspek, dan penilaian. Haji Usman Effendi, Kritik Film, Apa Itru?, buku Festival Film Indonesia, Medan, 1982.

6 Fungsi Resensi sering dianggap jembatan yang menghubungkan penulis buku, pembuat film, atau karya seni lain dengan penikmatnya. Sasarannya, mereka yang berada di dua ujung jembatan itu: si kreator dan si penikmat. Sebuah resensi minimal memberi kita informasi bahwa buku atau film baru telah/akan beredar. Resensi biasanya juga membantu kita memutuskan buku atau film apa yang layak kita baca atu tonton. Terutama untuk karya-karya yang “tidak biasa”, peresensi kadang memosisikan diri sebagai penerjemah bagi penikmat karya tersebut. Dengan begitu, pembaca atau penonton film bisa lebih mudah mencerna karya tersebut atau lebih menikmati karya tersebut. Melalui resensi pula, penulis atau pembuat film bisa mendapatkan informasi tentang kelemahan dan kekuatan karyanya. Dengan informasi itu, diharapkan penulis atau pembuat film bisa melahirkan karya yang lebih baik di kemudian hari.

7 Fungsi Lain Asma Nadia, penulis yang juga pendiri Forum Lingkar Pena, menyebut beberapa manfaat yang bisa kita dapat dengan menulis resnsi: Mengikat makna. Dengan menulis, kita seolah mengikat apa yang kita baca. Dengan begitu, kita tidak cepat melupakan isi buku/film yang kita resensi. Melatih apresiasi. Saat menulis resensi, kita akan berusaha menemukan kelebihan dan kekurangan karya yang kita resensi. Itu sekaligus menjadi masukan. Misalnya, bila kita menemukan kekurangan pada buku yang kita resensi, kita tentu tidak mau kekurangan itu terjadi pada tulisan kita. Sebaliknya, kita bisa bisa mengadopsi kelebihan yang kita temukan pada buku yang kita resensi. Tentu, menulis resensi seperti juga merupakan sarana mengasah keterampilan menulis karya lain. Artikel opini, misalnya. Dengan menulis resensi, kita juga belajar mentranskripsikan teks yang panjang ke teks yang lebih ringkas. Itu akan meningkatkan kecerdasan. (Yang ini tambahan) Menulis resensi juga bisa menghasilkan uang kalau kita tahu ke mana mengirimkan resensi kita.

8 Bentuk, Ragam Ada yang membedakan resensi menjadi kategori informatif, deskriptif, dan evaluatif. Yang lain menyebut resensi deskriftif, deskriptif evaluatif, dan deskriptif komparatif. Deskriptif; menggambarkan karya seseorang secara menyeluruh, baik isi, penulisan, maupun penciptanya. Resensi deskriptif tidak sampai pada penilaian kritik (bagus/tidak). Penulis hanya menggambarkan secara singkat isi, proses, dan penciptaan sebuah karya. Deskriptif evaluatif; menilai karya lebih dalam, tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Pada akhir resensi, ada kesimpulan apakah kualitas karya yang diresensi baik atau tidak. Deskriptif komparatif; menilai sebuah karya dengan cara membandingkannya dengan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan isi dan materi. Dianggap lebih sulit, karena membutuhkan analisa mendalam dan kritis plus wawasan yang luas. Berarti, tidak hanya karya yang diresensi, penulis juga harus memahami karya lain yang berhubungan dengan karya yang dia resensi.

9 Langkah demi Langkah (ingat, ini hanya panduan. Anda boleh punya cara Anda sendiri) Tidak ada larangan Anda meresensi buku apa saja, tentu. Anda tidak akan berdosa, tidak juga masuk penjara. Meski begitu, sebaiknya pilih hanya materi yang Anda kuasai. Alasannya sederhana saja. Anda tidak akan menghasilkan resensi yang baik bila memilih materi di luar bidang keilmuan Anda. Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi, Anda akan kesulitan kalau meresensi buku tentang teknik kimia, misalnya. Tapi, Anda juga tidak harus hanya meresensi buku ilmu komunikasi. Kalau Anda hobi aeromedelling, misalnya, bisa saja Anda meresensi buku tentang pesawat model. Dalam resensi film, persoalan ini umumnya tidak terlalu menjadi masalah. Meski begitu, ada peresensi yang lebih mahir mengomentari film thriller, misalnya, tapi kurang terampil membahas film drama. Ada yang piawai mengomentari adelan laga, lengkap dengan efek khususnya, tapi kurang sensitif terhadap adegan romantis dan dialog. Setelah menetapkan buku –atau film– yang akan diresensi, langkah pertama, tentu, baca dulu buku –atau tonton film– tersebut. Ini tidak bisa ditawar. Jangan bikin resensi hanya berdasar cerita orang, jangan pula berdasar berita di media massa.

10 Lanjutan.... Bergantung jenis resensi yang akan ditulis, kadang Anda harus membaca buku (atau menonton film) itu berulang-ulang. Bahkan, kadang Anda harus membandingkannya pula dengan buku/film dengan materi serupa karya orang lain. Itu bila Anda berniat menulis resensi jenis evaluatif/kritis. Bila yang hendak ditulis resensi deskriptif/informatif, kadang Anda cukup mencermati daftar isi, lalu mendalami bagian-bagian (angle) yang hendak Anda angkat. (Tapi, cara ini biasanya tidak berlaku pada karya fiksi. Novel, misalnya. Kan biasanya tidak ada daftar isi dalam novel??!!) Hal serupa berlaku pada resensi film. Bila resensi yang Anda tulis jenis deskriptif/informatif, menonton sekilas kadang cukup. Sebagian besar informasi justru didapat dari “press kit”. Ini materi yang disediakan produser untuk wartawan yang biasa menulis resensi film, Di dalamnya ada segala informasi tentang proses produksi film tersebut.

11 Lanjut Lagi.... Peresensi umumnya dianjurkan mengangkat satu titik bahasan (angle) saja agar lebih fokus, lebih detail, dan tidak ngelantur. Peresensi film pun boleh hanya mengangkat satu angle. Tapi, itu jarang terjadi. Sebab, pembaca resensi film biasanya ingin mengetahui beberapa aspek film sekaligus. Bila Anda menilai bagian tertentu dalam resensi Anda, usahakan mengutip beberapa kalimat/paragraf untuk mendukung argumentasi Anda. Menilai di sini bisa berarti mengapresiai, bisa pula mengkritik. Boleh saja Anda hanya memuji atau hanya mengkritik buku yang Anda resensi. Tapi, sebaiknya sampaikan dua-duanya, kelebihan dan kekurangannya. Yang lebih penting, be honest. Jujurlah. Berusahalah objektif dan sampaikan pujian atau kritik secara proporsional. Jangan mencari- cari kelebihan atau kekurangan.

12 Sistematika Saat membaca resensi buku, kita biasanya mencari informasi tentang judul, penulis/pengarang, penerbit, dan tahun penerbitan, dan berapa halaman. Jadi, mulai saja dengan menuliskan informasi tersebut. Ada yang menganggap harga perlu dicantumkan. Tapi, banyak pula yang tidak. Alasannya, kalau resensi itu baru dibaca beberapa bulan kemudian, bisa saja harganya sudah berubah. Dalam resensi film, informasi umum yang biasanya selalu ada adalah judul, sutradara, penulis skenario, pemain/pemeran, studio yang memproduksi film tersebut, dan tahum film itu diedarkan. Durasi film biasanya juga dicantumkan. Namun, ada juga yang tidak merasa perlu mencantumkannya. Penulis resensi bebas menentukan bagaimana mengawali tulisannya. Tapi, biasanya resensi selalu menampilkan gambaran singkat isi buku. Dalam resensi film, kita menyebutnya sinopsis. Yang perlu diingat saat menyampaikan sinopsi atau gambaran singkat tentang isi buku adalah hindari spoiler. Sebab, banyak pembaca yang merasa kenikmatan menonton akan berkurang bila alur sudah diketahui. Dalam buku, terlalu detail menyampaikan isi bahkan ada kemungkinan melangkar hak cipta.

13 Lanjutan .... Setelah itu, baru Anda bahas materi dalam buku tersebut sesuai angle (dan jenis resensi) yang Anda pilih. Saat membaca resensi film, kita umumnya ingin tahu komentar penulis resensi tentang penampilan aktor/aktris, alurnya, efek khususnya, dialognya, kadang juga musiknya. Karena itu, penulis resensi film biasanya membahas hal-hal tersebut. Saat Anda mengomentari kelebihan atau bagian menarik (atau tidak menarik) dari isi buku, sebaiknya tambilkan kutipan. Misalnya, bila Anda menganggap bahasa dalam buku tersebut membingungkan, tampilkan satu dua contoh kalimat yang membingungkan tersebut. Demikian, bila Anda menilai ada materi yang inspiratif (atau malah vulgar), kutip bagian tersebut. Hal serupa berlaku pada resensi film. Bila anda menganggap ada adegan, dialog, atau akting yang luar biasa (atau justru tidak layak), sebutkan bagian mana itu. Selebihnya, terserah Anda. Ada yan bilang, peresensi sebaiknya membuat kesimpulan di akhir tulisan. Namun, beberapa peresensi lebih suka membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri. Yang penting, untuk memudahkan pembaca, ikuti kaidah penulisan yang baik (lihat Menulislah, Itu Cara Terbaik Belajar Menulis).

14 Jadi, jangan ragu berkreasi dan temukan gaya Anda sendiri.
Selalu Ingat, Anda Bebas Berkreasi. Jangan Takut Melabrak Batas. Bukankah ciri utama tulisan kreatif justru “out of the bound”, keluar dari batasan? Jadi, jangan ragu berkreasi dan temukan gaya Anda sendiri.


Download ppt "Soe D’Atmadji Sekilas Resensi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google