Peta Peningkatan Pemenuhan Energi Listrik Tiap Provinsi Hasil Model

Presentasi berjudul: "Peta Peningkatan Pemenuhan Energi Listrik Tiap Provinsi Hasil Model"— Transcript presentasi:

1 Peta Peningkatan Pemenuhan Energi Listrik Tiap Provinsi Hasil Model
Kebutuhan listrik di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten masih sangat tinggi termasuk juga Jawa Timur. Di Sumatra kebutuhan listrik yang menonjol di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat. Di Kalimantan kebutuhan pasokan listrik cukup menonjol di Kalimantan Timur dan sedikit di Kalimantan Selatan. Di Sulawesi kebutuhan pasokan listrik menonjol di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Sementara kebutuhan listrik di Papua juga signifikan.

2 Peta Peningkatan Nilai Impor Tiap Provinsi Hasil Model
Wilayah-wilayah yang masih membutuhkan impor secara signifikan untuk mewujudkan pembangunan yang optimal sebagaian besar terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki kota-kota besar (Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan ) dan wilayah-wilayah yang kaya dengan sumber daya alam (Riau, Kalimantan Timur dan Papua).

3 Peta Pengurangan Nilai Impor Tiap Provinsi Hasil Model
Pengurangan besaran nilai impor ini terjadi di Sumatera Barat, D.I Yogyakarta dan Gorontalo. Kemungkinan besar naiknya nilai aliran input output secara optimal telah mampu mengurangi ketergantungan ketiga provinsi ini terhadap kebutuhan barang-barang impor.

4 Peta Peningkatan Nilai Subsidi Tiap Provinsi Hasil Model
Peningkatan subsidi terjadi secara signifikan di Provinsi Kalimantan Timur dan relatif menonjol di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan sedikit di Papua.

5 Peta Serapan Tenaga Kerja Tiap Provinsi Hasil Model
Peningkatan serapan tenaga kerja dominan terjadi di Jawa khususnya DKI Jakarta di sektor industri dan jasa, serta di Jawa Tengah. Serapan tenaga kerja tinggi juga terjadi di Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan sedikit di Sulawesi Selatan, serta di Papua dimana masyarakat masih memiliki akses yang luas terhadap sumber daya alam. Sementara tingginya potensi pertanian di Sumatra dan Kalimantan ternyata tidak mendorong peningkatan serapan tenaga kerja yang signifikan yang menunjukkan banyaknya aktivitas padat modal di bidang pertanian.