Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSuparman Dharmawijaya Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Oleh: Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian
IMPLEMENTASI REVITALISASI PERTANIAN: Strategi Penciptaan Kesempatan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan Oleh: Dr.Ir. Achmad Suryana Kepala Badan Litbang Pertanian Disampaikan dalam acara: Seminar Nasional dalam Rangk Dies Natalis FEM IPB ke-6 Bogor, 12 Mei 2007
2
DATA DAN FAKTA
3
Produktivitas tenaga kerja sektor pertanian masih 33 % dari produktivitas total dan 22% dari produktivitas tenaga kerja sektor non pertanian Tahun Pertanian Non Pertanian Total 2004 6.11 26.52 17.68 2005 6.08 28.14 18.43 2006 6.55 28.50 19.27
4
Distribusi dan Tingkat Pendapatan Petani, 2004
< US$ 1 miskin (WB) Propinsi dan basis agroekosistem % Kumulatif pendapatan terendah Indeks Gini Pendapatan per kapita 20% 40% 60% 80% Rp 000 per thn Rp per hari Lampung Lahan Sawah Lahan Keriing 3.61 4.07 10.40 13.05 21.73 28.71 42.84 53.09 0.523 0.468 2305.7 1770.2 6316 4849 Jawa Barat Lahan Kering 2.56 3.49 9.52 11.68 22.38 25.20 46.16 46.65 0.501 0.467 2145.6 1863.9 5878 5106 Jawa Tengah 4.01 3.82 11.40 11.67 22.97 24.39 42.75 46.25 0.488 0.493 2449.3 2936.6 6710 8045 Jawa Timur 3.23 1.41 11.59 4.89 23.39 13.57 40.95 31.11 0.490 0.573 2492.6 2603.3 6829 7132 Sulsel 4.35 3.65 12.56 13.26 37.14 29.43 45.77 55.05 0.452 3090.2 1936.4 8466 5305 NTB 2.05 2.55 6.56 12.32 15.72 27.31 30.56 49.86 0.566 0.423 1448.5 1118.9 3968 3065
5
Persentase Pendapatan Rumah Tangga Menurut Jenis Kegiatan, 2004
Propinsi dan basis agroekosistem Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian Usaha pertanian Buruh pertanian Total Usaha non pertanian Profe-sional Buruh non pertanian Lampung Lahan Sawah Lahan Kering 43.2 46.6 11.6 13.8 54.8 60.4 2.26 23.5 9.0 5.5 33.9 10.8 45.2 39.6 Jawa Barat 19.3 29.6 10.9 13.3 30.2 42.9 52.8 25.0 14.9 6.2 17.2 69.8 57.1 Jawa Tengah 42.6 6.4 49.0 28.1 8.3 14.6 51.0 Jawa Timur 27.1 50.5 11.9 33.5 62.4 32.6 30.8 21.8 4.2 12.1 2.6 66.5 37.6 Sulsel 56.8 38.6 2.3 1.1 59.1 39.7 6.1 25.4 21.2 19.7 13.1 40.9 60.3 NTB 40.7 78.4 15.9 0.3 56.6 78.7 31.2 9.6 6.5 8.1 5.7 3.6 43.4 21.3 5
6
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta orang) Penduduk Miskin (%) Kota Desa Kota+Desa 1981 9,30 31,30 40,60 28,10 26,50 26,90 1984 25,70 35,00 23,10 21,20 21,60 1987 9,70 20,30 30,00 20,10 16,10 17,40 1990 9,40 17,80 27,20 16,80 14,30 15,10 1993 8,70 17,20 25,90 13,40 13,80 13,70 1996 7,20 15,30 22,50 12,30 11,30 1998 17,60 31,90 49,50 21,90 24,20 1999 15,64 32,33 48,40 19,50 26,10 23,50 2000 26,40 38,70 14,60 22,38 19,14 2001 8,60 29,30 37,90 9,79 24,84 18,41 2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,10 18,20 2003 12,20 37,30 13,57 20,23 17,42 2004 11,40 24,80 36,10 12,13 20,11 16,66 2005 12,40 22,70 35,10 11,37 19,51 15,97 2006 14,29 24,76 39,10 13,36 17,75
7
Distribusi Penduduk Miskin di Sektor Pertanian (%)
100.00 1. Tanaman pangan 75.00 2. Perkebunan & Hutan 13.00 3. Peternakan 4.60 4. Perikanan 7.40 Sekitar 55% dari penduduk miskin bekerja di pertanian
8
REVITALISASI PERTANIAN
9
Agenda Pembangunan Nasional
Strategi tiga jalur (triple track strategy): pro-growth, pro-employment dan pro-poor . Pembangunan pertanian harus mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengentaskan kemiskinan
10
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK)
Presiden RI telah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) pada tanggal 11 Juni 2005 yang lalu di Jatiluhur, Jawa Barat. Revitalisasi Pertaniankesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual.
11
RPPK (lanjutan) Terjadi salah persepsi: Kerancuan pemahaman berbagai kalangan terhadap Revitalisasi Pertanian itu sendiri. Revitalisasi Pertanian lebih dipahami dalam prespektif jangka pendek, dan lebih dilihat sebagai suatu proyek atau kegiatan instan yang diharapkan dapat merubah kehidupan petani dalam waktu singkat.
12
RPPK (lanjutan) Kegiatan Pertanian sulit dilakukan berbagai penyesuaian dalam jangka pendek. Pembangunan Pertanian bukan tugas Deptan saja, tetapi lintas sektor, pemerintah pusat dan daerah, pihak swasta dan masyarakat petani. Revitalisasi Pertanian persoalan pembangunan pertanian jangka menengah dan jangka panjang. Perlu sistem perencanaan yang baik dan konsistensi perhatian serta dukungan kita bersama.
13
RPPK (lanjutan) Agenda pokok Revitalisasi Pertanian
Membalik tren penurunan dan mengakselerasi peningkatan produksi dan nilai tambah usaha pertanian. Faktor kunciPeningkatan dan perluasan kapasitas produksi melalui renovasi, penumbuhan dan restrukturisasi sistem agribisnis dan penunjangnya (kelembagaan dan infrastruktur). Peningkatan dan perluasan kapasitas produksi, diwujudkan antara lain melalui investasi bisnis maupun investasi infrastruktur.
14
HAMBATAN IMPLEMENTASI REVITALISASI PERTANIAN
Absennya organisasi ekonomi petani yang kokoh sebagai salah satu ciri pertanian modern. Petani cenderung berusaha sendiri-sendiri, sangat tergantung kepada bantuan pemerintah dan pelaku usaha lainnya Pertanian individual seperti ini tentu saja menjadi tidak efisien.
15
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan)
Usahatani skala kecil (0,2 ha) tidak mampu memberikan pendapatan yang dapat mengentaskan dari kemiskinan Perlu perluasan pendekatan usahatani/on-farm ke agribisnis. Produktivitas (pendapatan/input) sektor pertanian jauh lebih rendah dibandingkan di sektor industri Pertanian primer menjadi kurang menarik bagi generasi muda.
16
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan)
Akses terhadap sumber pembiayaan terbatas. Bunga Bank yang relatif mahal dan persyaratan perbankan yang sulit dipenuhi petani Petani harus tergantung kepada pemilik modal swasta yang menyediakan bunga atau bagi hasil yang kurang menguntungkan petani. Di era otonomi daerah, perhatian pemerintah daerah terhadap pertanian secara umum dapat dikatakan semakin menurun. Banyak daerah mempunyai program pembangunan yang terkadang tidak selalu sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian Banyak infrastruktur pertanian dan pedesaan yang belum terbangun dan yang telah ada menjadi rusak
17
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan)
Petani selalu dalam posisi sebagai “price taker” dalam pasar pertanian Tingginya fluktuasi harga antar musim Bagian yang diterima petani tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan Transmisi harga tidak lancar dan asimetris Belum terbentuknya suatu sistem perencanaan pembangunan pertanian yang berjenjang dengan baik, dari tingkat desa sampai tingkat pusat.
18
HAMBATAN IMPLEMENTASI ....... (lanjutan)
Masalahan mendasar yang perlu mendapat penanganan segera adalah: (1) terbatasnya dan menurunnya kualitas infrastruktur pertanian, (2) lemahnya kelembagaan/organisasi ekonomi petani, (3) lemahnaya dan lambatnya proses diseminasi dan adopsi informasi dan iptek pertanian, (4) minimnya dukungan dan akses terhadap sumber pembiayaan, informasi iptek, pasar dan sarana produksi, (5) lemahnya posisi petani dalam mengakses pasar dan manfaat pemasaran.
19
Strategi Pembangunan Pertanian yang Berawal dari Desa
PANCA YASA 1. Pembangunan Infrastruktur Penguatan Kelembagaan Petani Penyuluhan Pembiayaan Pertanian Pemasaran Hasil Pertanian
20
Program Deptan 2004-2009 Terkait Revitalisasi Rertanian
Operasionalisasi revitalisasi pertanian dalam lingkup Departemen Pertanian tertuang dalam program pembangunan pertanian periode yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan, (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
21
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Sasaran yang ingin dicapai: Tersediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal, Meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, dan Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan
22
Program Pengembangan Agribisnis
Sasaran yang ingin dicapai: Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan dan perbaikan kualitas; dan Mendorong kegiatan usaha pertanian secara terpadu mencakup beberapa komoditas (sistem integrasi tanaman-ternak atau sistem integrasi tanaman-ternak-ikan)
23
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Sasaran yang ingin dicapai: Meningkatnya kapasitas dan posisi tawar petani, Semakin kokohnya kelembagaan petani, Meningkatnya akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan Meningkatnya pendapatan petani.
24
OPERASIONALISASI REVITALISASI PERTANIAN
Penetapan sasaran swasembada pangan dan langkah-langkah konkrit pencapaiannya: Padi/Beras : berkelanjutan sejak 2004 Jagung : 2007 Kedele : 2015 Gula : 2009 Daging Sapi : 2010
25
Operasionalisasi RPPK (lanjutan)
Pengembangan Agribisnis Komoditas (Lanjutan) Penetapan promosi ekspor atau substitusi impor bagi komoditas (al.) Perkebunan : Kelapa Sawit, Kakao, Karet, Kelapa, Lada Hortikultura : Pisang, Jeruk, Bawang Merah, Mangga, Anggrek Peternakan : Unggas, Sapi, Kambing/Domba
26
PROGRAM TAHUN 2007 Tahun 2007 ini, ada 28 kegiatan prioritas pembangunan pertanian diantaranya sebagai implementasi Panca Yasa: Penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian; Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis; Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi; Pembentukan dan pengaktifan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan); Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA) Penguatan Kelembagaan Perbenihan/ Perbibitan;
27
Program Tahun 2007 (lanjutan)
Peningkatan Kapasitas SDM Petani & Revitalisasi Penyuluhan; Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian; Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian; Penjaminan Kredit Pertanian; Subsidi Bunga Modal Investasi; Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui PMUK & LM3 Pengembangan Agroindustri pedesaan; Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian; Stabilisasi Harga Komoditas Pangan Primer melalui DPM-LUEP; Pengembangan dan Diseminasi Inovasi Mendukung Pembangunan Pertanian.
28
PRIMA TANI (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian)
29
konsep baru percepatan diseminasi inovasi pertanian melalui pengembangan lab. agribisnis sebagai percontohan PRIMA TANI: instrumen rintisan untuk mendapatkan model pembangunan pertanian pedesaan yang komprehensif berbasis inovasi pertanian instrumen realisasi RPPK yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua stakeholder pembangunan pertanian
30
STRATEGI Menerapkan teknologi inovatif tepat-guna untuk menjadi pengungkit optimasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan spesifik lokasi (research for development) Membangun model percontohan agribisnis berbasis teknologi dengan mengintegrasikan sistem inovasi dan sistem agribisnis. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. Basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
31
TUJUAN Mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi inovasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang, dan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, serta melestarikan lingkungan.
32
pendekatan agribisnis pendekatan agroekosistem pendekatan wilayah
pendekatan kelembagaan pemberdayaan masyarakat. Pembangunan berawal dari desa/potensi sumberdaya setempat Pengembangan Laboratorium Agribisnis. Penugasan Pemandu Teknologi.
33
IMPLEMENTASI: Tahapan Kegiatan
Mengenali potensi sumberdaya lokal Mengkaji pemanfaatan potensi sumberdaya saat ini oleh masyarakat Memahami permasalahan dan hambatan dalam pemanfaatan sumberdaya secara optimal Mengidentifikasi kebutuhan teknologi yang sesuai spesifik lokasi Menerapkan teknologi tersebut dengan pendekatan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat
34
KELUARAN dan MANFAAT KELUARAN MANFAAT meningkatnya : terbentuknya :
muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi; dan akuntabilitas Deptan dalam pembangunan pertanian terbentuknya : Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP); dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID)
35
IMPLEMENTASI Tahun 2005 : di 14 propinsi, meliputi 21 kabupaten (Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulteng, Sulsel, Kalbar dan Kalsel) Tahun 2006 : di 25 propinsi, 32 kabupaten (tambahan NAD, Riau, Jambi, Bengkulu, Banten, DI Yogyakarta, Kalteng, Kaltim, Sultra, Sulut dan DKI Jakarta) Tahun 2007 : di 33 propinsi, meliputi 200 kabupaten.
36
P E N U T U P Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan di pedesaan. Sektor pertanian penghasil pangan bagi kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Penempatan pertanian menjadi sektor strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan guna mengatasi permasalahan bangsa masih sangat relevan.
37
Terima Kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.