Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMBANGUNAN NASIONAL, MODAL POTENSIAL, DAN AGENDA-AGENDA STRATEGIS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMBANGUNAN NASIONAL, MODAL POTENSIAL, DAN AGENDA-AGENDA STRATEGIS"— Transcript presentasi:

1 PEMBANGUNAN NASIONAL, MODAL POTENSIAL, DAN AGENDA-AGENDA STRATEGIS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PETA PERMASALAHAN PEMBANGUNAN NASIONAL, MODAL POTENSIAL, DAN AGENDA-AGENDA STRATEGIS KABINET KERJA Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Disampaikan dalam Rakernas VI Asosiasi Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Jayapura, 10 Juni 2015

2 PENDAHULUAN Dengan Visi, 7 Misi dan 9 Nawa Cita Presiden, yang dituju adalah Indonesia yang: Memiliki kedaulatan atas pengelolaan pangan, energi dan sumber daya maritim dan kelautan; Rakyatnya menikmati peningkatan kesejahteraan berkelanjutan dan makin merata; Warganya menjadi manusia-manusia unggul dan berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakatnya hidup dalam keharmonisan antarkelompok sosial, antarsektor ekonomi dan antarwilayah; dan Menjadi poros maritim dunia. 3

3 PDB PER KAPITA BEBERAPA NEGARA ASIA
Sumber: Worldbank

4 PERTUMBUHAN EKONOMI, PERTAMBAHAN KESEMPATAN KERJA DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
Sumber: BPS, 2015 Pertumbuhan ekonomi tidak menyerap tenaga kerja sebanyak yang dibutuhkan. Dalam periode , terjadi penurunan penciptaan lapangan kerja dibandingkan periode Pada tahun 2014, lapangan pekerjaan kembali meningkat. 4

5 LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI TAHUN 2014
Sumber: BPS, 2015 Tahun 2014, provinsi yang kaya SDA termasuk mineral, batu bara dan migas (Provinsi Papua, Riau, Kalimantan Timur, dan Aceh) mengalami laju pertumbuhan ekonomi paling rendah dikarenakan menurunnya/tidak stabilnya harga komoditas tersebut di pasar inernasional. Sedangkan beberapa provinsi yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, justru provinsi- provinsi yang berada di Luar Jawa/KTI (antara lain provinsi-provinsi di Sulawesi) yang perkonomiannya tidak bergantung pada kekayaan mineral, batu bara, migas. 5 Slide - 5

6 PORSI EKSPOR-IMPOR PANGAN DUNIA (UPDATE HINGGA BULAN MEI 2015)
IMPORTIR BERAS UTAMA DUNIA EKSPORTIR BERAS UTAMA DUNIA Negara Juta ton % Cina 4,70 12,04 Nigeria 3,00 7,69 Iran 1,60 4,10 Uni Eropa 1,55 3,97 Saudi Arabia Filipina 1,40 3,59 Irak 1,30 3,33 Afrika Selatan 1,20 3,07 Senegal 1,10 2,82 Malaysia 1,00 2,56 Indonesia Pantai Gading 0,95 2,43 Meksiko 0,79 2,02 Brasil 0,70 1,79 Jepang Lainnya 16,49 42,25 TOTAL 39,03 100,0 Negara Juta ton % Thailand 11,00 25,98 India 8,50 20,08 Vietnam 6,70 15,82 Pakistan 3,80 8,97 AS 3,50 8,27 Myanmar 2,00 4,72 Kamboja 1,20 2,83 Uruguay 1,00 2,36 Brasil 0,80 1,89 Argentina 0,58 1,37 Guyana 0,47 1,11 Cina 0,40 0,94 Mesir Australia 0,35 0,83 Lainnya 1,64 3,87 TOTAL 42,34 100,0 Sumber: Grain: World Market and Trade, USDA, May,2015

7 PENYUSUTAN LAHAN SAWAH ANCAM PRODUKSI PANGAN
Laju Percetakan dan Konversi Lahan Tahun 2006 –2013 Percetakan lahan sawah baru per tahun : hektar Laju konversi lahan sawah menjadi permukiman dan kegiatan industri per tahun : hektar Sumber: Kementerian Pertanian, 2013 Slide - 7

8 PEKERJA PERTANIAN Jumlah pekerja di sektor pertanian sekitar 39,0 juta orang tahun 2014. Dari sisi jumlah, petani gurem terus meningkat, dari 10,8 juta tahun 1993, menjadi 13,66 juta tahun dan 15,6 juta orang tahun 2008. Tahun terjadi penurunan 5,04 juta petani yang menguasai lahan dibawah 0,1 hektar. Laju penyusutan lahan pertanian rakyat mencapai 1,9 juta hektar selama 15 tahun atau hektar rata-rata per tahun.

9 JUMLAH RUMAH TANGGA PETANI
(SENSUS PERTANIAN 2013) PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH TANGGA PERTANIAN DAN PENGUASAAN LAHAN Tabel 2.1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Subsektor, 2003 dan 2013 RUMAH TANGGA PETANI MENURUT SUBSEKTOR Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia yang dihasilkan oleh ST2013 sebesar 26,14 juta rumah tangga Data tersebut didapati menurun sebesar 5,10 juta rumah tangga atau 16,32 persen dibandingkan hasil ST2003 dengan jumlah rumah tangga pertanian sebesar 31,23 juta. Agriculture Business Household Sub-Sector ST2003 (000) ST2013 (000) Change Absolute (000) % AGRICULTURE SECTOR 31.232, , , ,32 SUB-SECTOR: 1. Tanamam Pangan , , , ,24 • Padi , , , ,41 • Palawija , , , ,18 2. Hortikultura , , , ,40 3. Perkebunan , , , ,61 4. Peternakan , , , ,26 5. Perikanan , , , ,66 • Budidaya , , , ,52 • Tangkap , , , ,90 6. Kehutanan , , , ,66 7. Jasa Pertanian , , , ,59 Sumber : Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik iii

10 IMPOR IKAN DAN UDANG-CUMI (SEGAR DAN KALENG)

11 IMPOR BUAH DAN SAYUR (SEGAR DAN KALENG)

12 LISTRIK PER KAPITA Konsumsi energi listrik Indonesia per kapita mencapai 788 kilowatt hour (KWh) per kapita. Di ASEAN, konsumsi listrik tertinggi dipegang oleh Brunei Darussalam dengan angka KWh per kapita, disusul Singapura KWh per kapita, kemudian Malaysia KWh per kapita, lalu Thailand per Kwh, dan Vietnam 799 KWh per kapita. Konsumsi listrik India per kapita 778 KWh.

13 RASIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI YANG DIKONSUMSI PER KAPITA TAHUN 2014
WILAYAH Penduduk Rumah Tangga (1.000) Pelanggan KWh Jual Rasio kWh (1000) RT Persen terhadap Indonesia KWh Elektrifkasi (%) jual/kapita SUMATERA 53.270,4 12.986,8 10.361,4 19,44 27.788,1 13,99 83,21 521,64 JAWA ,8 38.697,4 33.548,0 62,93 ,0 73,05 86,69 1.010,4 BALI & NUSA TENGGARA 13.915,6 3.545,1 2.382,4 4,47 6.800,1 3,42 67,09 488,67 KALIMANTAN 14.854,8 3.702,8 2.776,2 5,21 8.031,0 4,04 75,04 540,63 SULAWESI 18.471,8 4.329,1 3.207,3 6,02 7.598,4 3,83 74,11 411,35 MALUKU & PAPUA 6.737,0 1.602,6 806,0 1,51 1.938,6 0,98 54,10 287,75 LUAR JAWA ,0 26.556,6 19762,0 37,07 53.532,4 26,95 74,41 493,0 33548,0 INDONESIA ,8 65.254,0 53309,0 100,00 ,0 81,70 787,6 Sumber: Perusahaan Listrik Negara, 2014 Slide - 13

14 KETIMPANGAN RASIO ELEKTRIFIKASI PER WILAYAH TAHUN 2014 SERTA TARGET 2015-2019
NAD 90,87% Sumut 89,91% Sumbar 85,18% Riau 64,66% Sumsel 83,27% Bengkulu 82,17% Babel 88,97% Lampung 76,72% Jakarta 100,39% Banten 88,15% Jabar 83,25% Jateng 89,36% Jambi 39,59% DIY 82,62% Jatim 83,14% Bali 81,90% NTT 51,81% Kalbar 74,20% Kalsel 82,68% Kaltim 76,07% Sulut 83,49% Sulteng 60,36% Sulsel 81,02% Malut 66,79% Maluku 69,95% Papua 124,43% Category : > 70 % % < 50 % Sulbar 52,96% Kepri 83,75% Kalteng 61,38% Gorontalo 69,39% Papua Barat 19,19% Sultra 62,51% NTB 67,54% Rasio Elektrifikasi (%) REALISASI TARGET 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 63,00 64,30 65,10 65,80 67,20 72,95 76,56 80,16 81,70 85,18 88,19 91,09 93,90 96,6 97,8 98,4 99,9 Sumber: Perusahaan Listrik Negara, 2014 14

15 PRODUKSI DAN KONSUMSI LISTRIK PER KAPITA (KWH PER KAPITA)
No. Negara Konsumsi Listrik Per Kapita (KwH) Produksi Listrik (KwH) 1 Singapore 8.404,23 2 Malaysia 4.246,47 3 China 3.297,97 4 Thailand 2.315,99 5 Vietnam 1.073,28 6 India 684,106 7 Indonesia 679,7 Sumber: World Bank, 2011 Slide - 15

16 PRODUKSI LISTRIK RRT, INDIA DAN INDONESIA (GWh)

17 85% DARI PRODUKSI BATU BARA UNTUK NEGARA LAIN
Juta Ton

18 LONJAKAN PRODUKSI SDA, TETAPI TIDAK UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA

19 CADANGAN, PRODUKSI, DAN EKSPOR BATUBARA DUNIA
Sumber: World Coal Association

20 SUMBANGAN BATUBARA INDONESIA UNTUK PRODUKSI LISTRIK RRT & INDIA MASING-MASING SETARA DENGAN PEMAKAIAN SENDIRI

21 PERAN INDUSTRI MAKIN MEROSOT: TANDA KUALITAS EKONOMI NASIONAL MUNDUR

22 PERBANDINGAN GROSS PROFIT MARGIN DARI TIGA SEKTOR USAHA DARI BEBERAPA PERUSAHAAN TERBUKA TAHUN BUKU 2011 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2014

23 PEREKONOMIAN NASIONAL MAKIN BERTUMPU DI PULAU JAWA

24 CADANGAN KEKAYAAN ALAM YANG TERSEDIA MASIH BISA
UNTUK MEMBANGUN KEDAULATAN ENERGI DAN MEMULIHKAN SEKTOR INDUSTRI KALIMANTAN Batubara 52.326,23 JTon Minyak Bumi 669,24 MMSTB Gas Bumi 17,36 TSCF MALUKU Batubara 2,13 JTon Minyak Bumi 37,92 MMSTB Gas Bumi 15,22 TSCF SUMATERA Batubara 52.483,20 JTon Minyak Bumi 5.299,47 MMSTB Gas Bumi 133,55 TSCF PAPUA Batubara 128,57 JTon Minyak Bumi 65,73 MMSTB Gas Bumi 23,91 TSCF SULAWESI Batubara 233,10 JTon Minyak Bumi 49,11 MMSTB Gas Bumi 3,88 TSCF JAWA Batubara 14,21 JTon Minyak Bumi 1.631,34 MMSTB Gas Bumi 9,97 TSCF Dengan tingkat produksi batubara 400 juta ton pertahun maka umur cadangan sekitar 50 tahun. Cadangan Proven minyak bumi 4 milyar barel, dengan produksi kurang lebih 300 juta barel/tahun, dikhawatirkan cadangan habis dalam waktu tahun Cadangan gas bumi sekitar 150 TSCF, produksi nasional sekitar 5 TSCF, maka cadangan dapat bertahan sekitar 30 tahun.

25 POTENSI PERIKANAN PER WILAYAH PENANGKAPAN DI INDONESIA (satuan dalam 1
POTENSI PERIKANAN PER WILAYAH PENANGKAPAN DI INDONESIA (satuan dalam ton/tahun) WPP Selat Malaka dan Laut Andaman 276,1 WPP Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau; 595,5 WPP Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan 1.059 WPP Laut Sulawesi dan Utara Pulau Halmahera 333,7 WPP Samudera Hindia A (Barat Sumatera dan Selat Sunda) 565,1 WPP Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik 299,2 WPP Laut Jawa 836,6 WPP Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali 929,7 WPP Laut Aru, Laut Arafura dan Timur Laut Timor 855,6 WPP Teluk Tolo dan Laut Banda 278,0 WPP Samudera Hindia B (Selatan Jawa - Laut Timor Barat) 491,7

26 KEDATANGAN WISATAWAN KE EMPAT NEGARA
Keempat negara di Asia Tenggara pada kurun waktu mengalami tren peningkatan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman). Pada tahun 2014, seiring dengan adanya demonstrasi, ketidak- stabilan politik dan banjir di Thailand, jumlah wisman mengalami penurunan. Dalam 5 tahun terakhir Indonesia tumbuh rata-rata 7,6 persen. Sementara itu, Malaysia tumbuh 2,6 persen, Thailand 12,8 persen, dan Singapura 7,1 persen. Dengan kondisi ini, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan jumlah wismannya.

27 Peta MASALAH KEPendudukAN
9

28 KETIMPANGAN PERSEBARAN PENDUDUK

29 RENDAHNYA KUALITAS PEKERJA MENYEBABKAN PRODUKTIVITAS RENDAH
110,8 Juta Pekerja (2012) Low skilled (%) Semi-Skilled (%) Skilled (%) Total (%) Pertanian Industri Jasa ++ 96,3 86,5 55,9 3,6 9,7 30,6 0,1 3,8 13,5 100,0 Hanya 5 persen dari pekerja yang memperoleh pelatihan, menyebabkan sebagian besar tenaga kerja memiliki keahlian rendah (Sakernas 2014) Pelambatan keterampilan pekerja, menyebabkan produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan rendah, termasuk dibandingkan negara-negara di ASEAN.  NEGARA Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan (% dari jumlah penganggur) Primary  (SD, SMP) Secondary   (SMA, SMK) Tertiary (D1, D3, S1)  Indonesia 39 40 10 Malaysia 61 25 Philippines 12 45 42 Singapore 27 23 50 Thailand 18 34

30 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

31 PRODUKTIVITAS DAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

32 PRESENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI (September 2014)
Slide - 32

33 TINGKAT KEMISKINAN DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TAHUN 2014
33

34 PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO) PROVINSI
MENURUT KELOMPOK GINI RATIO TAHUN RATIO GINI PROVINSI 2008 2009 2010 2011 2012 2013 < 0,35 Kep. Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,31 Maluku Utara 0,33 0,34 0,32 Aceh 0,27 0,35 - 0,40 Sumatera Utara 0,35 Jambi 0,28 Nusa Tenggara Timur 0,36 0,38 Kalimantan Tengah Sulawesi Barat Sumatera Barat Kepulauan Riau Lampung 0,37 Jawa Timur Nusa Tenggara Barat 0,40 Kalimantan Selatan Riau Kalimantan Timur Maluku 0,41 Sumatera Selatan Bengkulu 0,39 Jawa Tengah Banten 0,42 Bali 0,43 Kalimantan Barat > 0,40 Jawa Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Utara DKI Jakarta 0,44 Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Papua Barat DI Yogyakarta Gorontalo 0,46 Papua 34

35 PRESENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) MENURUT PROVINSI (Agustus 2014)
Slide - 35

36 PERKEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL
PETA PERSEBARAN DAN PERKEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL 122 kab 2014 2009 199 kab *70 kab Keluar DOB 34 183 kab target keluar 2004 2019 75 kab DOB 9 50 kab DOB 47kab 122-75 *Berdasarkan Kepmen PDT No. 141 Tahun 2014 tentang Daerah Tertinggal yang Terentaskan Tahun 2014 36

37 PROYEKSI PERKEMBANGAN PENDUDUK PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk Indonesia Penduduk yang tinggal di perkotaan dari tahun ke tahun akan terus meningkat Slide - 37

38 ANGKA KEKURANGAN RUMAH MENCEMASKAN
Angka kekurangan rumah (housing backlog) di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai sekitar 17,2 juta unit. Angka ini diproyeksikan dari angka 13,6 juta unit pada tahun 2010 dan 4,3 juta unit pada tahun 2000 (berdasarkan Sensus BPS yang diadakan setiap 10 tahun sekali). Ini berarti ada rata-rata pertambahan 930 ribu unit kekurangan rumah setiap tahun. Luas permukiman kumuh juga diperkirakan mencapai ha pada tahun Proyeksi ini diperoleh dari luas kumuh yang bertambah dari ha pada tahun 2000 menjadi sekitar ha pada tahun 2010 (Sensus BPS). Ini berarti kawasan kumuh bertambah rata-rata lebih dari 1000 ha setiap tahunnya.

39 KESENJANGAN PARTISIPASI PENDIDIKAN
APS tahun antar provinsi dan kab/kota APM SMP/MTs per Provinsi, 2011 APS penduduk usia 7-15tahun menurut kelompok pengeluaran keluarga, 2012. Disparitas akses pendidikan dasar sudah semakin kecil baik antar daerah maupun antar kelompok sosial-ekonomi. Namun masih perlu upaya besar untuk menjamin semua anak usia 7-15 tahun untuk mengikuti pendidikan yang berkualitas. 39

40 Kualifikasi Guru per Provinsi, 2012
KUALITAS GURU Kualifikasi Guru per Provinsi, 2012 Tren Sertifikasi Guru Sumber: Kemdikbud Masih banyak guru yang belum memenuhi persyaratan kualifikasi akademik minimal sebagaimana diamanatkan UU Guru dan Dosen 1,5 juta guru yang tersertifikasi (55% dari seluruh jumlah guru) Sumber: NUPTK 2012 40

41 INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Dimensi Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012 Indeks Toleransi, 2012 Dimensi Indeks Gotong Royong, 2012 Indeks Pembangunan Masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur: Indeks gotong-royong (mengukur modal sosial  kepercayaan kepada lingkungan tempat tinggal, kemudahan mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, serta jejaring sosial) Indeks toleransi (mengukur kohesi sosial  toleransi masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain di lingkungan tempat tinggal) Indeks rasa aman (mengukur rasa aman yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal) Sumber: dihitung menggunakan data Susenas Modul Sosial Budaya 2012

42 GINI INDEX 40 percent Low 40 percent Medium 20 percent High Gini Index
Expenditure 2005 20.22 37.69 42.09 0.33 2006 21.42 37.65 41.26 0.36 2007 18.74 36.51 44.75 0.38 2008 18.72 36.43 44.86 0.37 2009 21.22 37.54 41.24 2010 18.05 36.48 45.47 2011 16.86 34.73 48.41 0.41

43 PEMBANGUNAN JABODETABEK DAN TUMBAL KORBAN MANUSIA
2009 2010 2011 2012 2013 Korban Jiwa Mudik 702 772 668 908 795

44 Indikator Kinerja Infrastruktur
TRANSPORTASI (1) Indikator Kinerja Infrastruktur Baseline Tahun 2014 Persentase Kondisi jalan nasional km Baik Sedang Rusak ringan Rusak berat km km 1.516 km 1.203 km 63,64 % 29,31 % 3,93 % 3,12 % Kondisi jalan provinsi km km km 5.649 km 8.473 km 28,16 % 42,22 % 11,85 % 17,78 Kondisi jalan kabupaten/kota km km km km km 17,75 % 41,41 % 12,25 % 28,59 % 44

45 Indikator Kinerja Infrastruktur
TRANSPORTASI (2) Indikator Kinerja Infrastruktur Baseline Tahun 2014 Persentase Pengembangan pelabuhan Dwelling time pelabuhan 6 – 7 hari Pengembangan bandara 237 On-time Performance Penerbangan 75 % Kab/kota yang dijangkau broadband 82 % Armada Kapal Penyeberangan Dibawah 10 tahun Antara 10 – 20 tahun Diatas 20 tahun Total 72 unit 60 unit 142 unit 274 unit 26,28 % 21,90 % 51,82 % 45

46 AGENDA-AGENDA STRATEGIS YANG DISIAPKAN UNTUK TAHUN 2015-2019
Slide - 3

47 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA 3 DIMENSI PEMBANGUNAN QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB Pendidikan Kesehatan Perumahan Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri Membangun untuk manusia dan masyarakat; Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan; Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem Mental / Karakter Slide - 47

48 TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM DUNIA
Keterangan Program Nilai (Rp.Milyar) Keterangan 24 Pelabuhan Strategis 243,696 Termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer, serta lahannya Short sea shipping 7,500 Kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon Fasilitas kargo umum dan bulk 40,615 Rencana induk pelabuhan nasional Pengembangan pelabuhan non-komersil 198,100 1.481 pelabuhan Pengembangan pelabuhan komersil lainnya 41,500 83 pelabuhan Transportasi multimoda untuk mencapai pelabuhan 50,000 Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir. Revitalisasi industri galangan kapal 10,800 12 galangan kapal Kapal untuk 5 tahun ke depan 101,740 Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug & barge, tanker, dan kapal rakyat Kapal patroli 6,048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V Total 699,999

49 PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PENYEBERANGAN (KOMPLEMEN KONSEP TOL LAUT)
Arah kebijakan pengembangan transportasi penyeberangan : Penyelesaian dan penguatan jalur lintas Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan Sabuk Selatan serta poros penghubung. Terobosan regulasi termasuk kebijakan pengadaan kapal oleh pemerintah dan pembentukan Otorita Pelabuhan Penyeberangan. Koridor Penyebe rangan Kondisi Saat ini dan Rencana Pembangunan Keb. Biaya Sabuk Utara Terdapat lintas yang belum terhubung yaitu: Tj. Pinang – Sintete, akan diselesaikan pada Rp. 40 T Sabuk Tengah Terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai – Fak Fak, akan diselesaikan pada akhir tahun Akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal) Sabuk Selatan Telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal) Program Strategis dan Target: Pembangunan pelabuhan penyeberangan di 60 lokasi Pembangunan kapal penyeberangan (terutama perintis) 50 unit Pemisahan operator dan regulator (pembentukan Otorita Pelabuhan) Pembangunan kapal untuk mengatasi bottleneck pada lintas utama termasuk lintas Merak -Bakauheni (melalui PMN pada BUMN)

50 RENCANA PEMBANGUNAN HYDRO POWER
Sumber : RUPTL dan Musrenbangnas 2014 50

51 RENCANA PEMBANGUNAN PLTA DAN PLTM (2015-2019)
Sumber : diolah dari PT. PLN (Persero), KESDM, dan Musrenbangnas 2014 51

52 LOKASI 33 PEMBANGUNAN PLTA GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN 49 WADUK
Wampu, 45 Mw,-Asahan III (FTP 2), 174 Mw, Hasang (FTP 2, 40 Mw, Simonggo-2, 86 MW, Batang Toru (Tapsel), 510 Mw, Masang-2, 55 Mw (Sumut) Karama Peaking (Unsolicited) 150 Mw, Karama Baseload (Unsolicited), 300 Mw (Sulbar) Peusangan 1 – 2, 88 Mw, Peusangan-4, 400 Mw (NAD) Duminanga, 1 Mw,Sawangan, 12 Mw (Sulut) PLTA Tersebar Maluku Utara, 4.5 Mw, (Malut) Bontobatu (FTP2), 110 Mw, Malea, 90 Mw (Sulsel) Isal 3 , 4 Mw, Nua (Masohi), 6 Mw, Wai Tala 13.5 Mw, Wai Tala Mw, Isal, 6 Mw, PLTA Tersebar Maluku , 18.5 Mw(Maluku) Simpang Aur (FTP2), 23 Mw, Ketahun-3, 61 Mw (Bengkulu) Warsamson, 46,5 Mw(Papua Barat) Merangin, 350 Mw(Jambi) Kusan, 65 Mw(Kalsel) Semangka (FTP2), 56 Mw(Lampung) Maubesi ,1 Mw, Kudungawa, 2 Mw, Ubungawu III, 0.2 Mw (NTT) Orya 2, 10 Mw, Kalibumi-2, 5 Mw, Mariarotu II 1.3 Mw, Baliem, 10 Mw, Kalibumi III Cascade, 5 Mw, Baliem, 40 Mw, Tatui, 4 Mw, Amai, 1.4 Mw (Papua) Brang Beh 1, 8 Mw, Brang Beh 2, 4.1 Mw NTB) Konawe, 50 Mw, Watunohu 1, 20 Mw (Sultra) 52

53 LOKASI PEMBANGUNAN 49 WADUK
WADUK KEUREUTO, RUKOH, TIRO, JAMBO AYE (NAD) WADUK LOLAK, KUWIL (SULUT) WADUK CIAWI, SUKAMAHI, CIPANAS, LEUWIKERIS, SADAWARNA, SANTOSA, SUKAHURIP (JABAR) WADUK TAPIN (KALSEL) WADUK LAUSIMEME (SUMUT) WADUK SEPAKU SEMOI, MARANGKAYU, TERITIP (KALTIM) WADUK LOMPATAN HARIMAU (RIAU) ESTUARI SEI GONG, DOMPAK, BUSUNG (KEPRI) WADUK KARALOE, PASELORENG, PAMUKULU, JENELATA, NIPA-NIPA (SULSEL) WADUK SUKOHARJO, SEGALAMINDER, WAY SEKAMPUNG, SUKARAJA III (LAMPUNG) WADUK TELAGAWAJA, LAMBUK (BALI) WADUK LASONGI (SULTRA) WADUK RAKNAMO, KOLHUA, ROTIKLOD, NAPUNGGETE (NTT) WADUK KARIAN, SINDANGHEULA (BANTEN) WADUK LOGUNG, JLANTAH, MATENGGENG (JATENG) WADUK BINTANG BANO, TANJU DAN MILA, MUJUR (NTB) WADUK BENER, KARANGTALUN (DIY) WADUK SEMANTOK, WADUK BAGONG, WADUK LESTI, WADUK WONODADI (JATIM)

54 RENCANA PENGEMBANGAN PERKERETAAPIAN 2015 - 2019
Sumber: Kementerian Perhubungan, 2014 54

55 RENCANA PEMBANGUNAN 15 BANDARA BARU DAN PENGEMBANGAN 9 BANDARA KARGO
Sumber: Hasil Koordinasi Kementerian PPN dan Kemenhub, 2014 55

56 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG KAWASAN EKONOMI KHUSUS
56

57 LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
YANG TELAH DITETAPKAN MELALUI PERATURAN PEMERINTAH (PP) Sumber : Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, 2014

58 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG 14 KAWASAN INDUSTRI DI LUAR JAWA
Kebutuhan penanganan infrastruktur untuk mendukung 13 Kawasan Industri sebesar Rp.55,444.8 Triliun PROYEK STRATEGIS Pelabuhan: Pembangunan Pel.Kualatanjung, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar, Banjarmasin, Kupang dan Halmahera Tol: Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung Jalan: Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu-Parigi, Lingkar Kupang, Jalan Susumuk-Bintuni Kereta Api: Pembangunan jalur KA antara Manado – Bitung, Sei Mangke – Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso – Tanjung Priok, DDT dan Elektrifikasi Manggarai–Bekasi -Cikarang, Lingkar Luar Kereta Api . Listrik: Pembangunan pembangkit listrik (PLTU Kualatanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu, PLTU Palu, PLTA Poso, PLTMG Morowali, PLTU NTT-2 Kupang, PLTU Ketapang (FTP2), PLTG/MG Pontianak Peaker, PLTU Bengkayang, Parit Baru, Pulau Pisau, PLTA Konawe, PLTA/MH Morowali, Bantaeng dan PLTGU Tangguh. Bandara: Pengembangan Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Pengembangan, Halu Oleo Kendari. Sam Ratulangi Manado dan Bandara Syamsuddin Noor- Banjarmasin SEKTOR INVESTASI Bandara 8,200.00 Jalan 8,079.74 Kereta Api 10,085,00 Ketenagalistrikan 10,477.06 Pelabuhan 17,664.00 Sumber Daya AIR 939.00 Total 55,444,80 SUMATERA 1. Kuala Tanjung - Sumut 2. Seimangke – Sumut 3. Tanggamus - Lampung KALIMANTAN 4. Batulicin – Kalsel 5. Ketapang - Kalbar Landak - Kalbar; Jorong - Kalsel SULAWESI 7. Palu – Sulteng 8. Morowali - Sulteng 9. Bantaeng - Sulsel 10. Bitung – Sulut Konawe – Sultra MALUKU 12. Buli, Halmahera Timur-MaluT PAPUA 13. Teluk Bintuni, Papua Barat

59 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN KALIMANTAN
59

60 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN PAPUA
60

61 PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KERJA MELALUI REVITALISASI BALAI LATIHAN KERJA
61

62 TERIMA KASIH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TERIMA KASIH 62


Download ppt "PEMBANGUNAN NASIONAL, MODAL POTENSIAL, DAN AGENDA-AGENDA STRATEGIS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google