Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIndra Kusumo Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Materi Kuliah SEJARAH SENI RUPA INDONESIA 1 disusun Oleh: Husni Mubarat, S.Sn., M.Sn PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017
2
Seni Rupa Indonesia 1. Zaman Pra-Sejarah Merupakan zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. Disebut juga zaman Pra Aksara. 2. Zaman Sejarah Di mana manusia sudah mengenal tulisan, dan peradabannya yang sudah maju, baik ilmu pengetahuan, teknologi, informasi serta seni.
3
Zaman Pra-Sejarah Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tengah (Mezolitikum) Zaman Batu Muda (Neolitikum) Zaman Batu Besar (Megalitikum) Zaman Logam
4
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Ciri-Cirinya: 1. Bentuk perkakas masih sederhana dan primitif, 2. Manusia pada zaman ini hidup berkelompok, 3. Tinggal di sekitar aliran sungai, gua, dan di atas pohon, 4. Mengandalkan Makanan dari alam (food gathering), dan berburu, 5. Hidup berpindah-pindah.
5
Zaman Batu Tengah (Mezolitikum)
Ciri-Cirinya: 1. Bentuk perkakas masih sederhana dan primitif, 2. Manusia pada zaman ini hidup berkelompok, 3. Tinggal di sekitar aliran sungai, gua, dan di atas pohon, 4. Mengandalkan Makanan dari alam (food gathering), dan berburu, 5. Hidup berpindah-pindah.
6
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Di Indonesia zaman ini dimulai sekitar SM. Ciri-Cirinya: 1. Cara hidup dari food gathering ke food producting, yaitu cara bercocok tanam dan berternak, 2. manusia sudah mulai menetap di rumah panggung, 3. manusia sudah mulai membuat lumbung (penyimpan makanan), seperti di Lebak-Banten, 4. Manusia sudah mengenal beliung persegi dan kapak lonjong.
7
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Ciri-Cirinya: 1. Manusia sudah mengenal kepercayaan: - Animisme: kepercayaan terhadap roh leluhur yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, dan senjata tajam. - Dinamisme: bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan/ tenaga gaib yang dapat mempengaruhi keberhasilan/kegagalan manusia, seperti azimat, batu cincin, dll
8
2. Manusia sudah mengenal bentuk kepercayaan
2. Manusia sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah, yaitu memperlakukan manusia yang sudah meninggal dengan baik sebagai bentuk penghormatan. Peninggalan yang bersifat rihaniah pada era Megalitikum ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan dalam bentuk: a. Menhir: tugu batu sebagai tempat pemujaan, b. Dolemen: meja batu untuk menaruh sesaji c. Sarkopagus: bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti mati
9
d. Kuburan Batu: lempeng batu yang disusun untuk. mengubur mayat. e
d. Kuburan Batu: lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat. e. Punden Berundak: bangunan bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan. f. Arca (patung): perwujudan subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.
10
Zaman Perunggu (Perundagian)
Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi antara masyarakat asli Indonesia (proto melayu/ melayu tua) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutro Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman perunggu, karena zman ini manusia telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai tahun SM.
11
Alat-alat besi yang banyak ditemui di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari, seperti pisau, sabit, kapak, pedang, mata tombak dan lain sebagainya. Teknik peleburan perunggu ini berasal dari budaya Dong-Son di Vietnam. Kebudayaan Dong-Son adalah kebudayaan di zaman perunggu yang berkembang di lembah Song Hong Vietnam, dan berkembang di Asia Tenggara termasuk Nusantara dari sekitar abad 1000 SM – 1 SM.
12
Kebudayaan Dong Son berkembang di indochina pada masa peralihan dari periode mesolitikum dan neolitikum yang kemudian periode megalitikum. Pengaruh juga berkembang menuju Nusantara yang kemudian dikenal sebagai masa kebudayaan perunggu. ( Sumber: - zaman sejarah-di-indonesia. Didownload 13/02/2017
13
Karya Seni Pada Masa Budaya Dong Son
Nekara (gendang Dong Son) adalah gendang perunggu berbentuk dandang berpinggang pada bagian tengahnya dengan selaput suara berupa logam (perunggu).
14
Patung perunggu kebudayaan Dong Son, asal Thailand.
15
Tinjauan Karya Seni Rupa Indonesia Masa Pra-Sejarah
2. Karya Seni Lukis Masa Pra-Sejarah Seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan Pra-Sejarah memperlihatkan bahwa, sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia Indonesia telah membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting kehidupan. Gambar tersebut dibuat dengan alat gambar yang sangat sederhana, seperti: arang, kapur, batu, tanah dan lain sebagainya. Sumber:
16
Teknik menggambar yang digunakan manusia pada masa Pra-Sejarah cukup sederhana; dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburkannya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna warni di dinding-dinding gua yang masih dapat dilihat hingga saat ini. Lukisan gua Pra-Sejarah di Indonesia telah berkembang pada masa berburu dan mengumpulkan makanan.
17
a. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Sulawesi Selatan
Menurut analisis Van Hekeren (1972), beberapa gua yang terdapat di Sulawesi selatan telah dihuni sejak ribuan tahun SM. Sekurang-kurangnya ada dua tempat di Sulawesi Selatan yang memiliki lukisan: Kabupaten Maros Kabupaten Pengkajane:
18
Gua Akarasaka, Bulu Ballang, Bulusumi, Bulu Ribba, Bulu Sipong, Camingkana, Cumi Lantang, Garunggung, Kassi, Lasitae, Lompoa, Petungan, Sakapao, Saluka, Sapiria, dan Sumpang Bita. Lukisan gua di Sulawesi Selatan pertamakali diperkenalkan oleh C.H.M Heren (1950), yang meneliti lukisan cap tangan dengan Backgroun warna merah di gua Leang Pattae. Diduga lukisan tersebut cap tangan kiri perempuan. Ditemukan juga lukisan objek hewan: Babi dan Rusa yang terpanah pada jantungnya. Lukisan tersebut diduga menggambarkan harapan dan keberhasilan mereka dalam berburu.
19
Heerkeren dan Fransen melakukan penelitian bersama, sehingga berhasil ditemukan lukisan cap tangan pada dinding gua 29 buah dengan latar belakang warna merah. Ada juga empat lukisan cap tangan yang hanya memiliki 3-4 jari. Temuan lainnya adalah di Gua Lammbatorang (Maros), ditemukan lukisan cap tangan sebanyak 40 buah. Warna merah sepertinya adalah warna dominan yang digunakan, akan tetapi ada beberapa gua yang menggunakan warna hitam untuk menggambarkan pola manusia, yaitu gua Passi, Lompoa, dan Sapiria. Di gua Sumpamg Bita, ditemukan lukisan cap kaki, hewan Anoa, dan perahu (sampan). Lukisan cap kaki diduga/ dihubungkan dengan ritual/upacara bagi bayi yang dapat berjalan pertamakali.
20
BERIKUT ADALAH BEBERAPA CONTOH LUKISAN GUA YANG TERDAPAT DI KABUPATEN SULAWESI SELATAN:
21
Lukisan “Telapak Tangan”pada dinding Gua Pettakere, Maros
Foto: Cahyo Ramadhani (Tanpa Tahun)
22
Lukisan “Telapak Tangan”pada di Dinding Gua Leang-Leang
23
Lukisan “Anoa”pada dinding Gua Sumpangbita
24
Lukisan “Ikan”pada dinding Gua Lasitae, Pangkep
25
Pola dan Bentuk Lukisan
Jika diamati secara keseluruhan, pola lukisan pada dindning gua menggambarkan bentuk fauna (binatang), seperti gambar babi, ikan, ular, kura-kura, dan rusa. Di samping pola binatang, ditemukan juga pola Kapak dan gambar yang mirip dengan mata bajak. Umumnya gua-gua tersebut terdapat pola lukisan “Cap Tangan”dan“Babi”, pola ini sering dikaitkan dengan makna religi dan magis. Makna Lukisan Gua Secara keseluruhan, lukisan gua tersebut menggambarkan kehidupan yang kompleks, di samping, kehidupan berburu, misalnya lukisan babi di gua Sakapo yang memperlihatkan goresan di tubuhnya sering
26
Dihubungkan dengan kekuatan magis dalam perburuan
Dihubungkan dengan kekuatan magis dalam perburuan. Nilai magis dan religi juga dapat merujuk kepada lukisan cap tangan dan matahri. Nilai Sosial-Ekonomi jelas diperlihatkan oleh pola babi, perahu, kapak, dan mata bajak, sedangkan gambar pola ular mungkin dimaksudkan sebagai peringatan bahaya.
27
b. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Sulawesi Tenggara
Di Sulawesi Tenggara, lukisan gua banyak ditemukan di Pulau Muna. Berdasarkan hasil penelitian para arkeolog, gua dan ceruk (gua dangkal) yang didapati lukisan prasejarah di pulau Muna berada di kawasan Liabano, Kotobu. Diantaranya gua Kolumbo, La Kabori, Mentanduro, Gua Toko, dan wa Bose. Lukisan gua prasejarah yang terdapat di Pulau Muna (Sulawesi Tenggara) telah banyak diteliti oleh E.A. Kosasih (1977). Dari segi gaya lukisannya umumnya berbeda dengan lukisan gua yang diketemuka di Sulawesi Selatan, khususnya dengan kompleks Maros.
28
Cap jari tangan yang menjadi ciri khas lukisan gua di wilayah Maros, tidak diketemukan di Pulau Muna. Dilihat dari gaya lukisannya, corak lukisan di Pulau Muda justru lebih dekat kemiripannya dengan gaya lukisan yang terdapat di Pulau Kei, di Papua, dan Seram. Berikut adalah beberapa lukisan gua yang terdapat di gua Sulawesi Tenggara:
29
1 Lukisan pola Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
30
2 Lukisan pola manusia dan perahu di Gua Sulawesi Tenggara
31
3 Lukisan pola Manusia dan Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
32
4 Lukisan pola Binatang di Gua Sulawesi Tenggara
33
Gaya Lukisan Lukisan gua di Pulau Muna umumnya memiliki warna coklat seperti dibuat dari tanah liat. Lukisan gua di Pulau Muna didominasi oleh lukisan manusia yang digambarkan dalam berbagai sikap. Contohnya penggambaran perkelahian dengan menggunakan sejata, memegang sejenis pedang, kegiatan perburuan, menari, seperti menaiki kuda dan bahkan ada yang seperti terbang. Penggambaran manusia dilukiskan dengan bagian anggota badan yang dibentangkan ke arah samping.
34
Selain itu juga ada lukisan yang berpola menyerupai binatang seperti anjing, babi, buaya atau kadal, kuda, rusa, ular dan sebagainya. Pola matahari dan geometris juga ditemukan dan yang paling menarik adalah penggambaran perahu yang seperti sedang dinaiki. Lukisan gua prasejarah di Pulau Muna menunjukan tingkat perbedaan signifikan dari lukisan gua di Sulawesi Selatan, tidak saja teknik penggambaran serta warna yang digunakan, tetapi juga terlihat dari pola yang lebih bervariasi dalam menggambarkan kehidupan mereka.
35
Lukisan gua lainnya yang berhubungan dengan kegiatan sosial-ekonomi masyarakatnya adalah bentuk lukisan pohon kelapa dan jagung di Gua Toko mempunyai makna sosial-ekonomi yang erat hubungannya dengan mata pencaharian mereka. Penggambaran yang tertera dalam lukisan Gua di Sulawsi Tenggara ini sedikitnya dapat memberi kita gambaran tentang kehidupan manusia pada masa itu yang selain telah mampuu “berkesenian” mereka juga mampu mengungkapkan simbol-simbol kehidupan mereka.
36
c. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Kalimantan
Lukisan gua prasejarah di Kalimantan banyak dijumpai di Kalimantan Timur dan kemudian Kalimantan Barat. Penemuan pertama lukisan gua di Kalimantan Timur (di Kabupaten Kutai) diketahui dari tim arkeologi gabungan Indonesia dan Perancis pada tahun 1982, 1983 dan 1986. Gua-gua yang memliki lukisan: Pada tahun 1995, penelitian dilakukan oleh Balai Arkeologi Banjarmasih dan Pusat Arkeologi Nasional ke pegunungan Meratus, yang termasuk Kabupaten Tabalong (Kalimantan Selatan).
37
Penelitian itu dimaksudkan guna memperoleh data tentang aktivitas kehidupan zaman prasejarah yang berciri mesolitik dan neolitik. Salah satu gua tersebut adalah Gua Babi. Di dalamnya ditemukan sisa-sisa aktivitas hunian yang dicirikan oleh benda-benda serpihan batu rijang, pecahan gerabah berhias, serta himpunan sisa moluska dari kelas gastropoda. Contoh arang dari Gua Babi yang dianalisis dengan metode pertanggalan C-14 menghasilkan data 5000 tahun yang lalu.
38
Pada tahun 1996 penelitian dilakukan di kawasan Tanjung Mangkalihat, Sangkulirang, Kutai Timur (Kalimantan Timur). Dari gua-gua yang terdapat di wilayah tersebut, dipastikan bahwa ada delapan gua yang memiliki lukisan, yaitu: Gua Mardua, Gua payau, Gua Liang Sara, Gua Masri, Gua Ilas Keceng, Gua Tewet, Gua Tamrin, dan Gua Ham. Gua Tamrin dan Gua Ham Gua Tamrin yang berada dekat sungai Marang, bahkan memiliki lukisan-lukisan penari yang mengenakan topeng pada seluruh bagian kepala.
39
Lukisan tersebut sedikitnya mirip dengan tari-tarian adat yang masih berlangsung di beberapa suku papua dan beberapa kepulauan di Melanasia. Sementara di Gua Ham diketemukan lukisan penari, hewan yang menyerupai tapir, jenis rusa dan tumbuhan. Yang paling luar biasa adalah lukisan cap tangan yang jumlahnya mencapai 275 gambar, dan menjadi salah satu gua yang memilki lukisan cap tangan terbanyak di dunia. Berikut adalah beberapa lukisan gua yang terdapat di Kalimantan:
40
Foto oleh Luc-Henri Fage
1 Lukisan Pola Cap Tangan di Gua Tawet, Kalimantan Foto oleh Luc-Henri Fage
41
Pola dan Bentuk Lukisan
Pola lukisan gua yang cukup dominan di beberapa gua di Kalimantan adalah lukisan cap tangan, yang hampir sama dengan lukisan cap tangan yang diketemukan di kompleks Maros dan Pangkajene (Sulawesi Selatan). Pola lainnya antara lain hewan banteng dan sejenis tapir yang diperkirakan telah punah ribuan tahun lalu. Ada juga hewan babi, sejenis rusa, tumbuhan, pola geometris, dan gambar manusia yang digambarkan seperti sedang berburu dan menari.
42
Pola dan bentuk lukisan secara tidak langsung juga dapat menunjukan kelas sosial yang berkembang pada masa itu, baik itu yang mengandung simbol-simbol yang berhubungan dengan sosial-ekonomi maupun makna religi-magis. d. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Maluku Di Maluku yang dianggap pertama kali menemukan lukisan gua prasejarah adalah J. Roder di tahun 1937, walaupun pada kenyataannya mungkin masyarakat yang kini tinggal dan berada di sekitarnya sudah mengenal peninggalan tersebut lebih dulu sebelum Roder “menemukannya”.
43
Berikut adalah beberapa Lukisan Gua yang terdapat di Maluku
Roder tercatat telah menemukan lukisan gua di wilayah Maluku kurang lebih sebanyak 100 buah yang keseluruhannya itu ia temukan di Pulau Seram, pada dinding karang di dekat Sungai Tala. Selain di Pulau Seram, lukisan prasejarah di Maluku juga diketemukan di Kepulauan Kei. Lukisan-lukisan prasejarah yang diketemukan di Kepulauan Kei umumnya berupa garis-garis lurus (sktets), tetapi ada juga yang telah diberi warna pada bagian dalamnya. Berikut adalah beberapa Lukisan Gua yang terdapat di Maluku
44
1 Lukisan Pola Cap Tangan
45
2 Lukisan Pola Cap Tangan
46
Pola dan Bentuk Lukisan
Lukisan prasejarah yang diketemukannya berupa pola gambar seperti hewan rusa, pola burung, penggambaran manusia, bentuk perahu, pola matahari, dan juga bentuk mata. Penggambaran manusia ditampilkan dengan berbagai adegan seperti menari, berperang sembari memegang perisai, dan ada juga yang seperti posisi jongkok dengan kedua tangannya terangkat.
47
Gambar lukisan gua di kepulaua Kei pada umumnya dibuat dari garis luarnya saja (outline), tetapi pada penggambaran yang menampilkan bentuk manusia biasanya akan terisi sepenuhnya oleh warna merah. Lukisan-lukisan gua yang diketemukan di Kepualauan Kei terdiri dari lukisan cap tangan yang berlatar belakang merah, bentuk topeng yang menggambarkan wajah manusia, lambang dari matahari, orang-orang berkelahi dan menari, bentuk perahu, dan juga gambar hewan seperti burung.
48
d. Lukisan Gua Pra-Sejarah di Maluku
Johannes Keyt, merupakan orang yang pertama mencatat keberadaan lukisan pra-sejarah di daerah Papua, pada tahun ketika ia melakukan perjalanan dari Banda Aceh Ke Papua untuk berdagang. Selang beberapa abad kemudian, K.W. Gailis kemudian meneliti seni cadas prasejarah yang terdapat di wilayah Papua bagian barat, di sekitar Teluk Seireri dan daerah Danau Sentani. Sebagian dari lukisan gua yang ditemukannya berbentuk abstrak, ada lukisan pola lengkung, bentuk spiral, serta penggambaran hewan melata yang distilir. Selain itu,
49
di dalam gua-gua itu banyak dijumpai tulang-belulang manusia
di dalam gua-gua itu banyak dijumpai tulang-belulang manusia. Belum jelas mengenai temuan tulang-tulang manusia itu, apakah mereka pendukung dari budaya lukisan tersebut atau manusia-manusia yang hadir pada masa setelahnya. Lukisan gua Papua umumnya mempunyai kemiripan dengan lukisan-lukisan gua prasejarah yang diketemukan di Maluku dan Pulau Kei, tetapi ada beberapa bentuk yang juga berbeda (khusus). Misalnya di wilayah Kokas, diketemukan lukisan cap tangan dan juga kaki yang berlatar belakang cat merah. Di daerah Namatone juga diketemukan pola yang hampir sama.
50
Bentuk lainnya yang juga dijumpai di kedua situs ini adalah pola penggambaran manusia, bentuk ikan, hewan kadal dan bentuk perahu pola distilir. Dari cerita penduduk setempat, lukisan cap tangan dan juga kaki itu merupakan jejak nenek moyang mereka ketika hendak melakukan perjalanan dari timur ke barat. Lukisan prasejarah yang di ketemukan di wilayah Kokas merupakan satu dari situs kuno yang cukup terkenal. Lukisan-lukisan itu berada pada tebing-tebing terjal. Bagaimana mereka melakukannya? Masih misteri.
51
Berikut adalah lukisan pra-sejarah yang ada di Paua
Penduduk setempat menyebut tebing terjal itu dengan Tapurarang. Bagi mereka, lokasi lukisan di tebing tersebut merupakan tempat yang sakral. Mereka mempercayai lukisan pada dinding gua itu adalah mereka yang mendapat kutuk arwah. Sebagian lagi percaya lukisan itu melambangkan penguasa laut, Kaborbor, arwah yang paling menakutkan. Berikut adalah lukisan pra-sejarah yang ada di Paua
52
1 Jejak Merah Telapak Tangan Distrik Kokas Fakfak sumber : sarangenje.wordpress.com
53
2 Lukisan tebing, Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak sumber : forum.detik.com/misteri-lukisan-berdarah-di-kokas-papua
54
3 Lukisan tebing, Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak sumber : forum.detik.com/misteri-lukisan-berdarah-di-kokas-papua
55
Pola dan Bentuk Lukisan
Dari hasil penelitian yang dilakukan Balai Arkeologi Jayapura, motif-motif lukisan di Kaimana umumnya adalah penggambaran manusia, bentuk fauna-flora, ragam geometris dan juga benda-benda yang dihasilkan oleh manusia misalnya bentuk perahu, bumerang, senjata tombak, pola tapak batu, bentuk penokok sagu dan juga topeng. Motif dan bentuk manusia itu ada yang berupa penggambaran manusia secara utuh, lukisan cap tangan, bentuk antropomorfik dan juga matuto.
56
Sedangkan untuk kategori fauna adalah bentuk buaya, burung, kuskus, ikan, penyu, ular, dan juga bentuk kuda laut. Sementara itu, pola geometris adalah bentuk matahari, segi empat dan juga pola lingkaran. Lukisan gua prasejarah itu tersebar di beberapa wilayah yang memiliki ketinggian ceruk dan juga tebing karang tiga hingga lima meter di atas permukaan laut. Di Kaimana lukisan prasejarah banyak diketemukan di wilayah Desa Maimai, Marsi, dan di Namatota. Rode mengelompokan lukisan gua prasejarah yang ada di papua menurut gayanya seperti:
57
Arguni dan Ota I Gaya Mangga Gaya Otta II dan Sosorra Gaya Tubulinetin Gaya Arduni Gaya Arguni dan Ota I ditandai dengan lukisan-lukisan yang hampir sepenuhnya berwarna hitam, sedangkan untuk gaya Ota II dan Sosorra lukisan perahu menjadi khasnya, selain itu juga terdapat tradisi penempatan mayat di depan gua.
58
Sebagian besar lukisan gua yang diketemukan berwarna merah.
Masyarakat yang berada di sekitar tempat itu menyebutkan bahwa matuto adalah pahlawan nenek moyang, oleh karenanya hingga saat ini di tempat-tempat yang terdapat lambang matuto kerap dilakukan sebuah upacara dan juga tari-tarian. Lukisan cap tangan dipercaya mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka dari kekuatan jahat. Perempuan dilarang melihat lukisan gua itu atas dasar keselamatan. Lukisan cap tangan, manusia, binatang, perisai, perahu, dan bumerang, kemudian hadir dalam pola hias mereka, dalam simbol-simbol upacara penguburan, menjadi perisai dan perhiasan.
59
Reinach dan Begeuen yang menganalisis lukisan gua dari pendekatan kesuburan dan kepercayaan, gua-gua yang diktemukan di wilayah Papua memperlihatkan makna-makna itu. Lukisan prasejarah itu mencoba menjelaskan kegiatan sosial-ekonomi mereka sehari-hari yang juga berhubungan dengan sistem kepercayaan. Lukisan gua itu juga dinilai sebagai wadah dalam menuangkan ide atau gagasan manusia pada masa lalu berkaitan dengan kejadian, keadaan yang dialami atau sesuatu yang memang dilihatnya. Sumber: Solata, forum.detik.com/misteri-lukisan-berdarah-di-kokas-papua-t html
60
2. Karya Seni Patung Masa Pra Sejarah
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.