Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSusanto Sutedja Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
PRODUKSI TANAMAN KARET PADA PEMBERIAN STIMULAN ETEPHON LATEX PRODUCTION IN RELATION TO ETEPHON APPLICATION
2
Anggota Zeinendyo Anging (125100307111067)
Dea Putri Isdayanti ( ) Gita Ayu Pratiwi ( ) Septian Rachman ( ) Parras ( )
3
Pendahuluan Tanaman karet berasal dari Negara Brazil. Karet merupakan pebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Komoditas ini dibudidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai hektar. Salah satu ekspor yang menjadi andalan adalah tanaman karet.
4
Daerah Penghasil Karet
Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan salah satu daerah penghasil karet adalah Kabupaten Bulukumba. Daerah ini mempunyai kesesuaian lahan, iklim, dan topografi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Posisi Kabupaten Bulukumba di jazirah selatan Provinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografis wilayahnya berada pada 5,20° 5,40° LS dan antara 119,58° 120,28° BT.
5
Stimulasi Lateks Stimulasi lateks umumnya dilaksanakan pada tanaman karet yang telah dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaik-an hasil lateks sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi pengusaha per-kebunan karet. Pemberian stimulan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tanaman yang masih muda.
6
Bahan Dan Metode Pada penelitian ini terdiri 5 perlakuan yang dicobakan pada Klon RRIM 600 dan Klon PB 260. Setiap perlakuan terdiri 5 ulangan dan setiap perlakuan digunakan 5 tanaman sehingga terdapat 125 unit tanaman. Pohon karet yang digunakan pohon karet dengan sistem sadap normal. Kemudian penempelan label pada pohon sampel. Pengenceran pada etephon yakni dengan mencampur ethrel konsentrasi 10% dengan air dengan perbandingan 3 : 1
7
Bahan Dan Metode Pengaplikasian stimulan etephon dilakukan sehari setelah tanaman sampel di deres agar stimulan yang dioleskan meresap optimal masuk kedalam pembuluh lateks. Aplikasi dilakukan pada pagi hari untuk menghindari suhu udara (tempe-ratur) dan penguapan air yang terlalu tinggi dan menggunakan sistem scrapping aplication yakni stimulan dioleskan menggunakan kuas kecil sesuai dengan dosis yang ditentukan. Aplikasi etephon dilakukan di awal pengamatan dan dilakukan lagi pada bulan kedua.
8
Parameter Pengamatan Lateks yang keluar (gram), yang di-hitung setiap 3 hari sekali. Lump yang terbentuk (gram), yang di-hitung setiap 2 hari setelah peng-ambilan lateks. Kadar karet kering (%) yang diukur 3 hari sekali, bersamaan dengan peng-ukuran lateks.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil lateks menunjukkan bahwa dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lateks yang keluar tertinggi pada klon RRIM 600 (654,00 g) dan sangat berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata. Sidik ragam gabungan menunjukkan bahwa hubungan dosis etephon dengan lateks yang keluar bersifat kuadratik, dan pengaruh dosis etephon tidak berbeda nyata dua klon tanaman karet.
10
Pada lump hasil menunjukkan dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lump yang terbentuk tertinggi pada klon RRIM 600 (58,00 g) dan sangat berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan dosis etephon 0,6 cc pohon-1 (e2) dan 1,2 cc pohon-1 (e4). Demikian pula pada klon PB 260, dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lump yang terbentuk tertinggi (120,00 g) dan berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan dosis etephon 0,6 cc pohon-1 (e2) dan 1,2 cc pohon-1 (e4).
11
KESIMPULAN Pemberian dosis etephon 0,9 cc pohon-1 memberikan hasil terbaik pada jumlah lateks yang keluar serta lump yang terbentuk baik pada klon RRIM 600 dan Klon PB 260 dan bersifat kuadratik. Tanpa pemberian stimulan etephon memberikan hasil terbaik pada pengamatan kadar karet kering pada klon RRIM 600 dan PB 260 serta bersifat kuadratik.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.