Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS"— Transcript presentasi:

1 SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS
PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING MELALUI BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS Oleh ACHMAD DWI RIYAN COKO NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2017

2 BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah sesuai dengan hasil observasi dan pengamatan penulis terhadap siswa pada hari Senin, tanggal Januari 2016 dan wawancara dengan guru BK pada jam , diketahui ada beberapa siswa kelas X yang mempunyai sikap keterbukaan dirinya rendah, seperti tidak memiliki tenggang rasa, tidak mau bekerja sama, tidak menghargai orang lain. Rumusan masalah: 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus? 2. Apakah melalui penerapan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus? Tujuan penelitian: 1. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri siswa kelas X SMKN 3 Kudus. 2. Meningkatkan sikap keterbukaan diri melalui penerapan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran pada siswa kelas X SMKN 3 Kudus.

3 Manfaat penelitian; 1. Manfaat teoritis; memperkaya khasanah teori tentang konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran. 2. Manfaat Praktis; a. Kepala sekolah dapat menentukan kebijakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling behavioristik untuk meningkatkan sikap keterbukaan diri, b. Guru bimbingan dan konseling dapat menerapakan konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran untuk meningkatkan sikap keterbukaan diri siswa, c. Guru mata pelajaran dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri dalam proses belajar mengajar. d. Wali kelas dapat mengetahui sikap keterbukaan diri siswa. e. Siswa dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri melalui konseling behavioristik teknik assertive training melalui bermain peran.

4 BAB II KAJIAN PUSTAKA Sikap Keterbukaan Diri
Pengertian Sikap Keterbukaan Diri Mengungkapkan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan di masa kini Manfaat Sikap Keterbukaan Diri Dapat meningkatkan hubungan dengan orang lain. Siswa yang mampu membuka dirinya maka dia akan memiliki hubungan yang baik dengan teman sebaya, orang tua mapun orang-orang sekitarnya sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengaktualisasikan dirinya. Indikator Sikap Keterbukaan Diri Tenggang rasa, Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun yang dilakukan orang lain, Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Bersikap hati-hati dan selektif dalam menerima dan mengolah informasi dari manapun sumbernya, Toleransi terhadap orang lain, Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Mau bekerjasama Menghargai orang lain, dan Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan.

5 Konseling Behavioristik
Pengertian Konseliing Behavioristik Konseling behavioristik adalah model konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku yang tampak yang sesuai dengan tuntutan lingkungan melalui proses belajar Tujuan Konseling Behavioristik Tujuan konseling behavioristik adalah membentuk kondisi yang baru melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menghapus sikap siswa yang kurang terbuka (maladaptive) menjadi siswa yang memiliki sikap keterbukaan diri dalam menjalin komunikasi dan interaksi dengan lingkungan sekolah Tahapan Pelaksanaan Konseling Behavioristik Pelaksanaan konseling behavioral memiliki lima tahap dalam proses konseling, yaitu; 1. Assesment, 2.Goal setting, 3.Technique implementation, 4.Evaluation termination, 5.Feedback

6 Tahap Pelaksanaan Bermain Peran
Pengertian Bermain Peran cara menyajikan layanan bimbingan dengan mempertunjukan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. misalnya peran siswa yang memiliki sikap keterbukaan diri rendah, maupun memerankan tokoh-tokoh lain yang melakukan kegiatan tertentu Tujuan Bermain Peran Mengambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial, 2.Mengambarkan bagaimana cara memecahkan masalah sosial, 3. Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu, 4. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang Tahap Pelaksanaan Bermain Peran Tahapan sbb.: pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta mengambil keputusan.

7 Kerangka Pikir Penelitian
Kedaan siswa: Tidak memiliki sikap tenggang rasa terhadap orang lain, Tidak berterus terang dan menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun orang lain, Merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Tidak bersikap hati-hati dan tidak selektif dalam menerima dan mengolah informasi, Tidak memiliki sikap toleransi terhadap orang lain, Tidak mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Tidak mau menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Tidak mau bekerjasama, Tidak menghargai orang lain, dan Tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan. KONDISI AWAL TINDAKAN Peneliti Konseling behavioristik teknik assertive training dengan bermain peran Hasil yang diharapkan: Tenggang rasa terhadap orang lain, Berterus terang dan tidak menutup-nutupi kesalahan dirinya maupun orang lain, Tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan orang lain, Bersikap hati-hati dan selektif dalam menerima dan mengolah informasi Toleransi terhadap orang lain, Mau mengakui kelemahan atau kekurangan dirinya, Menyadari tentang keberagaman dalam berbagai bidang kehidupan, Mau bekerjasama Menghargai orang lain, dan Mau dan mampu menyesuaikan dengan berbagai perubahan. KONDISI AKHIR

8 BAB III. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian Melalui Konseling Behavioristik Assesment, Goal setting, Technique implementation Evaluation termination, Feedback Analisis Data Data & Sumber Data Pengumpulan data Analisis data menggunakan teknik analisa induksi sistem bacoon karena dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk mengamati fakta-fakta yang terjadi di lapangan sehingga hasilnya lebih objektif. Data Primer & Data Skunder dengan subjek penelitian AR JS DA Wawancara Observasi Dokumentsi Kunjungn rumah

9 BAB IV HASIL PENELITIAN
Klien I (AR) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena kepribadian introvert dan penyesuaian diri yang rendah. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien AR. Klien II (JS) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena pribadi pesimistis dan rasa khawatir akan penolakan. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien JS. Klien III (DA) memiliki sikap keterbukaan diri yang rendah karena individualistis dan penerima hubungan dari teman yang tidak mendukung. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien DA.

10 BAB V PEMBAHASAN Klien I AR
Faktor yang menyebabkan klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah yaitu, faktor internal kepribadian yang introvert dan faktor eksternal yaitu kemampuan penyesuaian diri yang rendah Kepribadian introvert ditandai dengan suka melamun, menghindari kontak sosial, tampak tenang, kurang ekspresif dalam emosinya, mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil tindakan, kurang dinamis, kurang menyukai perubahan, dan tidak mudah beradaptasi dengan lingkungannya. Klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah adalah kemampuan penyesuaian diri yang rendah, yaitu kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien AR. Klien AR yang semula bersikap tertutup merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, AR juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

11 Klien II JS faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keterbukaan diri klien, yaitu faktor intern berupa kepribadian yang pesimistis dan faktor ekstern yaitu kekhawatiran akan penolakan Responden yang memiliki kepribadian yang pesemistis menunjukkan adanya sikap keterbukaan diri yang negatif, seperti tidak bisa mengeluarkan pendapat, tidak mampu mengemukakan ide atau gagasan yang ada pada dirinya, merasa was-was atau takut jika hendak mengemukakan sesuatu. JS menjadi tidak terbuka karena adanya penolakan dari teman lawan komunikasinya. Dari penolakan tersebut membuat klien JS hubungan sosial dengan teman terganggu, dan interaksi dengan teman sekolah tidak dapat berjalan dengan baik, yang pada akhirnya kurangnya informasi yang dapat diterima berkaitan dengan pelajaran maupun hubungan sosial dengan teman-teman sehingga prestasi belajarnya menurun. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien JS. Klien JS yang semula bersikap tertutup seperti, kurang inovatif dalam belajar, kurang percaya diri, tidak bisa mengambil keputusan, pesimis, merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, JS juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

12 Klien III DA Faktor yang menyebabkan klien memiliki sikap keterbukaan diri rendah yaitu faktor intern berupa kepribadian yang individualistis dan faktor eksternal berupa penerimaan hubungan (receiver relationship) dari teman yang tidak memberi dukungan dan tidak mau menerima individu apa adanya,. Bahwa individu yang memiliki kepribadian individualistis memiliki sikap penyendiri dan tertutup dengan siapapun, serta kurang nyaman saatu bertemu dengan orang lain bahwa nilai (kualitas positif dan negatif) pengungkapan diri juga berpengaruh terhadap penerimaan hubungan seseorang. Pengungkapan diri yang positif lebih disukai daripada pengungkapan diri yang negatif. Pendengar akan lebih suka jika pengungkapan diri orang lain yang didengarnya bersifat positif. Melalui layanan konseling individu teknik assertive training dengan bermain peran yang dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dapat meningkatkan sikap keterbukaan diri klien DA. Klien DA yang semula memiliki sikap penyendiri dan tertutup dengan siapapun, serta kurang nyaman saatu bertemu dengan orang lain, merasa kekhawatiran yang berlebihan, malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuaikan diri dengan orang lain, DA juga dalam penyesuian dirinya dengan teman sekolah yang rendah seperti kurang percaya diri, rendah diri, dan malu untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. secara berangsur-angsur berkurang. Hubungan sosial yang semula kurang berjalan dengan baik setelah diberikan layanan secara bertahap menjadi lebih baik

13 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi klien I (AR) kepribadian introvert dan penyesuaian diri yang rendah. Klien II (JS) pribadi pesimistis dan rasa khawatir akan penolakan. Klien III (DA) individualistis dan penerima hubungan dari teman yang tidak mendukung. Disarankan sekolah dapat melakukan monitoring perilaku siswa, guru BK dapat memberikan konseling individu teknik assertive dengan bermain peran untuk mengentaskan sikap keterbukaan diri yang rendah, guru mata pelajaran dapat memotvasi siswanya, wali kelas dapat melakukan interaksi sosial, siswa hendaknya bersifat terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi.

14 . TERIMAKASIH


Download ppt "SISWA KELAS X SMKN 3 KUDUS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google