Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSiska Muljana Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Mewujudkan Kejayaan Kopi Jawa Barat di Kancah Internasional, Perspektif Komunitas
“Seminar Doctorate Business Issue Forum (DORBIS), Executive Forum 2017” Program Studi Doktor Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran Bandung, 13 Mei 2017 Surip Mawardi Anggota Dewan Pakar Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jln. PB Soedirman No. 90, Jember 6118
2
Peran Komoditas Kopi di Indonesia
Sumber pendapatan petani (agar tidak miskin dan sejahtera) Penyediaan bahan baku industri Penyediaan lapangan kerja Menjaga kelestarian lingkungan hidup Sarana pengembangan kawasan Sumber pendapatan devisa
3
Jenis-jenis Kopi Komersial di Indonesia
LIBERIKA ARABIKA ROBUSTA
4
Komunitas Terkait Komoditas Kopi
Komunitas produsen produk hulu (kopi biji/green bean) Komunitas produsen produk hilir Komunitas pedagang kopi (coffee traders) Komunitas pengusaha gerai (cafe/restoran) Komunitas konsumen domestik Komunitas konsumen luar negeri Komunitas pemerhati lingkungan hidup Komunitas akademisi
5
Komunitas Produsen Produk Hulu (Kopi Biji/Green Bean)
Di Jawa Barat dihasilkan dua jenis kopi, yaitu Robusta dan Arabika Komunitas ini terdiri atas petani (sebagian besar) dan pengolah pasca panen hulu (membeli kopi merah) Perspektif kejayaan kopi Jabar bagi petani terkait kesejahteraan, sekurang-kurangnya mereka dapat hidup di atas garis kemiskinan, memiliki tempat tinggal dan dapat menyekolahkan anak-anak Pendapatan petani kopi sangat dipengaruhi oleh luas kepemilikan lahan, tingkat produktivitas, mutu kopi yang dihasilkan, volatilitas harga, dan stabilitas nilai tukar.
6
Ambang Garis Kemiskinan (2016)
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS): Kawasan pedesaan: Rp ,00/kapita/bulan = Rp ,00/kapita/tahun Jika satu KK anggotanya 5 orang = Rp ,00/tahun. Menurut Bank Dunia: USD 2.0/kapita/hari = USD 730/kapita/tahun = Rp ,00/kapita/tahun. Jika satu KK anggotanya 5 orang = Rp ,00/tahun.
7
Tingkat Produktivitas Minimal Kebun Kopi Petani (kg kopi biji/ha/tahun) agar Melebihi Ambang Batas Kemiskinan di Indonesia (2016) Jenis kopi (asumsi harga) BPS (Rp ,00) World Bank (Rp ,00) Robusta (Rp.20,000/kg) 1.000 2.400 Arabica (Rp.50,000/kg) 400 Liberika (Rp.30,000/kg) 700 1.600 Asumsi: - harga kopi asalan awal tahun 2017, - tanaman monokultur, - satu KK terdiri atas 5 orang.
8
Persoalan Usaha Tani Kopi di Indonesia
Kopi rakyat (95 %), luas lahan sempit (rata-rata kurang dari 1 ha/KK) Modal kerja petani sangat terbatas sehingga sering terjadi kesulitan untuk aplikasi GAP dan GMP Pengetahuan sebagian besar petani terhadap produk, mutu, dan pasar masih sangat terbatas Kelembagaan petani pada umumnya masih lemah sehingga menyulitkan petani untuk melakukan usaha bersama, khususnya dalam membangun kemitraan bisnis Banyak generasi muda di pedesaan enggan berprofesi sebagai petani kopi untuk regenerasi
9
Persoalan Produktivitas
Produktivitas rata-rata nasional rendah (+ 750 kg/ha/th), meskipun banyak petani yang mampu menghasilkan >2 ton/ha/th, antara lain karena: Banyak tanaman tua dan/atau rusak Penggunaan bibit unggul masih terbatas Pemeliharaan kesuburan dan kesehatan tanah kurang Praktek pemangkasan dan penggunaan tanaman penaung yang baik masih sangat terbatas Peningkatan serangan hama dan penyakit, serta gangguan fisiologis karena terjadinya perubahan iklim
10
Sylvet, generasi muda petani kopi Robusta di Tambora Sumbawa, produktivitas 3 ton/ha
Slamet, generasi muda petani kopi Robusta di Ulubelu Lampung, produktivitas 2 ton/ha
11
Komunitas Produsen Produk Hilir Domestik (Coffee Roasters)
Produsen hilir kopi domestik terdiri atas Perusahaan Besar, Usaha Menengah, Usaha Kecil dan Usaha Mikro Produk yang dihasilkan sangat beragam a.l. kopi sangrai, kopi bubuk, kopi instan, kopi kental, kopi kemasan siap seduh (2-in-1, 3-in-1), kopi herbal, dll. Produsen produk hilir potensial untuk pengembangan ekonomi kreatif karena konsumsi kopi sangat dipengaruhi oleh cita rasa, sehingga pengembangan varian produk sangat terbuka Kejayaan kopi Jabar perlu memberikan ruang untuk berkembangnya industri hilir setempat untuk memenuhi pasar lokal dan nasional, serta ke depan perlu diarahkan untuk peningkatan ekspor produk hilir (sekurang-kurangnya di pasar ASEAN)
12
Beberapa Tantangan Industri Hilir Kopi
Keberlanjutan pasok bahan baku kopi biji, baik jumlah maupun mutunya Kapasitas sebagian besar IRT sangat terbatas, khususnya yang terletak di kawasan terpencil Daya beli sebagian masyarakat masih rendah sehingga pangsa pasar kopi mutu tinggi masih terbatas Investasi industri kopi dengan teknologi tinggi mahal, karena masih mengandalkan impor (misal untuk produksi kopi instan) Pajak impor produk hilir kopi di beberapa negara dapat menjadi penghambat pengembangan industrialisasi kopi di Indonesia
13
Komunitas Pedagang Kopi (Coffee Traders)
Sekitar 70 % produksi kopi biji dari Indonesia diekspor ke luar negeri, oleh karena itu komunitas pedagang dalam (eksportir) dan luar negeri (importir) dalam rantai nilai kopi berperan penting Komunitas pedagang sangat berharap adanya pasok kopi dalam jumlah cukup dan bersinambungan, serta mutu baik dan konsisten Dalam 10 tahun terakhir banyak perusahaan-perusahaan perdagangan asing kopi biji masuk ke Indonesia Karena tuntutan para roasters di luar negeri, para pedagang kopi biji akhir-akhir ini melakukan sertifikasi proses produksi kopi berkelanjutan (organik, fair trade, Utz, Rain Forest Alliance, 4C, CAFÉ Practices, dll.) Salah satu kekhawatiran komunitas pedagang kopi global adalah pasok kopi dari negara-negara produsen ke depan, karena laju produksi yang masih di bawah laju konsumsi. Dampak perubahan iklim terhadap produski dan mutu kopi sudah mulai dirasakan pengaruhnya terhadap pasok kopi dunia
14
Global Coffee Production
15
Global Coffee Consumption
16
ICO Group Indicator Price
17
Persoalan Keberlanjutan Pasok Kopi
Fluktuasi harga kopi dunia dan nilai tukar mata uang dapat memperlemah dayasaing kopi terhadap komoditas lain Kurang bersaing terhadap komoditas lain, khususnya kopi Robusta, misal: Dengan karet, kelapa sawit, kakao (Sumbagsel) Dengan tebu dan sengon laut (Jatim) Dengan tanaman hortikultura (Dairi, Sumut) Terjadinya konversi sebagian kopi Robusta ke tanaman lain dapat mengancam keberlanjutan pasok ke depan
18
Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kopi
di Indonesia Indikator Arabika Robusta Luas Produksi Nilai nominal (2015) ha ton Rerata laju pertumbuhan (% per tahun) 12,6 13,7 -3,5 -0,6 Proporsi (%) 30,9 24,8 68,9 77,1
19
Komunitas Pengusaha Gerai Minuman Kopi (Cafe/Restoran)
Usaha gerai minuman kopi di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat, bahkan banyak gerai juga sebagai penyangrai kopi biji. Gerai kopi bukan hanya tumbuh di kota-kota besar, akan tetapi juga tumbuh di pusat-pusat produsen kopi biji (misalnya di Takengon – Dataran Tinggi Gayo). Kejayaan kopi Jabar harus dapat menopang dan mendorong pengusaha gerai, karena usaha ini sangat potensial untuk penumbuhan ekonomi kreatif. Varian produk dan jasa dapat ditumbuhkan oleh komunitas ini secara bersama-sama dengan cara pengembangan variasi teknik penyeduhan dan gaya hidup. Usaha gerai banyak diminati oleh generasi muda, sehingga usaha ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja di sektor informal.
20
Komunitas Konsumen Domestik
Dalam satu dasawarsa terakhir peningkatan konsumsi kopi dalam negeri sangat dirasakan, termasuk di segmen specialty Peningkatan konsumsi kopi dalam negeri terhadap kopi yang dihasilkan petani perlu terus didorong mengingat Indonesia merupakan potensi pasar yang besar Konsumsi domestik yang tinggi akan dapat memperkuat posisi bisnis di sektor perkopian dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional ke depan Jawa Barat diharapkan dapat mengisi permintaan pasar domestik yang terus meningkat, baik kopi Robusta maupun kopi Arabika
21
Komunitas Konsumen Luar Negeri
Bangkitnya kembali kopi Jawa Barat, khususnya Arabika, akan meningkatkan pasok ‘Java Koffie’ yang dalam kurun waktu kurang lebih satu abad sangat terbatas jumlahnya (hanya dari Jawa Timur) Meskipun penyebutan Java Preanger Coffee dan West Java Coffee telah mulai digunakan di pasar internasional, promosi lebih aktif terhadap kopi Jawa Barat masih diperlukan Tuntutan konsumen terhadap prinsip-prinsip sistem produksi yang berkelanjutan (sustainability), keterlacakan (traceability), dan mutu citarasa perlu diantisipasi dalam pengembangan kopi di Jawa Barat Jawa Barat perlu memperkuat posisi di segmen pasar spesialti, khususnya untuk pemasaran ke luar negeri
22
Komunitas Pemerhati Lingkungan Hidup
Komunitas pemerhati lingkungan hidup memberikan perhatian yang tinggi terhadap praktek budidaya dan pengolahan kopi terutama yang terkait dengan isu-isu deforestasi, keragaman hayati, pencemaran, kesehatan, serta efisiensi penggunaan air dan energi. Pengembangan kopi Jabar hendaknya mengedepankan Kepemimpinan Lingkungan Hidup (environmental leadership) karena sebagian (besar?) kopi ditanam di kawasan hutan. Kopi perlu dijadikan sebagai sarana untuk mengembalikan fungsi hutan khususnya dari sisi perbaikan tata air, pencegahan erosi, perbaikan keragaman hayati (flora dan fauna), dan peningkatan cadangan carbon.
23
Petani PHBM di Jawa Barat
24
Kopi Arabika dengan penaung Macadamia di Thailand
Pertanaman kopi Arabika ramah lingkungan di India Tumpangsari kopi Arabika dengan lada di India Kopi Arabika dengan penaung Macadamia di Thailand
25
Komunitas Akademisi Kontribusi komunitas akademisi (Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian) untuk mewujudkan kejayaan kembali kopi Jabar yang lestari sangat diharapkan. IPTEK untuk mendukung penguatan kelembagaan petani, peningkatan produktivitas, diversifikasi produk, efisiensi proses produksi, serta pengetahuan tentang pengaruh konsumsi kopi terhadap kesehatan manusia perlu terus dikembangkan oleh para akademisi.
26
Pola Tanam Kopi Semi Mekanis (Tanaman Umur 2 Tahun) di Kerinci
27
TERIMA KASIH surip.mawardi@gmail.com 08123473256
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.