Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
EMAN SULAIMAN, ST, MM STIE CIREBON 2016
PERTEMUAN 3 PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan Ekonomi & Perubahan Struktur Ekonomi EMAN SULAIMAN, ST, MM STIE CIREBON 2016
2
Transformasi Struktural Produksi & Penggunaan FP
Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Perubahan Struktur Ekonomi Transformasi Struktural (Kuznets) Pendapatan Masy Pemerataan Permintaan agregat Penawaranagregat Pertanian Ekspor Impor Produksi & Penggunaan FP Industri
3
Sisi Demand Fiskal Moneter Sisi Supply
Masalah Makroekonomi Kebijakan Makroekonomi Tujuan Akhir Kebijakan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Demand Price Level Stability Inflasi Fiskal High Employ ment Level Moneter Long Term Economy Growth Pengangguran Sisi Supply Defisit NPI Surplus NPI Exchange Rate Stability
4
Teori dan Model Pertumbuhan
5
Teori Klasik Teori Pertumbuhan Adam Smith (Fokus AS)/ agregat supply
Teori Pertumbuhan David Ricardo Teori Pertumbuhan Thomas Robert Malthus Teori Pertumbuhan Karl Marx (NSB maju krn interaksi dgn Neg Maju)
6
Teori pertumbuhan Adam Smith
Didalam teori ini, ada tiga faktor penentu proses produksi atau pertumbuhan yaitu SDA, SDM, Barang Modal. Teori pertumbuhan David Ricardho Menurut teori ini,pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilakan jumlah tenaga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah, diatas atau dibawah tingkat upah alamiah.
7
Teori pertumbuhan Thomas Robert Malthus
Menurutnya, ukuran keberhasilan pembangunan suatu ekonomi adalah kesejahteraan negara, yaitu jika PNB potensialnya meningkat. sektor yang didominankan adalah pertanian dan industri.
8
Teori Marx Marx membuat lima tahapan pembangunan perkembangan sebuah perekonomian yaitu, a) perekonomian komunal primitif, b) perekonomian perbudakan, c) perekonomian feodal, d) perekonomian kapitalis, e) perekonomian sosialis. Titik kritis dari teori marx adalah transisi dari perekonomian kapitalis ke perekonomian sosialis.
9
Teori Neo Keynes (Keynes fokus ke AD
/agregat demand) Model Pertumbuhan Harrod (Pertumbuhan Y) Model Pertumbuhan Domar (Pertumbuhan Investasi) Harrod – Domar : Keseimbangan AS - AD
10
Teori Neo Klasik Model Pertumbuhan Arthur Lewis + Hollis Chenery
Pertanian yg subsistem di pedesaan Industri yg moderen di perkotaan Model Pertumbuhan Paul A Baran (Neo Marxism) Teori pertumbuhan dan Stagnasi Ekonomi Sbg akibat pengaruh Neg Maju maka Perekonomian NSB menjadi buruk Teori Ketergantungan Neokolonial Pembangunan ekonomi NSB sgt tergantung kpd NM terutama dlm investasi lsg (PMA) di sektor pertambangan dan impor brg2 industri Model Pertumbuhan WW Rostow Model Pertumbuhan Robert Solow
11
Teori Moderen Faktor produksi yg krusial bkn hanya banyaknya TK dan modal tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan teknologi yg terkandung di dlm brg modal or mesin Enerji khususnya enerji alternatif Kewirausahaan (entrepreneurship) Bahan Baku (Raw Materials) Ketersediaan dan kondisi infrastruktur Hukum serta Peraturan nya Stabilitas Politik Kebijakan Pemerintah (tercermin dari pengeluaran pemerintah) Birokrasi Term of Trade (Dasar Tukar)
12
3. Teori Pertumbuhan Thomas Robert Malthus
Ukuran keberhasilan pembangungan suatu perekonomian adalah kesejahteraan negara, yaitu jika GNP potensialnya meningkat. Sektor yg dominan adalah pertanian dan industri, shg jika output kedua sektor tsb ditingkatkan, maka GNP potensialnya akan bisa ditingkatkan Ada dua kelompok faktor yg sangat menentukan pertumbuh an, yaitu faktor2 ekonomi spt tanah, TK, modal dan organisa si (yg paling berpengaruh akumulasi modal), dan faktor2 non ekonomi spt keamanan atas kekayaan, konstitusi dan hukum yg pasti, etos kerja dan disiplin pekerja yg tinggi Tanpa penambahan modal (peningkatan investasi), proses produksi akan berhenti dan ini berarti GNP potensial akan berkurang atau hilang Sumber utama akumulasi modal adalah keuntungan dari pengusaha, bukan penghematan konsumsi atau tabungan masy
13
Ada dua hal penting yg membedakan Teori Klasik dgn teori lainnya :
Faktor2 produksi utama adalah tenaga kerja, tanah, dan modal Peran teknologi dan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas dari tenaga kerja dan dari input2 produksi lainnya thd pertumbuhan output tdk mendpt perhatian secara eksplisit atau dianggap konstan ( teknologi dianggap suatu koefisien yg tetap, tdk berubah)
14
Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia
15
Teori Transformasi Struktural
Perubahan Struktur Ekonomi Titik berat pembahasan pd mekanisme transformasi ekonomi yg dialami oleh NB, semula lbh bersifat subsisten dan menitikberatkan pd sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yg lbh modern dan didominasi sektor non primer Teori Migrasi Arthur Lewis Teori Transformasi Struktural Holliis Chenery Proses pembangunan ekonomi yg ter jadi di perdesaan (tradisional = perta nian) dan perkotaan (modern = Indus tri) Perubahan struktur dlm tahapan proses peru bahan ekonomi di NSB yg mengalami trans formasi dari pertanian tradisional (subsisten) ke sektor industri sbg mesin utama pengerak pertumbuhan ekonomi.
16
Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia
1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi 2. Profil Perekonomian Indonesia Akhir Pelita V Proses Transformasi Struktur Perekonomian Indonesia 1. Proses Akumulasi Sumber Daya Produktif 2. Proses Alokasi Sumber Daya Produktif 3. Proses Distribusi Pendapatan 4. Proses Perubahan Institusional/ Kelembagaan Analisis Kebijakan Transfromasi Struktural 1. Kebijakan Pengaturan Nilai Tukar Rupiah 2. Kebijakan Fiskal dan Keuangan Negara 3. Kebijakan Keuangan dan Moneter/ Perbankan 4. Kebijakan Perdagangan dan Deregulasi Sektor Riil dan Moneter
17
1. Perubahan Struktur Ekonomi
Suatu proses pembangunan ekonomi yg cukup lama dan telah menghasilkan suatu pertumbuhan ekonomi yg tinggi biasanya disusul dgn suatu perubahan mendasar dlm struktur ekonomi nya. Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan sejumlah faktor, bisa hanya dari sisi permintaan agregat, sisi penawaran agregat or dari ke dua sisi pd wkt yg bersamaan (Tulus Tambunan, 1996).
18
Pertumbuhan Industri Baru Komposisi Brg yg dikonsumsi
Dari sisi permintaan agregat, faktor yg sangat dominan adalah : peningkatan tingkat pendapatan masy rata-rata yg perubahannya mengakibatkan perubahan dlm selera dan komposisi brg-brg yg dikonsumsi. Hal ini menggairahkan pertumbuhan industri baru. Selera Masy Pertumbuhan Industri Baru Tingkat Pendapatan Komposisi Brg yg dikonsumsi
19
Dari sisi penawaran agregat, faktor utamanya adalah pe rubahan teknologi dan penemuan bahan baku atau ma terial baru utk berproduksi, yg semua ini memungkinkan utk membuat brg-brg baru dan akibat realokasi dana investasi serta resources utama lainnya dari satu sektor ke sektor yg lain. Realokasi ini disebabkan oleh kebijakan, terutama indus trialisasi dan perdagangan, dari pemerintah yg memang mengutamakan pertumbuhan output di sektor-sektor tertentu, misalnya industri (Tulus Tambunan, 1996).
20
2. Profil Perekonomian Indonesia Akhir Pelita V
Profil ekonomi memberikan gambaran luar atau pola garis bentuknya (countour), sedangkan strktur ekonomi meng gambarkan bag dalamnya (anatomi) suatu perekonomian. Profil perekonomian Indonesia menjelang akhir Pelita V di tunjukkan oleh empat segi yg kait mengkait dlm perkem bangan keadaan, yaitu : Pertumbuhan Ekonomi, Lapangan Kerja Produktif, Neraca Perdagangan dan Pembayaran LN, perkembangan harga dlm negeri (inflasi). Empat segi permasalahan itu sekaligus dijadikan serangkaian tolok ukur dlm penilaian kita ttg jalannya perekonomian dlm perjalanan wkt. (Soemitro Djojohadikusumo, 1993).
21
a. Pertumbuhan Ekonomi Kebijaksanaan deregulasi sejak tahun 1983 mendorong terjadinya ekspansi ekonomi dan ekspansi moneter. Serangkaian deregulasi mendorong kegitan swasta utk melakukan ekspansi ekonomi. Sementara meningkatnya permintaan domestik, baik permintaan untuk konsumsi maupun untuk investasi, mendorong terjadinya ekspansi moneter. Ekspansi ekonomi ditandai oleh : 1. Meningkatnya lalu pertumbuhan ekonomi (GDP) : 7,5%, 7,1%, 6,6%, (1989, 1990, 1991). 2. Meningkatnya laju pendapatan bruto (GDY) : 7,5%, 10,5%, 7,1% (1989, 1990, 1991). 3. Meningkatnya investasi sektor swasta : 15,0%, 17,0% (1989, 1990).
22
Ekspansi moneter ditandai oleh :
1. Meningkatnya jumlah uang beredar (M2): 40%, 44%, 7,1% (1989, 1990). 2. Meningkatnya volume kredit bank: 48%, 54% (1989, 1990). 3. Meningkatnya laju inflasi: 5,5%, 9,5% (1989, 1990). Ekonomi terlalu panas (overheated) Ekspansi ekonomi yg ditandai oleh laju pertumbuhan pesat selama 3 tahun ber-turut2 dianggap terlalu panas (overheated) dari sudut kestabilan keuangan moneter. Bila hal ini dibiarkan berlangsung terus akan membahaya kan kestabilan harga DN dan melemahkan neraca pem bayaran LN. Karena itu pemerintah melakukan kebijaksanaan uang ketat (TMP = Tight Money Policy)
23
Kebijaksanaan Uang Ketat (TMP) meliputi :
1. Kebijaksanaan fiskal/ keuangan negara - Meningkatkan penerimaan pajak utk thn fiskal 1991/1992 dan 1992/1993. - Penerimaan dari sektor non-migas dpt melebihi sasa rannya, shg thn fiskal 1991/1992 secara riil tercapai surplus pada anggaran negara. 2. Kebijaksanaan Moneter/ Perbankan - Melakukan politik diskonto (suku bunga) dan open market operation melalui SBI, utk membatasi kredit perbankan. - Mengawasi nisbah likuiditas bank thd volume kredit (LDR : Loan to Deposit Ratio), dan nisbah kekuatan modal bank (CAR = Capital Adequacy Ratio). - Dampak dari TMP adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi pd thn 1991 menjadi 6,6% di samping krn musim kemarau yg panjang.
24
b. Neraca Pembayaran Luar Negeri
Neraca Perdagangan dan Pembayaran LN menunjukkan perkembangan yg perlu terus diamati dan diawasi dgn seksama, khususnya yg menyangkut transaksi berjalan. 1. Neraca Perdagangan dan Neraca Jasa Ø. Laju pertumbuhan ekspor rata-rata 15% ( ) dgn nilai US$19 miliar (1988) meningkat hampir US$30 miliar (1991), jenisnya : 52% brg manufaktur, 37% migas dan non-migas 11% (ada diversifikasi ekspor). Ø. Laju pertumbuhan impor rata-rata 25% (1988 – 1991), jenisnya: sebag besar berupa peralatan brg modal dan bahan baku.
25
Ø. Meskipun laju pertumbuhan impor lebih besar dr pd laju
pertumbuhan ekspor, namun total nilai ekspor msh lebih besar dibandingkan impor, shg masih menghasilkan saldo surplus (positif). Ø Akan tetapi neraca jasa, terutama krn besarnya beban pembayaran jasa pemakaian modal (bunga hutang LN) selalu menghasilkan saldo defisit (negatif). Ø Akibatnya transkasi berjalan selalu mengalami defisit, yg cenderung makin besar: US$1,6 miliar (1989), membeng kak menjadi US$4,5 miliar (1992).
26
2. Neraca Modal dan Cadangan Devisa
Ø. Neraca Modal mencatat perhitungan transaksi lalu lintas modal (pemasukan dan pengeluaran modal atau devisa). Oleh pemerintah selalu diusahakan agar neraca modal ini menghasilkan saldo surplus (positif) utk menutup defisit transaksi berjalan. Ø. Selama periode yg sama (1992) defisit transaksi ber jalan dpt diimbangi oleh pemasukan modal (pinjaman LN plus investasi langsung) sebesar US$5,6 miliar sethn Hal itu juga menambah cadangan devisa. Ø. Jumlah cadangan devisa yg langsung dikuasai oleh BI meningkat dari US$ 6,6 miliar (1989) menjadi US$ 11,5 miliar. Bila ikut diperhitungkan jumlah dcevisa yg ber ada di bank2 di luar bank Sentral, dan ditambah dgn stand-by loans, maka kekuatan cadangan devisa secara nasional adalah sekitar US$15 milliar (cukup utk pem biayaan selama enam bulan).
27
3. Pinjaman Luar Negeri Ø. Pinjaman jangka panjang dengan persyaratan lunak menjadi semakin sulit, sedangkan pinjaman komersial menghadapi persyaratan yg semakin berat. Ø. Khusus mengenai Indonesia sudah nampak sikap was-was di kalangan keuangan internasional. Sikap seperti itu ada sangkut pautnya dengan defisit transaksi berjalan yang akhir-akhir ini begitu meningkat dan juga semakin membesarnya utang luar negeri kita. Ø. Utang luar negeri Indonesia pada akhir tahun 1992 secara kumulatif diperkirakan berjumlah US$78 miliar, meningkat hampir 40% dibandingkan 2-3 thn yg lalu. Jumlah 78 miliar itu terdiri : pinjaman sektor publik (pemerintah + BUMN) sebesar 45 miliar dollar.
28
Ø. Debt Service Ratio (DSR), berdasarkan nilai ekspor bruto
untuk tahun 1992 mencapai 32%, tingkat DSR sebesar 32% sudahmerupakan “Lampu Merah” (DSR : 20-25% = aman atau “Lampu Hijau”, 26-30% = “Lampu kuning”). Pinjaman swasta justru sangat meningkat selama tahun- tahun ekspansi ekonomi ( ). Ø. Sehubungan dengan kecenderungan utang luar negeri yang mengancam stabilitas eksternal, maka pemerintah melakukan pengawasan dan pembatasan terhadap pinjaman komersial luar negeri (Keppres No. 39 Tahun 1991). Oleh tim dibawah Menko Ekuin : - Dilakukan penyaringan dan penilaian prioritas - Ditetapkan suatu pagu tahunan pinjaman komersial luar negeri
29
c. Masalah Kesempatan Kerja
· Keadaan sekarang beban tanggungan (dependency burden) bagi tiap tenaga kerja produktif (bekerja 35 jam seminggu) cukup berat, yaitu 1 : 4, artinya 4 orang penduduk kebutuhan hidupnya tergantung (ditanggung) oleh 1 orang tenaga kerja produktif. · Hal itu mencerminkan masih besarnya tingkat pengangguran secara terselubung (underemployment) dan gejala low quality employment maupun pengangguran terbuka (open unemployment) di kota-kota besar, khususnya golongan angkatan kerja yang berusia muda (15-25 tahun). · Beban tanggungan tahun 1990 - Jumlah Penduduk Indonesia : 179 juta jiwa - Jumlah Angkatan Kerja : 72 juta jiwa - Angkatan Kerja yang produktif : 44 juta jiwa Jadi beban tanggungan menjadi 179 : 44 = 4 (atau 1 : 4)
30
d. Perkembangan Harga Laju Inflasi 9,5% (1990,1991) turun sampai 6-7% (1992). Kebijaksanaan pengendalian inflasi perlu diteruskan sehingga dapat dicapai rata-rata 5% pada Pelita VI. Pengendalian Inflasi Penting untuk : 1. Menjaga stabilitas ekonomi internal dan eksternal (tekanan neraca pembayaran luar negeri) 2. Memperkuat daya saing produk ekspor di luar negeri 3. Mendorong hasrat masyarakat untuk menabung
31
Meskipun mengalami pertumbuhan, posisi itu lebih rendah daripada kenaikan pada Januari 2015 sebesar 10,5 persen (yoy) atau USD 299,4 miliar (Rp 3.838,4 triliun). Utang asing (utang luar negeri/ULN) Indonesia terus meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang asing Indonesia pada akhir Februari 2015 sebesar USD 298,9 miliar (setara Rp triliun) atau naik 9,4 persen (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. "Perkembangan utang luar negeri pada Februari 2015 dipengaruhi melambatnya pertumbuhan utang luar negeri sektor publik maupun sektor swasta," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara. Dia melanjutkan, posisi ULN pada akhir Februari terdiri atas ULN sektor publik USD 134,8 miliar (45,1 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta USD 164,1 miliar (54,9 persen dari total ULN). "Sementara itu, utang luar negeri sektor publik tumbuh 4,4 persen (yoy) atau lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,1 persen (yoy)," katanya.
32
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025
MP3EI
Presentasi serupa
© 2025 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.