Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehErlin Lesmono Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
PELAJARAN BERHARGA DARI WABAH DAN PENANGGULANGAN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DI INDONESIA
OLEH: CHARLES RANGGA TABBU KKR-3 KOMNAS FBPI RAKORNAS KOMNAS FBPI JAKARTA, 10 MARET 2010
2
STATUS AWAL AVIAN INFLUENZA
DI INDONESIA Kasus highly pathogenic avian influenza (HPAI) di laporkan pertama kali pada bulan Agustus 2003 di peternakan ayam komersial di Jawa Wabah HPAI diumumkan secara resmi oleh pemerintah Indonesia pada bulan Februari 2004
3
STATUS AWAL AVIAN INFLUENZA … (LANJUTAN)
HPAI merupakan penyakit pada unggas yang sangat mudah menular dan bersifat zoonosis, sehingga ditetapkan oleh OIE sebagai salah satu penyakit hewan menular yang harus dilaporkan (notifiable disease)
4
STATUS AWAL AVIAN INFLUENZA … (LANJUTAN)
Kejadian AI yang awalnya terbatas pada sektor-1 dan -2, kemudian berkembang ke sektor-3 dan sektor-4 pada ayam buras dan burung puyuh Sifat wabah HPAI berubah dari epidemik menjadi endemik dengan tingkat endemisitas yang bervariasi
5
STATUS AWAL AVIAN INFLUENZA … (LANJUTAN)
Juli 2005: kasus Flu burung pertama pada manusia di Tangerang, dengan sumber penularan yang tidak jelas Tahun 2007: AI pada unggas telah ditemukan di 31 dari 33 propinsi di Indonesia Jumlah unggas yang mati sejak wabah pertama kali, termasuk yang dimusnahkan mencapai kurang lebih 13 juta ekor
6
FAKTOR-FAKTOR TEKNIS YANG BERPENGARUH PADA MASA AWAL WABAH HPAI
Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan diagnosis HPAI Keterbatasan dana, sarana/prasarana untuk melakukan penanggulangan wabah HPAI
7
FAKTOR-FAKTOR TEKNIS YANG BERPENGARUH PADA MASA AWAL WABAH HPAI
FAKTOR-FAKTOR TEKNIS YANG BERPENGARUH PADA MASA AWAL WABAH HPAI....(lanjutan) Sulitnya untuk memproduksi vaksin AI yang berkualitas tinggi dan aman Keterbatasan kapasitas kelembagaan laboratorium untuk melakukan surveillance
8
FAKTOR-FAKTOR TEKNIS YANG BERPENGARUH PADA ...(lanjutan)
Sebelum Deptan menetapkan Sembilan Langkah Strategis Penanggulangan AI, (termasuk penggunaan vaksin AI), peternak telah menggunakan vaksin AI dengan kualitas dan sumber yang tidak jelas Mendukung timbulnya mutasi pada virus AI Vaksinasi AI dianggap sebagai “magic bullet” yang dapat menanggulangi penyakit tersebut
9
FAKTOR-FAKTOR NON TEKNIS YANG DOMINAN PADA AWAL WABAH HPAI
Lemahnya koordinasi diantara departemen terkait, terutama Deptan dan Depkes Rendahnya komitmen dari pemerintah, industri atau peternak unggas, dan masyarakat untuk menanggulangi wabah HPAI
10
FAKTOR-FAKTOR NON TEKNIS YANG DOMINAN...(LANJUTAN)
Akibatnya: Wabah HPAI sulit dibendung dan meluas dari daerah yang satu ke daerah lainnya Upaya penanggulangan HPAI menjadi tidak jelas dan tidak terkoordinasi Dampak HPAI pada berbagai bidang (ekonomik, ketahanan dan keamanan pangan, kesehatan masyarakat, sosial-budaya, politik, psikologis) menjadi sulit untuk dikendalikan
11
DAMPAK EKONOMIK HPAI PADA UNGGAS
Tingkat kematian yang tinggi Turunnya angka penjualan Ekspor terhenti Biaya operasional (peternak, pemerintah) tinggi Biaya kompensasi Penurunan kunjungan wisatawan Kerugian total diperkirakan mencapai Rp 4,1 triliun
12
UPAYA PENANGGULANGAN HPAI OLEH PEMERINTAH INDONESIA
Penanggulangan AI dan Flu burung di Indonesia telah menghabiskan dana APBN sebesar Rp 2,6 triliun ditambah dana dari Badan dan Lembaga donor internasional sebesar 80 juta dolar US, namun hasilnya belum maksimal
13
UPAYA PENANGGULANGAN HPAI....(LANJUTAN)
Meskipun kasus AI pada unggas dan Flu burung pada manusia cenderung menurun, virus AI belum sepenuhnya dapat dikendalikan dan tetap merupakan ancaman serta berpotensi menimbulkan Pandemi influenza global
14
UPAYA PENANGGULANGAN HPAI ....(LANJUTAN)
Otonomi daerah yang lebih luas berdampak pada melemahnya jejaring pengendalian AI dan “hilangnya” komando nasional dalam mengatasi situasi darurat secara cepat
15
UPAYA PENANGGULANGAN HPAI ....(LANJUTAN)
Pemerintah menyikapi kejadian wabah AI dan Flu burung dengan membentuk: Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI) Unit Penanggulangan Penyakit Avian Influenza (UPPAI)/Campaign Management Unit (CMU), yang dibentuk oleh Deptan
16
PEMBENTUKAN KOMNAS FBPI
Dasar pembentukan: Kebutuhan yang mendesak dalam pengendalian AI pada unggas dan flu burung pada manusia Antisipasi kemungkinan terjadinya pandemi influenza global
17
PEMBENTUKAN KOMNAS FBPI...(lanjutan)
Dasar penetapan Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI): Peraturan Presiden No.7 Tahun 2006
18
PEMBENTUKAN KOMNAS FBPI....(LANJUTAN)
Keberadaan Komnas FBPI dipandang strategis dalam mengkoordinasikan pengendalian Flu burung karena kompleksnya masalah birokrasi di Indonesia
19
LANGKAH STRATEGIS KOMNAS FBPI
Penyusunan Rencana Strategis Nasional (RENSTRANAS ) Merupakan landasan implementatif bagi pengendalian Flu burung dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza Merupakan panduan nasional bagi seluruh stakeholders dalam penanganan AI dan Flu burung di Indonesia
20
LANGKAH STRATEGIS KOMNAS FBPI...(lanjutan)
Renstranas mencakup: 10 butir Langkah Strategis Penanganan Flu Burung Enam butir Strategi Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza
21
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI PADA UNGGAS
: Kasus HPAI pada unggas dapat ditekan sampai tingkat yang rendah Beberapa propinsi tidak pernah lagi melaporkan kasus HPAI yang baru Kejadian AI di sektor-1 dan sektor-2 sangat rendah; sporadis di sektor-3; endemis di sektor-4
22
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI ....(lanjutan)
Meskipun telah terjadi penurunan yang drastis dari wabah HPAI dan Flu burung, resiko pandemi influenza global tetap ada dan berpotensi untuk menimbulkan kematian pada manusia disertai oleh dampak sosial, ekonomik, dan kemanusiaan
23
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN
HPAI ...(lanjutan) Penggunaan vaksin AI lebih terkendali dan rasional serta terpadu dengan strategi penanggulangan lainnya Pemerintah menata jenis dan mutu vaksin AI, menetapkan master seed, dan menerapkan sistem uji mutu yang ketat Vaksinasi AI di sektor-4 hanya dilakukan pada ayam buras yang dikandangkan
24
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI ...(lanjutan)
Restrukturisasi perunggasan, termasuk sistem distribusi dan pemasaran mulai digulirkan Kapasitas laboratorium dan sdm telah meningkat tajam dengan dukungan pendanaan APBN atau lembaga donor internasional
25
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI ...(lanjutan)
Proses komunikasi, informasi, dan edukasi telah dapat ditumbuhkan pada stakeholders Masyarakat sudah memahami tentang Flu burung Sudah terjadi perubahan perilaku masyarakat sehubungan dengan penanggulangan Flu burung
26
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN
HPAI ...(lanjutan) Penyatuan Tema Kampanye Flu burung di seluruh Indonesia menggunakan istilah yang sama: TANGGAP
27
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI ...(lanjutan)
Surveillance epidemiologi, termasuk epidemiologi molekular pada hewan dan manusia masih dilakukan secara terpisah dan belum dikomunikasikan secara transparan Penelitian tentang sifat dan perilaku virus AI telah dilakukan oleh masing-masing instansi atau lembaga, namun belum terkoordinasi secara optimal
28
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN HPAI ...(lanjutan)
Peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan hewan dan medis veteriner Peningkatan sarana/prasarana Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pelayanan medik veteriner Peningkatan kemampuan laboratorium diagnostik Perbaikan kapasitas respon terhadap letupan HPAI
29
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN
HPAI ...(lanjutan) Kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza Koordinasi di tingkat pusat dan daerah dalam pengendalian Flu burung sudah berjalan, walaupun belum maksimal Komnas FBPI telah menyiapkan Pedoman Penanganan Episenter Pandemi Global Influenza
30
CAPAIAN DALAM PENANGGULANGAN
HPAI ...(lanjutan) Meskipun perhatian publik internasional terhadap HPAI telah menurun, namun kolaborasi antar negara dan kolaborasi pada level operasional masih kuat
31
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI PADA UNGGAS
Pelajaran berharga yang dapat diambil penanggulangan HPAI adalah pentingnya surveillance yang efisien, kolaborasi intersektoral, suatu strategi nasional yang dirancang secara baik, dan komitmen politik yang berkelanjutan
32
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Pemerintah Indonesia dengan status endemik terhadap HPAI perlu membangun suatu mekanisme respon darurat yang efektif dan suatu kapasitas pengendalian wabah penyakit zoonotik jangka panjang Pengendalian penyakit menular yang bersifat wabah hanya akan berhasil, jika terdapat koordinasi, kerjasama terpadu, holistik, dan sinergis diantara seluruh unsur terkait
33
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Penanganan penyakit yang sifatnya transboundary menuntut adanya suatu transparansi dalam kebijakan pemerintah, karena transparansi adalah kunci bagi dukungan dan partisipasi dari semua pihak Penanganan penyakit menular termasuk zoonosis yang bersifat wabah memerlukan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat
34
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Penanganan wabah penyakit menular, terutama yang berpotensi pandemi dan bersifat transboundary memerlukan dukungan dan kerjasama dari badan/lembaga internasional dalam teknologi, keilmuan, dan pendanaan
35
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Agar kerjasama dapat berjalan dengan baik, perlu adanya semangat untuk berbagi (spirit of sharing) dalam berbagai hal, termasuk pertukaran informasi dan spesimen untuk penelitian dari sesama negara atau lembaga yang mempunyai kepentingan yang sama
36
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Studi epidemiologi pada hewan dan kajian epidemiologi terpadu antara hewan dan manusia yang bersifat komprehensif dan berkelanjutan mutlak diperlukan untuk memahami lebih baik dinamika infeksi dan penularan virus AI pada ayam dan unggas lain, burung liar, mamalia, dan manusia
37
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi dikalangan stakeholders hendaklah dikembangkan agar sosialisasi menjadi lebih kreatif dengan adanya kegiatan yang bermuatan kearifan lokal kedaerahan Strategi komunikasi yang efektif sangat diperlukan pada setiap peluncuran suatu strategi nasional penanggulangan wabah HPAI
38
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Perencanaan kerangka anggaran penanggulangan wabah HPAI jangka menengah sampai jangka panjang sangat menentukan keberhasilan program pengendalian di tingkat nasional maupun global
39
PELAJARAN BERHARGA DARI PENANGGULANGAN HPAI...(lanjutan)
Kolaborasi dan kemitraan intersektoral mutlak diperlukan Perlu mengembangkan suatu kolaborasi strategik dan partnership dengan berbagai disiplin ilmu, sektor, departemen, institusi, dan organisasi pada tingkat negara, regional, dan internasional
40
MASA DEPAN KOMNAS FBPI Beberapa fakta:
Peranan KOMNAS FBPI sangat strategis dalam menanggulangi wabah penyakit menular yang bersifat zoonosis (koordinator) Walaupun wabah HPAI dan Flu burung belum tuntas, muncul lagi wabah Influenza baru H1N1, dan Rabies yang membutuhkan penanganan multisektoral, multidisiplin
41
MASA DEPAN KOMNAS FBPI...(lanjutan)
Indonesia belum memiliki sistem pengendalian zoonosis yang dapat diandalkan Diperlukan sistem pencegahan dan pengendalian zoonosis di Indonesia yang terkoordinasi, komprehensif, dan terpadu
42
KESIMPULAN Untuk melanjutkan tugas pengendalian wabah Flu burung, dan zoonosis lainnya, maka keberadaan KOMNAS FBPI masih diperlukan, bahkan perlu ditingkatkan statusnya menjadi suatu KOMITE ZOONOTIK atau OTORITAS ZOONOTIK INDONESIA untuk memperkuat peran serta fungsi koordinasi di tingkat nasional maupun internasional
43
CRT 2008
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.