Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PRODUK MIGAS PRODUK GAS.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PRODUK MIGAS PRODUK GAS."— Transcript presentasi:

1 PRODUK MIGAS PRODUK GAS

2 1. Pengetahuan AVGAS Aviasi gasoline adalah bahan bakar penerbangan untuk jenis pesawat bermesin piston yang menggunakan penyalaan busi (spark ignition). Trayek titik didih 38 sampai 170oC (100 sampai 340oF) lebih sempit dari motor gasoline Aviation gasoline bersifat lebih mudah menguap sehingga dapat terdistribusi merata diseluruh ruang bakar mesin pesawat Teknologi dan Rekayasa

3 Tekanan uap tinggi dan tidak mengandung gas hidrokarbon, yaitu butana.
Tekanan uap aviation gasoline dibatasi untuk mengurangi penguapan dalam tangki, dalam saluran bahan bakar, dan karburator

4 Komposisi Aviation gasoline mempunyai persyaratan komposisi hidrokarbon yang sangat ketat, terdiri dari isoparafin dalam jumlah besar, sedikit mengandung naften dan aromat. Suatu analisis komposisi avgas menunjukkan bahwa 84 % wt hidrogen, 15 %wt karbon, dan sisanya adalah sulfur, timbal, bromin, nitrogen dan oksigen dari zat warna dan inhibitor, dan air tak larut (undisolved water).

5 Makin besar C/H ratio, kandungan panas per lb makin besar
Sifat–sifat penting hidrokarbon dalam aviation gasoline adalah angka oktana tinggi, trayek suhu titik didih dibatasi, kandungan panas per lb harus maksimum, dan mempunyai kestabilan kimia tinggi. Besarnya kandungan panas per lb sangat ditentukan oleh rasio karbon–hydrogen (C/H ratio) Makin besar C/H ratio, kandungan panas per lb makin besar

6 Sifat–sifat komponen Parafin : mempunyai nilai kalor tinggi, dan senyawa pentana dan heksana) kimia yang stabil Isoparafin : mempunyai angka oktana tinggi, baik dalam kondisi campuran kaya (rich mixture) maupun campuran miskin (poor/lean mixture) bahan bakar Olefin : mempunyai sifat–sifat antiknocking yang relatif jelek, pembentuk gum dan penyebab terjadinya penyalaan awal. Naften : mempunyai trayek titik didih yang baik Aromatik : mempunyai sifat antiknocking yang sangat bagus (excellent antiknocking characteristic)

7 2. Pembuatan Avgas

8 Komponen Avgas Avgas mempunyai trayek titik didih antara 38–170oC (100–340oF). Komponen avgas berupa fraksi nafta. Karena komposisi avgas tidak boleh mengandung olefin (mengapa), ini berarti komponen avgas dibuat langsung dari proses distilasi minyak bumi (kilang CDU), tidak dibuat dari proses perengkahan panas (thermal cracking) ataupun perengkahan katalitik (catalytic cracking).

9 Olefin C4 + isobutana  isooktana (alkilat)
Proses Alkilasi Karena tuntutan angka oktana yang tinggi, komponen avgas dibuat dari proses alkilasi. Alkilasi dari senyawa–senyawa olefin dan iso parafin dengan menggunakan katalisator AlCl3 dalam HCl, AlF3 dalam HF atau Al2(SO4)3 dalam H2SO4. Olefin C4 + isobutana  isooktana (alkilat)

10 Besarnya angka oktana yang dihasilkan dari proses alkilasi sebagai komponen avgas adalah 89 – 97 RON atau 87 – 94 MON.

11 Cara Blending Komponen Tujuan Alkilat ON atau PN tinggi
Isopentana Menaikkan vapor pressure Toluena Menaikkan nilai supercharge TEL Menaikkan performance number Etilena bromida Pembentuk garam PbBr2 Pewarna Identifikasi bahan bakar bertimbal dan grade

12 3. Sifat – sifat Avgas

13 Sifat avgas berhubungan dengan sifat dari hidrokarbon penyusunnya.
Sifat antiketuk (anti knocking) Sifat volatilitasSifat panas pembakaran (heat of combustion)Titik beku (freezing point) Sifat kestabilan penyimpananSifat korosifitas

14 a. Sifat Antiketuk (anti knocking)
Kualitas bahan bakar aviasi gasoline ditunjukkan oleh sifat antiketuk (antiknocking) ditetapkan di laboratorium mesin dengan menggunakan campuran antara isooktana dan n-heptana. Dinyatakan sebagai angka oktana riset (RON) Apakah ketukan sama dengan anti ketuk?

15 Nilai antiketuk hidrokarbon
Hidrokarbon Nilai antiketuk miskin kaya Parafin jelek jelek Isoparafin Sangat baik baik Naften sedang baik Olefin jelek bervariasi Aromatik baik baik

16 Ukuran antiketuk Ukuran ketukan yang dinyatakan sebagai angka oktana (ON) didefinisikan persen dari isooktana dalam campuran sebagai bahan bakar acuan (reference fuel). Angka oktana makin tinggi, menunjukkan bahwa mutu aviasi gasoline makin bagus.

17 Performance Number Bahan bakar aviasi gasoline yang menunjukkan unjukkerja (performance) di atas 100 dari isooktana murni (100 ON) diuji terhadap campuran antara isooktana dengan sejumlah aditif antiketuk. Aviasi gasoline ini dinyatakan dengan angka unjukkerja (performance number, PN) yang didefinisikan tenaga maksimum bahan bakar bebas antiketuk yang dilepaskan, dinyatakan sebagai persen tenaga yang dapat diperoleh dari isooktana.

18 Tenaga maksimum Tenaga maksimum mesin dapat diperoleh pada campuran kaya bahan bakar, digunakan saat pesawat tinggal landas (takeoff) Diuji dengan supercharge khusus dengan mesin silinder tunggal, metode CFR-F3, ASTMD 909 /IP119). Saat pesawat menjelajah di udara agar ekonomis menggunakan campuran miskin bahan bakar (pengujian bahan bakar dengan metode CFR-F2, ASTMD 2700 /IP236)

19 Menunjukkan sifat kemudahan menguap bahan bakar
b. Sifat Volatilitas Menunjukkan sifat kemudahan menguap bahan bakar Semua bahan bakar untuk mesin pembakaran internal (internal combustion) harus mudah diubah dari bentuk cair ke bentuk uap di dalam mesin. Tujuannya agar dengan mudah untuk memperoleh perbandingan campuran udara/bahan bakar.

20 Nilai volatilitas hidrokarbon
Hidrokarbon Volatilitas Parafin tinggi  Isoparafin tinggi  Naften bervariasi  Olefin bervariasi  Aromatik rendah 

21 Volatilitas rendah Apabila sifat kemudahan menguap (volatilitas) aviasi gasoline sangat rendah, bahan bakar cair masuk ke silinder dan mencuci minyak lumas pada dinding silinder dan piston. Hal ini akan menaikkan keausan mesin dan menyebabkan terjadinya pengenceran minyak karter (crankcase). Apabila volatilitas rendah akan mengakibatkan distribusi bahan bakar dalam mesin tidak merata sehingga berpengaruh terhadap campuran bahan bakar/udara di dalam mesin.

22 Volatilitas tinggi Bahan bakar akan mudah menguap di dalam tangki dan uap akan memenuhi selang saluran bahan bakar ke mesin sehingga menghambat jalannya bahan bakar, disebut sumbatan uap (vaporlock). Pada suhu yang rendah, akan mengakibatkan pembentukan es (icing) dalam karburator. Pesawat yang modern mesinnya dilengkapi dengan peralatan anti pembentuk es (anti-icing device) termasuk alat pemanas karburator.

23 Metode Uji distilasi, ASTMD 86/IP 123 vapor pressure, ASTMD 323/IP 69)

24 c. Panas Pembakaran Panas pembakaran avgas harus maksimum, dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan pengaturan perbandingan udara dan bahan bakar yang seimbang

25 CxHy + O2  xCO2 + ½ y H2O + Panas
Ditunjukkan oleh angka oktana tinggi, dengan kandungan aromat rendah

26 Nilai panas pembakaran hidrokarbon
Hidrokarbon Panas pembakaran per lb per US gal. Parafin Sangat tinggi sedang Isoparafin Sangat tinggi sedang Naften tinggi tinggi Olefin tinggi rendah Aromatik rendah Sangat tinggi

27 d. Freezing Point Maksimum nilai freezing point untuk bahan bakar aviasi gasoline menunjukkan suhu terendah dimana bahan bakar dapat digunakan tanpa terjadi pemisahan pemadatan hidrokarbon. Pemisahan dapat terjadi pada saat bahan bakar disalurkan atau dalam tangki pesawat.

28 Hidrokarbon Freezing point
Parafin Rendah  Isoparafin Rendah  Naften Sangat tinggi  Aromatik Tinggi  

29 Freezing point rendah Freezing point yang rendah menunjukkan bahwa dalam bahan bakar mengandung hidrokarbon parafin. benzena walaupun mempunyai angka oktana tinggi, keberadaannya dalam aviasi gasoline dibatasi karena mempunyai freezing point tinggi.

30 Nilai freezing point aviasi gasoline tidak boleh lebih besar dari – 60oC
Bila bahan bakar banyak mengandung bezena maka memberikan nilai freezing point akan lebih besar dari – 60oC

31 Metode uji Freezing point, ASTMD 2386/IP 16

32 e. Stabilitas Penyimpanan
Aviasi gasoline harus tahan disimpan dalam jangka waktu lama pada segala cuaca. Dikatakan tidak stabil apabila bahan bakar ini mudah teroksidasi dan mudah membentuk getah karena proses polimerisasi, sehingga berakibat pada pemakaian.

33 Terbentuknya getah (gum) akan mengganggu pada sitem induksi manifold, karburator, valve dan sebagainya. Pembentukan gum dapat dipercepat bila aviasi gasoline mengandung logam besi (Fe) dan tembaga (Cu). (Mengapa)

34 Hidrokarbon Stabilitas
Parafin Sangat tinggi Isoparafin Sangat tinggi Naften tinggi Olefin rendah Aromatik Tinggi, tetapi mempunyai efek terhadap bahan perekat

35 Metode uji Potential Gum, ASTMD 381/IP 131
Oxidation stability, ASTMD 873/IP 138

36 f. Kandungan Sulfur Sulfur jumlah dalam aviasi gasoline dibatasi sampai 0,05% massa, sebab kandungan sulfur yang tinggi akan berpengaruh terhadap efisiensi pemakaian aditif timbal alkil. Bila kandungan sulfur tidak dibatasi, maka untuk avgas dengan nilai angka oktana tidak akan tercapai. Beberapa senyawaan sulfur akan mengakibatkan korosi terhadap beberapa logam dalam sistem mesin. Kandungan sulfur jumlah tidak berhubungan dengan sifat korosifitas bahan bakar.

37 Metode uji kandungan sulfur jumlah Metode uji sifat korosifitas
ASTMD 1266 atau ASTMD 2622 dan ASTMD 4294. Metode uji sifat korosifitas Korosi bilah tembaga, ASTMD 130/IP 154

38 g. Reaksi dengan Air (water reaction)
Pengujian sifat reaksi dengan air (water reaction) dimaksudkan untuk mengetahui jumlah air dalam bahan bakar aviasi gasoline. Keberadaan air ini akan mencegah penambahan bahan yang diperlukan yang berfungsi untuk menaikkan angka oktana, misalnya penambahan Iso propil alkohol dan Diethyleneglycol Monoethyl Ether (Di-EGME) ke dalam aviasi gasoline, sebagai icing inhibitor

39 Metode uji ASTMD 1094/IP 289.

40 4. Jenis Avgas Dari literature, ada 7 (tujuh) kelas avgas dibedakan atas angka oktana (ON) dan warnanya.

41 Avgas 73 73 ON warna: tidak berwarna Avgas 80 80 ON Avgas 80/87
80/87 PN warna: merah Avgas 91/96 91/96 PN warna: biru Avgas 100/130 100/130 PN warna: hijau Avgas 108/135 108/135 PN warna: coklat Avgas 115/145 115/145PN warna: ungu Teknologi dan Rekayasa

42 Dipasaran, ada 3 (tiga) jenis avgas,yaitu:
Grade JSD Warna 80/87 Avgas 80 Merah 100/130 Avgas 100 Hijau 100/130 LL Avgas 100 LL Biru

43 Angka oktana rendah dinyatakan sebagai metode motor.
Klasifikasi Berdasarkan atas angka oktana (knock rating) diklasifikasikan dua kelas, yaitu kelas angka oktana rendah dan kelas angka oktana tinggi. Angka oktana rendah dinyatakan sebagai metode motor. Kelas angka oktana rendah dengan nilai di bawah 100 , sedang angka oktana tinggi dengan nilai 100 dan di atasnya.

44 Tanda Avgas Avgas diberi tanda dengan hanya satu angka, dan dengan dua angka. Dengan satu angka, menunjukkan besarnya angka oktana motor Dengan dua angka menunjukkan bahwa angka pertama adalah besarnya angka oktana motor, sedang angka kedua menunjukkan unjuk kerja mesin disebut angka kinerja (Performance Number).

45 Performance Nunber Performance Number (PN) adalah angka perbandingan tertentu antara bahan bakar terhadap udara untuk mrnghasilkan energi maksimal tanpa ketukan.. Oleh sebab itu PN dinyatakan sebagai campuran kaya bahan bakar (rich mixture) dan campuran miskin bahan bakar (poor/lean mixture).

46 Hubungan Hubungan antara angka oktana motor dan angka kerja (PN), dinyatakan dengan rumusan sebagai berikut : Untuk PN di bawah 100 PN = (128 – ON) Untuk PN 100 dan di atas 100 PN = (MON – 100)

47 5. Aditif Aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam aviasi gasoline, fungsinya untuk meningkatkan unjukkerja karakteristik avgas dalam pemakaiannya. Aditif yang ditambahkan kedalam tiap grade avgas mempunyai jenis dan dosis yang berbeda.

48 aditif mandatori, yaitu aditif yang seharusnya ditambahkan
Jenis aditif aditif mandatori, yaitu aditif yang seharusnya ditambahkan aditif opsional adalah aditif yang ditambahkan kedalam avgas atas persetujuan antara pembuat dan pengguna.

49 Aditif Mandatori Pewarna Antioksidan Anti listrik statis

50 Warna biru digunakan 1,4–p-dialkyl amino anthraquinone
(a). Pewarna Warna biru digunakan 1,4–p-dialkyl amino anthraquinone Warna kuning digunakan p-diethyl amino azobenzene atau 1,3-benzene diol 2,4-bis[(alkylphenol)azo-] Warna merah digunakan alkyl derivative dari azobenzene-4-azo-2-naphthol.

51 (b). Antioksidan Fungsinya sebagai pencegah terjadinya oksidasi (antioxidation inhibitor). Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 24,0 mg/liter bahan bakar (tidak termasuk berat solven).

52 Jenis antioksidan 2,6-ditertiary butyl-4-methylphenol
2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol 2,6-ditertiary butylphenol Min. 75% 2,6-ditertiary butylphenol + maks. 25% campuran dari di- dan tri-tertiary butylphenol

53 Min. 55% 2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol + min
Min. 55% 2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol + min. 15% 2,6- ditertiary butyl-4-methylphenol, sisanya monomehyl dan dimethyl tertiary butyl- phenol. Min. 72% 2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol + maks. 28% monomehyl dan dimethyl tertiary butylphenol

54 Total Antioksidan: Tidak lebih dari 24,0 mg/L

55 (c). Dayahantar Listrik
Fungsinya untuk menaikkan dayahantar listrik bahan bakar.

56 Jenis aditif Anti Static
Shell Anti Static Additive ASA-3. Terdiri dari 3 (tiga) bahan kimia, yaitu campuran dengan jumlah yang sama (1) chromium salt of an alkylated salicylic acid (garam kromium dari asam salisilat yang teralkilasi, atau kromium alkil salisilat teralkilasi) dan

57 Jenis aditif Anti Static
(2) calcium didecyl sulphosuccinate (calcium aerosol), dan (3) polimer organik vinyl/methacrylate vopolimer (kopolimer organik vinil/metakrilat = alkadine).

58 Du Pont Stadis 450 (Static dissipator, Stadis 450 = merek dagang).
Aditif ini beda dengan ASA-3, yaitu tidak mengandung logam.

59 Bagaimana cara mengukur dosisnya?
Dosis Anti Static Jumlah yang ditambahkan ke dalam avtur tidak lebih dari 1 mg/L ASA-3 dan tidak lebih dari 3,0 mg/L Stadis 450 dan pada retreatment maksimum kumulatif tidak lebih dari 5 mg/L Stadis 450. Bagaimana cara mengukur dosisnya?

60 Aditif Opsional Tetra Etil Timbal Fuel System Icing Inhibitor (FSII)
Corrosion Inhibitor

61 (1). Tetra Etil Timbal Fungsinya sebagai antiketuk (antiknock).
Kemurnian tidak kurang dari 61%, mengandung etilena bromida. Bila dicampur dengan 20% pelarut aromatik diperoleh minimum flash point 60oC.

62 (2). Fuel System Icing Inhibitor (FSII)
Fungsinya sebagai pencegah pembentukan es, dan juga dapat menurunkan terjadinya ketukan.

63 Salah satu dari beberapa aditif di bawah yang digunakan :
Isopropyl Alcohol (IPA, propanol-2-ol) Jumlah penggunaan tidak lebih dari 1% v/v Di-Ethylene Glycol Monomethyl Ether (Di-EGME). Jumlah penggunaan 0,10 – 0,15 % vol.

64 (3) Corrosion inhibitor
Fungsinya sebagai pencegah korosi. Salah satu dari beberapa aditif di bawah yang digunakan :

65 Product MAC (g/m3) Manufacturer
DCI – 4a 22,5 Octel Starreon (USA) The Associated Octel Company Ltd (UK) DCI – 6a 9,0 Octel Starreon (USA)The Associated Octel Company Ltd (UK) HITEC ,5 Ethyl Petroleum Additives Ltd NALCO/ EXXON ,5 Nalco Chemical Co NALCO/ EXXON ,0 Nalco Chemical Co PRI – ,5 Apoll Technologies International Corp UNICOR J 22,5 UOP LLC SPEC – AID 8Q22 24,0 Betz Dearborn TOLAD ,0 Baker Petrolite TOLAD ,5 Baker Petrolite

66 6. Spesifikasi Avgas Spesifikasi UK
Issued by the British Ministry of Defence (DERD Specifications)

67 Menggunakan DEF STAN 91–90 Issue 2, tgl 31 Maret 2006: Standards for Defence – Gasoline, Aviation, Grades 80/87, 100/130 and 100/130 Low Lead, JSD: AVGAS 80, AVGAS 100 and AVGAS 100LL Def Stan digunakan khusus untuk 3 (tiga) grade (AVGAS 80, AVGAS 100 dan AVGAS 100LL) bahan bakar jenis aviation gasoline terutama untuk pesawat mesin penyalaan busi

68 Dikeluarkan oleh Defence Procurement Agency, An Executive Agenscy of Ministry of Defence, UK Defence Standardization, Kentigern House 65 Brown Street, Glasgow Spesifikasi Def Stan 91 – 90 untuk Avgas 80, Avgas 100 dan Avgas 100LL dapat dilihat pada Lampiran

69 The US Departement of Defense (Military Specifications)
Spesifikasi US The US Departement of Defense (Military Specifications) ASTMD 910 IATA

70 Spesifikasi Dirjen Migas
Di Indonesia terdapat dua macam avgas, yaitu avgas 100 dan avgas 100LL, sesuai dengan lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Nomor 27K/34/DDJM/1999, tanggal 5 Mei 1999.

71 (AVIATION TURBINE FUELS)
2. BAHAN BAKAR AVTUR (AVIATION TURBINE FUELS)

72 A. Avtur Avtur adalah bahan bakar penerbangan untuk jenis pesawat bermesin gas turbine dan pesawat jet yang banyak digunakan baik di bidang militer maupun komersial.

73 Jenis Avtur Tipe kerosine telah dipilih sebagai bahan bakar untuk generasi pertama kali sebab mempunyai sifat pembakaran yang baik, rendah terhadap kebakaran, sehingga digunakan sebagai pengganti gasoline pada waktu perang dunia. Tipe campuran kerosene/nafta (wide cut), digunakan setelah perang Dunia II. Tetapi sejak 1970 kembali tipe kerosine

74 Tipe Kerosine vs tipe wide cut
Tipe kerosene sangat luas digunakan oleh US Departement of Defense (US. MIL) yang mempunyai kesamaan spesifikasi dengan bahan bakar yang digunakan oleh militer Inggris. Grade antara militer dan komersial mempunyai sifat – sifat dasar yang sama, dan berbeda pada jenis aditif yang digunakan.

75 Tipe kerosene lebih menguntung dari pada tipe wide cut
Losses lebih kecil Resiko terhadap kebakaran lebih kecil selama penanganan darat Dengan tipe wide cut suara pesawat lebih gemuruh

76 komposisi hidrokarbon terdiri dari:
Avtur yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak bumi dengan trayek didih berkisar antara 150–250 oC. komposisi hidrokarbon terdiri dari: Parafin : 33 – 61 % vol. Olefin : 0,5 – 5 % vol. Naften : 10 – 45 % vol. Aromatik : 12 – 25 % vol.

77 Tuntutan kualitas Avtur dituntut harus mempunyai nilai pembakaran yang tinggi, kualitas pembakaran tinggi, freezing point rendah, kandungan panas/berat tinggi, serta kandungan panas/volume rendah.

78 Sifat–sifat hidrokarbon
Sangat tinggi Sedang Sangat rendah sangat baik sangat jelek Kandungan hidrogen Parafin Naften romat Kualitas pembakaran Parafin Naften Aromat Freezing point Naften Aromat Parafin Density Aromat Naften Parafin Kandungan Parafin Naften Aromat panas/berat Kandungan Aromat Naften Parafin panas/volume

79 B. Karakteristik Avtur Karakteristik avtur berhubungan dengan sifat kimia dan sifat fisika dari hidrokarbon penyusunnya. Karaktersitik yang berhubungan dengan penggunaan, penanganan dan transportasi avtur, meliputi :

80 Kenampakan Stabilitas Komposisi Kontaminan Volatilitas Pemisahan Air Fluiditas Konduktivitas Pembakaran Lubricity Korosi

81 1. Kenampakan Kenampakan visual Warna Kontaminan partikulat

82 (1) Kenampakan (appearance)
Secara visual bahwa avtur harus jernih, bening dan bebas dari padatan terlarut, dan air tidak terlarut (air bebas) pada suhu ambien. Metode Uji Visual

83 Warna bukan merupakan indikator performance avtur
Perubahan warna salah satu indikasi bahwa avtur terkontaminasi oleh produk lain METODE UJI ASTMD 156/ASTMD 6045

84 (3) Kontaminan partikulat
Kontaminasi oleh partikel – partikel halus, berasal dari debu, produk korosi atau coating, marking Mikroorganisme METODE UJI ASTMD 5452

85 Komposisi avtur meliputi :
Keasaman Aromatik/Aromatik Jumlah Merkaptan Sulfur Uji Doctor Sulfur Jumlah

86 (1) Keasaman (acidity) Metode Uji
Asam walaupun dalam jumlah yang kecil akan merusak logam–logam misalnya aluminium. Asam dapat dinetralkan dengan sabun (soap) atau surfactant (surface active agent) Metode Uji ASTMD 3242

87 (2). Aromatik/Aromatik Jumlah
Kandungan aromatik jumlah (total aromatic) dari bahan bakar merupakan sebuah ukuran kualitas pembakaran bahan bakar. Tidak terdapat hubungan antara kualitas pembakaran dan smoke point.

88 Ini merupakan indikator kompatibilitas bahan bakar dan elastomer yang digunakan dalam sistem bahan bakar Kandungan aromatik tinggi, bahan bakar berasap. Smoke point tinggi menunjukkan kecenderungan bahan bakar berasap rendah. Pada pembakaran, apabila bahan bakar mengandung aromat tinggi disamping berasap juga membentuk deposit karbon atau debu. Disamping itu aromat dapat merusak selang pada sistem bahan bakar.

89 METODE UJI ASTMD 1319

90 (3) Merkaptan sulfur METODE UJI
Merkaptan dalam produk avtur merupakan penyebab bau, korosif , merusak lapisan kadmium, dan merusak selang (elastomer). METODE UJI ASTMD 3227

91 (4) Sulfur Jumlah METODE UJI
Dapat merusak logam–logam tembaga, bronze atau perak. Juga dapat menimbulkan pencemaran dari gas buang, dan korosif METODE UJI ASTMD 1266

92 (5) Uji Doctor METODE UJI ASTMD 4952
Uji kualitatif untuk mengetahui bahwa sifat korosif avtur Uji kualitatif terdapatnya senyawaan sulfur yang korosif, yaitu merkaptan, hydrogen sulfide, sulfur bebas Senyawaan lain, yaitu peroksida METODE UJI ASTMD 4952

93 3. Volatilitas Volatilitas merupakan salah satu perbedaan pokok antara avtur tipe kerosine dan tipe wide cut. Avtur tipe kerosine mempunyai volatilitas rendah, sedang avtur tipe wide cut mempunyai volatilitas yang lebih tinggi.

94 Volatilitas avtur meliputi :
Distilasi Flash point API gravity (15oC) Density (15 oC)

95 (1) Distilasi SUHU 75 OC Pada suhu 75oC jumlah volume distilat yang dihasilkan tidak kurang dari 10 % vol. dan tidak lebih dari 40% vol, tidak menyebabkan terjadinya vaporlock, kehilangan minyak dan terbentuknya es di karburator (carburetor icing).

96 SUHU 105 OC Pada suhu 105oC jumlah volume tidak kurang dari 50% vol, kenaikkan kecepatan suhu teratur dan pada kondisi yang stabil.

97 SUHU DIATAS 135 OC Pada suhu lebih dari 135oC jumlah volume 10 % vol dan 50 %vol, kondisi aman pada sejumlah uap bahan bakar yang dihasilkan

98 SUHU 135 OC Pada suhu 135oC dengan jumlah volume 90% vol, menunjukkan bahwa terdapat kesetimbangan antara jumlah volume yang teruapkan dan yang tidak teruapkan yang lewat manifold mesin menuju silinder.

99 SUHU MAKSIMUM 170 OC Pada suhu maksimum 170oC sisa bahan bakar yang tidak teruapkan menunjukkan tidak terjadi kesalahan distribusi (maldistribution) dan juga tidak terjadi pengenceran minyak lumas pada karter.

100 METODE UJI ASTMD 86

101 (2) Flash point METODE UJI
Flash point berhubungan dengan kemudahan terbakar bahan bakar avtur pada suhu atmosfer. METODE UJI ASTMD 56/ASTMD 3828

102 (3) Density 15 oC Density didefinisikan sebagai berat bahan bakar per unit volume Satuan : kilogram per cubic meter pada 15oC

103 Relative density pada 15/15oC =
Specific gravity pada 60/60 oF = API gravity =

104 Pengaruh suhu: Density hidrokarbon Aromat Naften Parafin
highest medium lowest or poorest Aromat Naften Parafin

105 Pengujian density dimaksudkan untuk mengukur jumlah volume bahan bakar yang hendak dijual, muatan pesawat dan unjukkerja mesin yang berbasis pada berat. METODE UJI ASTMD 1298/ASTMD 4052

106 4. Fluiditas FLUIDITAS MELIPUTI :
Fluiditas adalah kemampuan bahan bakar untuk mengalir pada suhu yang sangat rendah. FLUIDITAS MELIPUTI : Freezing point Viskositas

107 (1) Freezing point Suhu terendah pada bahan bakar dimana 100 % berbentuk cair dan berupa sebagai fase tunggal

108 Freezing point hidrokarbon
highest medium lowest or poorest Naften Aromat Parafin METODE UJI ASTMD 2386

109 (2) Viskositas METODE UJI
Viskositas adalah kemudahan mengalir suatu bahan bakar Viskositas atau tahanan menaik dengan menurunnya suhu. Ini sangat penting bagi bahan bakar pada operasi suhu rendah, terutama saat mesin distater yang berpengaruh terhadap penyemburan. METODE UJI ASTMD 445

110 5. Pembakaran Nilai panas pembakaran bersih Smoke point atau Naftalena
Sifat pembakaran meliputi : Nilai panas pembakaran bersih Smoke point atau Naftalena Kandungan Hidrogen

111 (1) Nilai Panas Pembakaran Bersih
Panas pembakaran adalah ukuran tenaga yang dimiliki oleh bahan bakar. Harga ini berhubungan dengan efisiensi panas peralatan untuk menghasilkan power atau panas. Panas pembakaran sebagaimana ditetapkan pada metode uji, untuk mengetahui sifat kimia dan sifat fisika yang berhubungan dengan penggunaannya sebagai bahan bakar avtur untuk pesawat militer ataupun komersial.

112 Panas pembakaran bersih adalah sejumlah panas yang dibebaskan bila satu satuan berat bahan bakar dibakar dalam oksigen pada tekanan konstant yaitu 0,101 MPa (1 atm), menghasilkan karbon dioksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida dan air, yang kesemuanya itu berada dalam keadaan gas, dengan suhu awal dari bahan bakar dan oksigen itu berakhir pada suhu produk pada 25oC.

113 Panas Pembakaran hidrokarbon
Highest medium lowest Heat content/massParafinNaftenAromatHe at content/vol.AromatNaftenParafin METODE UJI ASTMD 3338/ASTMD 4809

114 (2) Smoke point Asap bahan bakar berhubungan terbalik dengan perpindahan panas radiasi (radiant) dalam ruang bakar jet. Smoke point berhubungan dengan jumlah asap atau debu yang terbentuk dalam ruang bakar. Bila smoke point bahan bakar sangat rendah menunjukkan bahwa jumlah perpindahan panas radiasi sesuai dengan jumlah asap mesin atau terjadi kenaikan jumlah debu.

115 SMOKE POINT HIDROKARBON :
highest medium lowest or poorest Parafin Naften Aromat METODE UJI ASTMD 1322

116 Naftalena adalah senyawaan aromat dengan dua inti benzene
Naftalena lebih memancarkan radiasi tenaga pada pembakaran dibanding dengan senyawa hidrokarbon yang lain, sehingga menurunkan energi (power). METODE UJI ASTMD 1840

117 (4) Kandungan Hidrogen Persen hidrogen sangat berhubungan dengan kandungan aromatik jumlah dan berbanding langsung dengan aromatik jumlah. Dan juga berhubungan dengan nilai panas pembakaran. Kandungan hidrogen tinggi menunjukkan nilai pembakaran tinggi.

118 Hidrogen content hidrokarbon :
Highest medium lowest or poorest Parafin Naften Aromat METODE UJI ASTMD 3701

119 (1) Korosi bilah tembaga
Korosi terhadap tembaga dapat menyebabkan deteriorasi tembaga atau perunggu dalam sistem bahan bakar. Pengujian korosi bilah tembaga dimaksudkan untuk mengetahui sifat korosifitas bahan bakar, karena kandungan merkaptan. METODE UJI ASTMD 130

120 SIFAT STABILITAS MELIPUTI :
JFTOT Warna Tabung

121 (1) Jet Fuel Thermal Oxidation Tester (JFTOT)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat stabilitas avtur pada suhu tinggi tidak membentuk deposit. METODE UJI ASTMD 3241

122 8. Kontaminan Kontaminan meliputi : Getah purwa (existent gum)
Partikulat (particulate) Reaksi permukaan air (water reaction interface) Reaksi separasi air (water reaction separation) WSIM Waktu filtrasi (filtration time)

123 (1) Getah purwa (existent gum)
Getah purwa tinggi menunjukkan produk dengan berat molekul tinggi melarut di dalam bahan bakar. Saat disimpan bila menunjukkan kandungan getah purwa tinggi menunjukkan kemungkinan terjadinya oksidasi dalam bahan bakar, sehingga bahan hasil oksidasi dengan berat molekul tinggi tidak melarut dalam bahan bakar dan turun ke bawah sebagai padatan halus METODE UJI ASTMD 381

124 Tidak ada hubungan antara kedua macam pengujian.
(2) Partikulat Ukuran warna membran bahan bakar memberikan sebuah cara deteksi kebersihan bahan bakar dalam sistem pengoperasian. Berat partikulat memberikan sebuah ukuran kuantitatif (jumlah) dari kebersihan bahan bakar. Tidak ada hubungan antara kedua macam pengujian. METODE UJI ASTMD 2276

125 (3) Reaksi Air Permukaan
Untuk mengetahui bahan–bahan dalam bahan bakar yang terlarut dalam air seperti alkohol yang mungkin terdapat dalam bahan bakar. METODE UJI ASTMD 1094

126 (4) Reaksi Separasi Air METODE UJI
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui surfaktan yang terkandung dalam bahan bakar. Surfaktan ini sebagian larut dalam air dan terlihat sebagai bahan yang tak larut pada campuran. METODE UJI ASTMD 1094

127 (5) WSIM Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan filter separator dalam memisahkan air dari sampel uji bahan bakar avtur. METODE UJI ASTMD 2550/ASTMD 3948

128 (6) Waktu Filtrasi METODE UJI
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan partikulat halus dalam bahan bakar yang dapat menyebabkan penyumbatan filter bahan bakar. Berat partikulat yang dilaporkan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kebersihan dari bahan bakar (yang hanya dapat diukur dalam laboratorium) METODE UJI MIL – DTL – 83133E, Appendix A

129 9. Conductivity (dayahantar listrik)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan muatan statik listrik dan mencegah terjadi voltase tinggi terhadap loncatan bunga api yang dapat menyebabkan kebakaran. METODE UJI ASTMD 2624

130 10. Lubricity Lubricity adalah kemampuan bahan bakar Avtur dalam mencegah keausan logam dan gesekan antara logam yang satu terhadap lainnya pada tekanan tinggi Bila lubricity rendah, maka untuk menaikkan ke dalam bahan baker avtur ditambahkan aditif lubrisity

131 Ukuran goresan ausan dinyatakan dalam satuan mm
Bahan bakar avtur yang memberikan goresan ausan yang tinggi disebut “poor lubricity” atau “hard fuels” METODE UJI ASTMD 5001

132 C. Aditif Aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam avtur, fungsinya untuk meningkatkan unjukkerja karakteristik avgas dalam pemakaiannya. Aditif yang ditambahkan kedalam tiap grade avtur mempunyai jenis dan dosis yang berbeda.

133 Terdapat 2 (dua) jenis aditif, yaitu
aditif mandatori, yaitu aditif yang seharusnya ditambahkan aditif opsional adalah aditif yang ditambahkan kedalam avtur atas persetujuan antara pembuat dan pengguna.

134 Jenis Aditif Avtur Macam–macam aditif baik aditif mandatori maupun aditif opsional yang ditambahkan ke dalam bahan bakar avtur adalah :

135 Antioksidan (Antioxidant)
Ketidakaktifan Logam (Metal Deactivator Additive) Dayahantar Listrik (Electrical Conductivity Additive)Deteksi Kebocoran (Leak Detection Additive) Pencegah Pembentukan Es Sistem Bahan Bakar (Fuel System Icing Inhibitor) Anti Korosi (corrosion inhibitor) Anti Asap (Anti Smoke) Biosida (Biocide Additive) Lubricity Improver

136 (1) Antioksidan Fungsinya sebagai pencegah terjadinya oksidasi (antioxidation inhibitor).

137 Dosis Komponen Avtur Hidrogenasi
Untuk komponen avtur yang berasal dari proses hidrogenasi (hydroprocessed), jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 17,0 mg/liter bahan bakar (tidak termasuk berat solven) Komponen Avtur Tidak Hidrogenasi

138 Dosis Komponen Avtur Hidrogenasi
Untuk komponen avtur yang tidak berasal dari proses hidrogenasi (hydroprocessed), jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 24,0 mg/liter bahan bakar (tidak termasuk berat solven)

139 Jenisnya 2,6-ditertiary butyl-4-methylphenol
2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol 2,6-ditertiary butylphenol Min. 75% 2,6-ditertiary butylphenol + maks. 25% campuran dari di- dan tri-tertiary butylphenol

140 Jenisnya Min. 55% 2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol + min. 15% 2,6-ditertiary butyl-4-methylphenol, sisanya monomehyl dan dimethyl tertiary butyl- phenol. Min. 72% 2,4-dimethyl-6-tertiary butylphenol + maks. 28% monomehyl dan dimethyl tertiary butylphenol.

141 Logam katalisator pembentuk gum adalah Fe dan Cu.
(2) Metal deactivator Fungsinya untuk membuat tidak aktif logam sebagai katalisator pembentukan getah purwa (gum). Logam katalisator pembentuk gum adalah Fe dan Cu. Kedua logam ini oleh aditif diikat menjadi senyawa koordinasi, dimana logam Fe, Cd, Co dan Cu sebagai selat (chelate).

142 Jenis Bahan kimia yang digunakan adalah N,N –disalicylidene-1,2-propane diamine.

143 Dosis Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 2,0 mg/L dan untuk redoping tidak lebih 5,7 mg/L

144 (3) Static Dissipator Additive
Fungsinya untuk menaikkan dayahantar listrik bahan bakar.

145 Jenis yang digunakan Shell Anti Static Additive ASA-3. Terdiri dari 3 (tiga) bahan kimia, yaitu campuran dengan jumlah yang sama dari chromium salt of an alkylated salicylic acid (garam kromium dari asam salisilat yang teralkilasi, atau kromium alkil salisilat teralkilasi) dan calcium didecyl sulphosuccinate (calcium aerosol), dan

146 Jenis yang digunakan polimer organik vinyl/methacrylate vopolimer (kopolimer organik vinil/metakrilat = alkadine) Du Pont Stadis 450 (Static dissipator, Stadis 450 = merek dagang). Aditif ini beda dengan ASA-3, yaitu tidak mengandung logam.

147 Dosis ASA – 3 Jumlah yang ditambahkan ke dalam avtur tidak lebih dari 1 mg/L ASA-3 Stadis 450 Tidak lebih dari 3 mg/L (first doping) dan pada redoping maksimum kumulatif tidak lebih dari 5 mg/L Stadis 450.

148 (4) Leak Detection Additive
Fungsinya untuk mendeteksi kebocoran. Jenis bahan kimia yang digunakan adalah dalam perdagangan disebut Tracer A (LDTA-A = merek dagang). Jumlah yang ditambahkan tidak lebih dari 1,0 mg/kg

149 (5) Fuel System Icing Inhibitor (FSII)
Fungsinya sebagai pencegah pembentukan es, dan juga dapat menurunkan terjadinya ketukan.

150 Salah satu dari beberapa aditif di bawah yang digunakan :
Jenis Salah satu dari beberapa aditif di bawah yang digunakan : Isopropyl Alcohol (IPA,propanol-2-ol) Di-Ethylene Glycol Monomethyl Ether (Di-EGME).

151 Untuk Di-EGME, jumlah penggunaan
Dosis Untuk Di-EGME, jumlah penggunaan 0,10 – 0,15 % vol.

152 (6) Corrosion inhibitor
Fungsinya untuk mengurangi terjadinya korosi pada pipa, tangki dan sebagainya yang berhubungan dengan bahan bakar yang terdapat sejumlah kecil (trace) air. Disamping itu juga digunakan untuk mengurangi terbentuknya kerak atau partikel halus misalnya partikulat. Juga berfungsi untuk memperbaiki sifat pelumasan (lubrisitas) yaitu mengurangi keausan logam. sebagai

153 Dapat pula digunakan. sebagai menaikkan dayahantar listrik
Dapat pula digunakan . sebagai menaikkan dayahantar listrik. Jenisnya adalah Stadis 450. Jumlah penggunaan diijinkan sampai 3 mg/L. Bila bahan bakar mempunyai nilai dayahantar listrik sangat rendah dapat mencapai 5 mg/L

154 (7) Anti Asap (Anti Smoke)
Fungsinya untuk mengurangi asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar. Bahan kimia yang digunakan adalah Ethyl C.I.2 dan Lubrizol 565 (merek dagang)

155 Bahan kimia yang digunakan adalah Biobor JF (merek dagang).
(8) Biosida Fungsinya untuk mencegah tumbuhnya mikrobiologi (bakteri) dalam bahan bakar hidrokarbon. Bahan kimia yang digunakan adalah Biobor JF (merek dagang). Jumlah penggunaan tidak lebih dari 270 mg/L (mengandung unsur Boron 20 ppm).

156 (9) LUBRICITY IMPROVER ADDITIVE
Fungsinya untuk memperbaiki/ meningkatkan sifat lubrisitas Juga berfungsi sebagai corrosion inhibitor Produk dan Dosis.

157 D. SPESIFIKASI AVTUR Spesifikasi UK
Issued by the British Ministry of Defence (DERD Specifications)


Download ppt "PRODUK MIGAS PRODUK GAS."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google