Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan 12 Pemahaman Interkoneksi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan 12 Pemahaman Interkoneksi"— Transcript presentasi:

1 Pertemuan 12 Pemahaman Interkoneksi
Regulasi Telematika Pertemuan 12 Pemahaman Interkoneksi Rima Dias Ramadhani, S.Kom., M.Kom

2 Definisi Hal – hal yang menyangkut dengan interkoneksi jaringan :
Interkoneksi antar jaringan adalah keterhubungan langsung antara dua jaringan yang dikelola oleh penyelenggara yang berbeda. Hal – hal yang menyangkut dengan interkoneksi jaringan : Pada awal kompetisi, peran regulator sangat kritis untuk interkoneksi; New entrance sangat membutuhkan interkoneksi untuk dapat mengakses sebagian besar pelanggan, yang dimiliki oleh incumbent. Dilain pihak incumbent tidak butuh interkoneksi , dan sekaligus tidak ingin disaingi. Pengalaman membuktikan bahwa peran Regulator tetap diperlukan, terutama terkait dengan layanan interkoneksi. Keberhasilan kompetisi dan liberalisasi, tergantung kepada adanya peraturan/pengaturan dari Regulator yang memadai termasuk penegakan hukum.

3 Definisi Interkoneksi sebelum 2006 masih menggunakan formula bagi hasil Semenjak tahun 2006 diberlakukan berdasarkan biaya (berbayar berdasarkan trafik yang dikirim) Interkoneksi pada dasarnya bukan bisnis penyelenggara Interkoneksi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penyelenggara untuk menjamin keterhubungan antar 1 pelanggan dengan pelanggan lainnya.

4 Peran Regulator Regulator menentukan hal-hal berikut :
Prinsip-prinsip untuk mencapai persyaratan yang adil & wajar untuk menggunakan/meng-akses. Menjadi mediator bila diperlukan. Menentukan jadwal negosiasi. Punya kewenangan untuk menentukan siapa Dominan Operator

5 Dasar Hukum Interkoneksi
Pasal 10 : Larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat antara Penyelenggara Telekomunikasi mengacu pada UU no 5 tahun 1999 Pasal 25 : Setiap Penyelenggara jaringan wajib memberi interkoneksi dan berhak mendapatkan interkoneksi dari penyelenggaralainnya, berdasarkan :Efisiensi, Keserasian Teknis, Peningkatan Mutu pelayanan, Persaingan sehat UU 36 / 1999 Pasal 20 : Wajib menjamin tersedianya interkoneksi; Dilaksanakan pada titik Interkoneksi ( POI ). Pasal 21 : Dilarang melakukan diskriminasi. Pasal 22 : Berdasarkan kesepakatan dan dituangkan dalam perjanjian tertulis ; Apabila tidak terjadi kesepakatan, para pihak dapat meminta penyelesaian Menteri atau mencari upaya hukum. PP 52 / 2000 Peraturan menteri Tentang Interkoneksi PM 8 /2006

6 Layanan Interkoneksi Terdapat 3 Layanan dari interkoneksi
Originasi : Pembangkitan panggilan interkoneksi dari jaringan penyelenggara asal Terminating : Pengakhiran panggilan interkoneksi di penyelenggara tujuan Transit : Penyaluran panggilan interkoneksi dari penyelenggara asal kepada penyelenggara tujuan melalui penyelenggara jaringan lainnya

7 Dasar Interkoneksi Pencari Akses
Penyelenggara jaringan / jasa telekomunikasi yang meminta layanan interkoneksi dan akses terhadap fasilitas penting untuk interkoneksi kepada penyelenggara lainnya Penyedia Akses Penyelenggara jaringan / jasa telekomunikasi yang memiliki layanan interkoneksi dan akses terhadap fasilitas penting interkoneksi yang diminta oleh penyelenggara telekomunikasi lainnya Titik Interkoneksi (Point Of Interconnection) Titik atau lokasi dimana terjadi interkoneksi secara fisik, dan merupakan batas bagian yang menjadi milik penyelenggara jaringan yang satu dari bagian yang menjadi milik penyelenggara jaringan dan atau penyelenggara jasa yang lain, yang merupakan titik batas wewenang dan tanggung jawab mengenai penyediaan, pengelolaan, dan pemeliharaan jaringan.

8 Dasar Interkoneksi Titik Pembebanan (Point Of Charge)
Titik referensi yang merupakan lokasi geografis untuk menetepakan besaran biaya interkoneksi dan tanggung jawab terhadap panggilan interkoneksi Sentral Gerbang (Gateway) Interkoneksi Perangkat dalam suatu jaringan yang merupakan gerbang ke jaringan lain, dan langsung berhubungan dengan sentral gerbang jaringan melalui titik interkoneksi. Link Interkoneksi Sistem transmisi yang dipergunakan untuk keperluan interkoneksi Route Jalur dalam jaringan yang diikuti atau harus diikuti untuk menyalurkan pesan atau untuk membangun hubungan antara titk asal dan titik tujuan.

9 Konfigurasi Dasar Interkoneksi (seluler)
ORIGINASI TERMINASI BTS BSC MSC BTS MSC BSC POI B# ON NET Si A (A#) menelpon Si B (B#) POC 2 A# BTS BSC MSC POI POC 1 TERMINATION CHARGE/ INTERCONNECTION CHARGE B# OFF NET POC 3

10 Skema Interkoneksi (originasi dan terminasi)

11 Skema Interkoneksi (Transit)

12 Bisnis Interkoneksi Trafik interkoneksi masih menjadi bisnis yang memberikan porsi pendapatan yang besar terutama bagi penyelenggara net-receiver (mendapatkan terminasi lebih besar daripada originasi).

13 Pengaturan POI dan POC Ketentuan tentang penetapan titik pembebanan atau zona pembebanan serta jumlah titik interkoneksi sesuai yang terdapat dalam FTP (Fundamental Technical Plan) nasional yang berlaku adalah sebagai berikut : Zona Pembebanan (POC) dari Jaringan tetap lokal ditetapkan sesuai dengan penetapan area lokal danal penomoran jaringan tetap lokal, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan geografis Zona Pembebanan (POC) dari Jaringan bergerak seluler didefinisikan dan ditetapkan sendiri oleh penyelenggara jaringan bergerak selular Lokasi titik interkoneksi ditetapkan sepanjang teknis memungkinkan untuk melakukan fungsi dari titik interkoneksi.

14 Pengaturan POI dan POC Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam Pengaturan Zone Pembebanan (POI dan POC) saat ini antara lain : Jumlah POI dan POC interkoneksi untuk setiap operator berbeda-beda. Pada beberapa call skenario masih terdapat pola ruting yang tidak efisien dan menjadi sumber dispute dalam implementasinya Adanya cross subsidy penggunaan network elemen dan pembebanan biaya interkoneksi. POI dan POC Fixed diatur sesuai FTP Nasional sedangkan mobile tidak. Penetapan zone pembebanan selular diatur oleh masing-masing operator sesuai strategi bisnisnya masing-masing. Sering terjadi dispute di lapangan akibat adanya perbedaan diatas. Akibat adanya perbedaan tersebut ada operator yang mengalami defisit dan menanggung beban yang tidak seharusnya. Beban cross subsidy dibebankan kepada konsumen dan operator lainnya.

15 Arah Regulasi Interkoneksi

16 Arah Regulasi Interkoneksi

17 Trend interkoneksi di masa depan
Dengan adanya perubahan jaringan dari yang semula berbasis Time Division Multiplexing menjadi jaringan berbasis IP yang lebih convergence, maka secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur telekomunikasi dari penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi dari yang dulunya bersifat vertikal menuju ke horizontal integrasi

18 Interkoneksi pada NGN

19 Gambaran Umum NGN Jaringan paket data (packet-based network) yang memungkinkan menyediakan layanan termasuk layanan telekomunikasi dan dapat menggunakan broadband, teknologi transport yang didukung Quality of Sevice (QoS enabled) yang mana layanannya (service) independen dari teknologi layer transport-nya. NGN ini memungkinkan pengguna (user) dapat mengakses penyedia layanan yang berbeda-beda, serta mendukung mobilitas standar yang konsisten dari layanan ke pengguna.

20 Gambaran Umum NGN NGN melibatkan perubahan pada arsitektur utama, yakni: pada core network, NGN menyiratkan konsolidasi dari beberapa jaringan transport yang dibangun untuk berbagai layanan ke dalam satu jaringan transport berbasis IP. Pada jaringan akses, terjadi migrasi dari circuit switch (voice) menjadi infrastruktur berbasis packet switch (VoIP). Dengan bersatunya beberapa platform ke dalam platform berbasis IP, membuat struktur NGN menjadi flat.

21 Arsitektur IMS-NGN

22 Gambaran Interkoneksi NGN

23 Interkoneksi NGN pada masa transisi
Pola Interkoneksi Titik Interkoneksi Interkoneksi dengan penyelenggara jaringan berbasis TDM (sirkit switch based) Media Gateway (MGW) Interkoneksi dengan penyelenggara jaringan berbasis NGN (IP based) Border gateway atau Session Border Controller

24 Interkoneksi NGN pada masa transisi

25 IP interconneection Services Oriented Interconnection
Link fisik dan link logik pada domain NGN yang membawa carrier dan layanan provider yang menawarkan layanan melalui NGN dengan kontrol, signalling dengan level interoperabiliti. Pola ini cocok untuk carrier-grade voice dan/atau layanan multimedia melalui interkoneksi IP. Level interoperability tergantung pada layanan, Quality of service, keamanan Connectivity Oriented Interconnection Link fisik dan link logik carrrier dan layanan provider berdasarkan pada konektivity IP sederhana, irrespective level interoperability. Sebagai contoh, interkoneksi IP tipe ini tidak peka untuk layanan end-to-end dan sebagai konsekuensi ,performansi jaringan layanan yang spesifik, persyaratan QoS dan keamanan tidak terjamin. Definisi ini tidak termasuk pada beberapa layanan yang menyediakan definisi level interoperability. Namun, hanya layanan oriented interconnection fully yang di disyaratkan untuk interoperability NGN.

26 Jenis Interkoneksi pada layanan NGN

27 Contoh implementasi IP network architecture

28 A typical IP network architecture
Core Router Edge Router Core ring Edge rings Aggregation rings MSAN Aggregation Router MSAN rings Nodes deployed in redundant pairs Three-tier ring topology Multi-service access node 19 MSANs

29 Network Architecture Hierarchical Network
Redundancy (links, PE-Service, IP Backbone) Coverage purpose (ring topology at Metro-E) Hierarchical IP Network Implementation

30 Main PoP National Topology
Topologi IP PoP Nasional dibangun oleh 3 kota aggregasi utama dengan mengedepankan Non-Stop Services Availability & Reliability di IP Backbone 6 Main PoP, 31 Primary PoP, dan 6 Secondary PoP Connectivity antar PoP: Dibangun dengan topologi ring (fisik dan logic) Setiap path memiliki proteksi DWDM untuk efisiensi routing logik di sisi IP

31 Metro Ethernet Regional Architecture
Regional MetroE dibangun dengan 3 layer Hirarki dan memanfaatkan OTN/WDM untuk reliability, efisiensi biaya, dan kemudahan operasi Implementasi model hirarki dan aggregasi pada Network Metro-E Terdapat tiga layer hirarki / 3 Tier: Tier 1 merupakan aggregasi Tier 2. Tier 2 merupakan aggregasi Tier 3. Sekumpulan Tier 3 yang membentuk ring menuju Tier 2 yang sama disebut Cluster. Komunikasi antar Cluster dilakukan dengan aggregasi melalui Tier 1, tidak terdapat direct communication antar Cluster. Tier 1: Perangkat Metro Tier 1 terletak pada titik IP PoP Sebagai S-PE layanan Metro-E antar region Tidak ada direct terminasi akses (OLT/MSAN/DSLAM) Transport dan proteksi antar Tier menggunakan WDM/OTN Untuk lokasi Akses remote/terpencil dibawa menggunakan transport ke Node Metro-E terdekat Tidak terdapat direct terminasi node pelanggan / Node-B ke perangkat Metro tetapi melalui terminasi node akses (OLT/MSAN/DSLAM)

32 Hirarki Integrasi Network Element

33 CONTOH SESSION CALL FLOW CALL SeSSION TELKOM
Scenario Call : IMS DNS AS MSAN IMS PG to OLO PG MSAN SS PG to MSAN IMS PG MSAN IMS MD to OLO PG HSS KOTA A KOTA B CORE CORE DIAMETER SIP H.248 DIAMETER ALTERNATIF SIP ALTERNATIF H.248 STANDBY Protocol : SIP MSAN SIGNALLING CCS #7 MGCF AGCF AGCF MSAN MGCF MSAN SS SS MSAN MSAN TGW TGW TD/Combine LE RSU OLO LE TDM LE RSU LE RSU RSU RSU OLO

34 TERIMAKASIH


Download ppt "Pertemuan 12 Pemahaman Interkoneksi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google