Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

METODE OBSERVASI DAN PENEDEKATAN PADA MASYARAKAT

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "METODE OBSERVASI DAN PENEDEKATAN PADA MASYARAKAT"— Transcript presentasi:

1 METODE OBSERVASI DAN PENEDEKATAN PADA MASYARAKAT
ARDIYANTO

2 JENIS JENIS OBSERVASI OBSERVASI NON PARTISIPAN OBSERVASI PARTISIPAN
OBSERVASI SISTIMATIK OBSERVASI NON SISTIMATIK OBSERVASI EKSPERIMENTAL

3

4 METODE OBSERVASI

5 KEUNGGULAN OBSERVASI Gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang hanya dapat diselidiki dengan melakukan observasi. Banyak obyek yang dalam memberikan bantuan data hanya bersedia diobservasi Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observer. Observasi tidak tergantung pada self report (kesediaan obyek untuk memberikan informasi tentang dirinya), sehingga data yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh penafsiran dan kejujuran obyek yang diselidiki. Banyak kejadian-kejadian yang mungkin dipandang kecil yg tdk dapat diungkapkan dengan mempergunakan alat pengumpulan data yg lain, ternyata sangat menentukan hasil penelitian dan hanya mungkin diungkapkan melalui observasi..

6 METODE OBSERVASI

7 METODE OBSERVASI

8 HAL HAL YG PERLU DIPERHATIKAN DALAM OBSERVASI
Observer harus meyakini bahwa penglihatan dan pendengarannya berfungsi secara baik, agar tidak satu pun data yang lepas dari pengamatannya. Setiap observer sangat memerlukan alat pencatatan data yang efisien, untuk menghindari kelupaan bilamana hanya mempergunakan mata dan telinga. Observer harus menyadari bahwa tidak semua alat sama baiknya untuk melakukan pencatatan. Observer yang berada dalam kondisi fisik letih, sakit, mengantuk, sedih, marah dan lain-lain sulit untuk melakukan pengamatan yang cermat.

9 CIRI CIRI MASYARAKAT DESA
Sederhana Mudah curiga Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya Mempunyai sifat kekeluargaan Lugas atau berbicara apa adanya Tertutup dalam hal keuangan mereka Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota Menghargai orang lain Demokratis dan religius Jika berjanji, akan selalu diingat

10 METODE OBSERVASI

11 CIRI CIRI MASYARAKAT KOTA
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Manusia individual (perorangan). Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya . Jalan pikiran rasional, menyebabkan interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

12 Kontrol Sosial yang Ketat Gotong Royong Ikatan Sosial Magis Religius
KESIMPULANYA CIRI CIRI MASYARAKAT PEDESAAN ADALAH: Homogenitas Sosial Hubungan Primer Kontrol Sosial yang Ketat Gotong Royong Ikatan Sosial Magis Religius Pola Kehidupan

13 METODE OBSERVASI

14 Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat desa
TUJUAN PENDEKATAN PADA MASYARAKAT Untuk mengetahui adat istiadat masyarakat desa Agar dapat beradaptasi dengan masyarakat. Untuk mengetahui norma norma yang ada pada masyarakat desa Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong Memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

15 1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat desa
1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat desa.Tujuanya untuk memperoleh suatu dukungan dari tokoh masyarakat. Pendekatan pada tokoh masyarakat dapat berupa: • Nonformal. • Formal dengan surat resmi • Tatap muka antara provider dan tokoh masyarakat • Kunjungan rumah untuk menjelaskann maksud dan tujuan KKN. • Pertemuan antara provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan altenatif pemecahan masalah dalam rangka perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. • Menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara agama ,perkawinan,kematian dsb.

16 JENIS JENIS PENDEKATAN PADA MASYARAKAT
Specifict Content Approach Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada kasus DBD General Content objektive approach Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam berbagai bidang dalam wadah tertentu. Proses Objective approach Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai kemampuan. Contoh : kader

17 METODE OBSERVASI

18 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN
a.      Penyebab dari dalam 1.      Bertambah/berkurangnya jumlah penduduk dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat.Perubahan ini menyebabkan perubahan dalam struktur dan lembaga kemasyarakatan, seperti: pembagian kerja, stratifikasi sosial dll. 2.      Penemuan-penemuan baru (innovation), proses ini meliputi suatu penemuan baru, adanya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai oleh masyarakat. Penemuan baru ini dibedakan menjadi: -          discovery : penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat atau gagasan yang diciptakan seorang/beberapa individu. -          Invention : suatu proses di mana masyarakat telah  mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru  tersebut. 3.      Pertentangan ( konflik ) di kalangan masy`rakat, pertentangan bisa terjadi antara individu kelompok atau kelompok dengan kelompok. 4.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi.

19 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA
Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri . Menghasilkan lebih banyak tenaga – tenaga masyarakat setempat yang mampu, terampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa. Menurunkan angka kekurangan gizi pada anak balita. Masyarakat perlu dikembangkan keadarannya akan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya, untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka

20 Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
a.       Kontak dengan kebudayaan lain. b.      Pendidikan formal yang maju. c.       Menghargai inovasi. d.      Toleransi terhadap penyimpangan. e.       Sistem pelapisan sosial yang terbuka. f.       Penduduk yang heterogen. g.      Orientasi ke masa depan. h.      Selalu berusaha yang pantang menyerah guna meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik. i.        Tidak cepat puas terhadap keberhasilan

21 . Faktor yang menghambat Perubahan Sosial
a.   Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. b.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. c.       Sikap masyarakat yang tradisional. d.      Komposisi penduduk yang homogen. e.       Takut terjadi goncangan integrasi sosial. f.       Prasangka buruk terhadap hal baru/asing. g.      Sistem sosial tertutup. . h.      Kebiasaan/ adat istiadat yang sudah tertanam kuat dalam diri masyarakat tersebut ( kebudayaan yang sudah mendarah daging).    

22 Menurut Redfield sentiment komunitas mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :
1.      Seperasaan, yaitu karena seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut sehingga kesemuannya dapat menyebutkan dirinya sebagai kelompok kami (warga). 2.      Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok yanag dijalankan. 3.      Saling butuh, yaitu individu yang tergantung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya meliputi fisik maupun psikologinya.       

23 Bentuk- bentuk solidaritas sosial yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat desa, diantaraanya adalah : 1.  Kegiatan Soyo, yang biasanya di terapkan saat ada salah satu warganya yang sedang membangun rumahnya. Biasanya para warga berdatangan tanpa diundang. 2.      Kegiatan Tahlilan kematian, hal ini dilakukan apabila ada salah satu ang­gota keluarga warga yang meninggal dunia, para warga berdatan­gan untuk menyumbangkan do’a. 3.      Kegiatan  bersih desa yang dilakakan sebagai ucapan syukur para warga ka­rena telah mendapatkan hasil panen yang memuaskan, dan berharap agar hasil panen tersebut melimpah ruah. 4.      Kegiatan  Baksos (Bakti Sosial) dilakukan untuk membantu para warga yang tidak mampu dan benar-benar membutuhkan. 5.      Kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), untuk para warga masyara­kat yang mempunyai balita agar anak- anak mereka menda­patkan asupan gizi yang seimbang. 6.      Balai pengobatan gratis dikhususkan untuk para warga yang belum mampu berobat di tempat yang belum bisa mereka jangkau loginya.       

24 KEGIATAN BAKSOS

25 Pelaksanaan Pengembangan M asyarakat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program pembangunan. Secara garis besar, yaitu   1.Perumusan masalah. PM dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. 2.Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut.  3.Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. 4. Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.   5. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang program kegiatan, daya manusia.   6. Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.   7.Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau proses dan hasil pelaksanaan program.

26 Partisipatoris Pendekatan pembangunan partisipatoris harus dimulai dari orang-orang yang paling mengetahui sistem kehidupan mereka sendiri Partisipasi transformasional (bukan partisipasi instrumental): partisipasi dipandang sebagai tujuan, dan sebagai sarana mencapai tujuan yang lebih tinggi (swadaya dan berkelanjutan) Partisipasi yang dikonstruksikan dalam kerangka good governance system

27 Pengembangan Kapital Sosial
Membangun dan menciptakan trust Mengembangkan jejaring sosial (networking) Berbasiskan norma-norma masyarakat (norms)

28 Adapun pendekatan yang gunakan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat (KKN) adalah
1.  Community Development, yaitu pendekatan  yang berorientasi kepada upaya-upaya  pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek dan sekaligus obyek  pembangunan dan melibatkan mereka secara langsung dalam berbagai  kegiatan  pengabdian masyarakat  sebagai upaya meningkatkan  peran serta mereka  dalam pembangunan  demi kepentingan mereka sendiri. 2.  Pesuasif, yaitu pendekatan yang bersifat seruan dan ajakan dengan  hikmah dan bijaksana tanpa  dilandasi unsur paksaan dalam bentuk apapun, agar masyarakat termotivasi  untuk berusaha meningkatkan  kualitas mereka, baik dalam hal keberagamaan, ekonomi maupun pembangunan secara umum. 3. Edukatif,  yaitu pendekatan yang  dalam program maupun  pelaksanaan pengabdian  mengandung unsur pendidikan  yang dapat mendinamisasikan  masyarakat menuju  kemajuan yang dicita-citakan. 4. Partisipatif, yaitu pendekatan yang berorientasi kepada upaya peningkatan peran  serta masyarakat  secara langsung  dalam berbagai proses dan pelaksanaan  pengabdian 5. Normatif, yaitu pendekatan yang didasarkan kepada norma, nilai, hukum dan  peraturan perundangan yang berlaku.

29 Faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat 

30 BENTUK –BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DESA
1. PERAN SERTA KARENA TERPAKSA ( HANYA ANCAMAN ATAU SAKSI) 2. PERAN SERTA KARENA IMBALAN ( BAIK DALAM BENTUK MATERI MAUPUN JASA 3.PERAN SERTA KARENA KESADARAN ( TANPA ADA PAKSAAN

31 Berdasarkan asumsi-asumsi : (1) Karakteristik komunitas; (2) Relasi kekuasaan; dan (3) Sikap dan sistem nilai klien, maka strategi pengembangan masyarakat (Chin & Benne, 1961) : Rational-empirical Normative-reeducative Power-coercive

32 Strategi Pengembangan Masyarakat dalam Kerangka Paradigm Shift
“Meningkatkan kemampuan dan potensialitas warga dalam rangka membangun semangat berpartisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang berpengaruh terhadap kehidupannya dan mengimplementasikan keputusan tersebut” Mengembangkan pemberdayaan masyarakat BUKAN mempertahankan hubungan ketergantungan antara komunitas dengan stakeholder lainnya (pemerintah, LSM, dan swasta)

33 Asumsi-Asumsi Dasar Strategi Pengembangan Masyarakat
PRODUCTION CENTERED DEVELOPMENT (Pembangunan Konvensional) PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT (Pembangunan Alternatif) Asumsi tentang Masyarakat (Komunitas) Berangkat dari pandangan bahwa komunitas terbelakang, pengetahuannya rendah, tradisional, dan bodoh Untuk memajukan mereka diperlukan pengetahuan dari luar Komunitas dibangun bukan karena mereka bodoh dan tidakmampu. Akan tetapi kemampuan yang tersedia perlu dioptimalkan agar mereka berkembang sesuai dengn pengetahuan mereka Pengetahuan lokal (local knowledge) dan teknologi tepat guna sebagai basis pengembangan mereka.

34 ASUMSI PRODUCTION CENTERED DEVELOPMENT PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT
(Pembangunan Konvensional) PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT (Pembangunan Alternatif) Konsekuensi Perencanaan Perencanaan bersifat top-down dan sentralistis Direncanakan oleh tenaga ahli atau akademisi tanpa mempertimbangkan apa yang dimiliki masyarakat Lebih mengutamakan perencanaan untuk pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa kemajuan masyarakat diukur menurut kemajuan ekonomi semata Lebih menekankan pada aspek lokalitas Perencanaan dilakukan secara otonomi, berdasarkan potensi lokalitas dengan menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan Pemikiran otonomi lebih ditekankan pada perencanaan kegiatan berdasarkan kebutuhan masing-masing

35 ASUMSI PRODUCTION CENTERED DEVELOPMENT PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT
(Pembangunan Konvensional) PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT (Pembangunan Alternatif) Konsekuensi Perlakuan terhadap Masyarakat Menempatkan birokrat ataupun tenaga ahli dari luar sebagai pihak yang dilayani masyarakat karena mereka dianggap telah berbuat banyak untuk kepentingan komunitas Menempatkan birokrat ataupun tenaga ahli dari luar sebagai pengatur kepentingan masyarakat dan sebagai aktor yang melakukan fungsi pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat Implikasi bagi Kehidupan Sosial Menjadikan masyarakat sangat bergantung pada pemerintah Memendam konflik semu yang setiap saat bisa menjadi ledakan konflik kepentingan Sejak awal mengakomodasi daya kritis masyarakat Masyarakat mampu menolak jika terjadi tekanan atau eksploitasi dari luar yang tidak menguntungkan mereka

36 Beragam Pendekatan Pengembangan Masyarakat dapat Diklasifikasikan sebagai “3 basic models” (Rothman, 1970) : (1) Pembangunan Lokalitas (Locality Development) (2) Perencanaan Sosial (Social Planning) (3) Aksi Sosial (Social Action

37 The Self-Help Approach The Technical Assistance Approach
Three Approaches of Community Development (Christenson & Robinson, 1989) The Self-Help Approach The Technical Assistance Approach The Conflict Approach

38 Task/Process Orientation Sustainability of Change
Approaches Roles of Change Agent Task/Process Orientation Typical Clientele Speed of Change Sustainability of Change Self-Help Facilitator, educator Process Middle-class Slow Excellent Technical Assistance Advisor, consultant Task Leaders, administra-tors Moderate Good Conflict Organizer, advocate Process and task Poor, minorities Fast Weakt

39 Enam Pendekatan Untuk Pengembangan Masyarakat (Long et al., 1973)
The Community Approach The Information Self-Help Approach The Special-Purpose, Problem-Solving Approach The Demonstration Approach The Experimental Approach The Power-Conflict Approach

40 The Community Approach (CA)
CA berlandaskan kepada partisipasi penduduk lokalitas CA menekankan kepada partisipasi anggota komunitas dalam penetapan & pemecahan masalah melalui prosedur demokratis & kepemimpinan lokal Fokus CA adalah kepada unit-loyalty, collective identity, dan place

41 The Information Self-Help Approach (ISHA)
Dalam ISHA beragam informasi dimanfaatkan oleh partisipan yang berpengetahuan dalam kehidupan komunitas yang dapat menciptakan perbedaan arahan & kualitas hidup Komunitas dikonseptualisasikan sebagai “systemic stream” ISHA menekankan kepada pemahaman yang baik dari anggota komunitas tentang proses-proses & isu CD

42 The Special-Purpose, Problem-Solving Approach (SPPS)
Pendekatan SPPS berlandaskan kepada pertimbangan rasional bersama untuk pemecahan masalah CD dipandang sebagai suatu “expertise” yang mengimplementasikan metode pemecahan masalah terhadap masalah & kebutuhan spesifik agar terjadi perubahan yang cepat atas komunitas tersebut

43 The Demonstration Approach (DA)
Dalam DA, CD merupakan proses pengkajian & pengambilan keputusan kelompok untuk mencapai kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya dalam komunitas; DA menggunakan metode-metode display untuk menunjukkan prosedur kerja tertentu yang mungkin menghasilkan sesuatu perubahan; dan Aplikasi penting dari DA adalah dalam adaptasi model untuk tujuan-tujuan anggota komunitas

44 The Experimental Approach (EA)
EA berlandaskan kepada suatu prinsip bahwa pengembangan teori tidak dapat dipisahkan dari proses pengembangan di lapangan; EA secara metodologis didisain “compatible” dengan pendekatan lain dalam CD; EA menghasilkan suatu framework yang dapat memverifikasi & menetapkan prosedur CD yang kemudian dicoba di lapangan

45 Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, adalah
a) Cakupan. Semua orang atau semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan. b) Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog. d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi. e) Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power). f) Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain. g) Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia

46 Unsur-unsur dasar partisipasi sosial adalah: 1
Unsur-unsur dasar partisipasi sosial adalah: 1. Kepercayaan diri masyarakat; 2. Solidaritas dan integritas sosial masyarakat; 3. Tanggungjawab sosial dan komitmen masyarakat; 4. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan dan membangun atas kekuatan sendiri; 5. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan diakui sebagai/menjadi milik masyarakat; 6. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan, dalam pengertian bukan kepentingan umum yang semu karena penunggangan oleh kepentingan perseorangan atau sebagian kecil dari masyarakat; 7. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha; 8. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan; 9. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan umum masyarakat.

47 The Power-Conflict Approach (PCA)
PCA adalah suatu pendekatan yang didisain untuk membantu mengembangkan suatu framework yang akan mensintesis beberapa komponen yang mempengaruhi intervensi komunitas sehingga mampu menciptakan suatu unit yang komprehensif & managable; Dalam PCA kekuasaan dipahami sebagai titik pusat perubahan komunitas; dan PCA memandang CD sebagai suatu bentuk intervensi sosial & memiliki suatu organisasi komunitas yang menekankan kepada aksi & sumberdaya lokal

48 Contoh-Contoh Implementasi Pengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat Berbasis Gerakan Keagamaan Pengembangan Masyarakat Berbasis Gerakan Perempuan Pengembangan Masyarakat Berbasis Penerapan Teknologi Tepat Guna

49 TERIMAKASIH


Download ppt "METODE OBSERVASI DAN PENEDEKATAN PADA MASYARAKAT"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google