Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH"— Transcript presentasi:

1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH

2 PENDAHULUAN DEMAM DENGUE adalah penyakit febris virus akut, sering disertai sakit kepala, nyeri tulang / sendi, otot ruam & leucopenia

3 DITANDAI 4 MANIFESTASI KLINIS UTAMA
Demam tinggi Fenomena hemoragik Sering dengan hepatomegali Pada kasus berat ada tanda2 kegagalan sirkulasi -> dapat mengalami syok hipovelemik yg diakibatkan kebocoran plasma -> sindrom syok dengue (dapat menjadi fatal)

4 Perjalanan penyakit cepat & dapat menimbulkan kematian
Sesuai dengan UU No. 4 th 1984 tentang wabah penyakit menular, Peraturan Menkes no. 560 tahun 1986 & SK Menkes No. 581 tahun 1992 : semua penyakit yg dapat menimbulkan wabah termasuk DBD, harus segera dilaporkan dalam waktu < 24 jam

5 Data2 kasus diperlukan untuk memantau situasi penyakit DBD sehingga KLB dapat dideteksi secara dini
Epidemi dengue pertama kali di Batavia tahun 1979

6 DHF mula-mula dikemukakan oleh Quintos dkk di Manila pada anak2 tahun 1954
Penyakit dengue : merupakan penyakit endemik di Indonesia, dalam 5-20 tahun dapat menimbulkan letusan epidemi

7 DHF pertama kali di Indonesia : di Surabaya tahun 1968
Tahun 1980 di seluruh Indonesia kecuali di Timor Timur Tahun 1996 : kasus, meninggal Tahun 1998 : kasus , meninggal

8 Tahun 1999 : kasus Tahun 2000 : kasus Tahun 2001 : kasus Tahun 2002 : kasus Tahun 2003 : kasus Tahun 2004 : s/d 5 Maret kasus , 389 meninggal

9 KLB DHF terbesar : tahun 1998 : Incidence Rate (IR) = 35,19/100
KLB DHF terbesar : tahun 1998 : Incidence Rate (IR) = 35,19/ penduduk & CFR = 2% Tahun 1999 : IR = 10,17% Tahun 2000 : IR = 15,99 Tahun 2001 : IR = 21,66 Tahun 2002 : IR = 19,24 Tahun 2003 : IR = 23,87

10 DEFINISI Tersangka (probable) : Bila ada episode demam disertai :
Sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, arthralgia, rash, manifestasi perdarahan, atau leucopenia Ditunjang laboratorium serologis Ig M – Ig G, atau ada kasus lain yg terbukti DD di sekitarnya

11 Terbukti (confirmed) Dapat dilaporkan (reportable)

12 PENYEBAB Virus dengue (famili Flaviviridae) -> 4 serotipe : Den 1, Den 2, Den 3, Den 4 -> struktur antigennya mirip, tetapi antibodinya tidak dapat saling memberikan perlindungan silang (tergantung serotipe, waktu & daerah sebaran)

13 Den 1 & 2 ditemukan di Irian (saat Perang Dunia 2)
Den 3 & 4 ditemukan di Filipina (1953 – 1954) Keempat serotipe telah ditemukan di Indonesia Dengue 3 paling banyak ditemukan

14 VIRUS DENGUE Berbentuk batang Termolabil
Sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter & natrium dioksikolat Stabil pada suhu 70 derajat Celcius

15 PENULARAN Melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, juga oleh Aedes albopictus yg hdp di kebun Kedua jenis nyamuk ini terdapat di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di ketinggian > 1000 m di atas permukaan laut

16 Orang yg kemasukan virus dengue untuk 1 kali, umumnya hanya sakit demam dengue / demam ringan dengan tanda / gejala yg tidak spesifik atau bahkan (asimptomatis) -> bisa sembuh sendiri dalam 5 hari tanpa pengobatan

17 Tapi bila sebelumnya sudah pernah kemasukan virus dengue, lalu kemasukan virus dengue dengan tipe lain -> terserang penyakit demam berdarah dengue (teori infeksi sekunder)

18 GEJALA DAN TANDA Demam ( 2 - 7 hari, biasanya bifasik)
Kecenderungan perdarahan, sekurang-kurangnya: Uji tourniquet positif Petekie, ekimosis, dan purpura

19 Perdarahan mukosa, saluran pencernaan, & lokasi bekas tusukan jarum
Hematenesis atau melena Trombositopenia Ada kebocoran plasma, sekurang-kurangnya: Nilai hematokrit (Ht) meningkat Efusi pleura, asites, & hipoproteinemia

20 KRITERIA DIAGNOSIS (WHO, 1997)
KRITERIA KLINIS : Demam tinggi, mendadak, tanpa sebab jelas, terus menerus 2-7 hari Terdapat manifestasi perdarahan Terdapat pembesaran hati Syok

21 KRITERIA LABORATORIS Trombositopenia ( < 100.000)
Hematokrit meningkat > 20%

22 Orang dinyatakan menderita DBD bila minimal 2 kriteria klinis & 1 kriteria laboratorium terpenuhi
Bila syarat kurang -> Demam Dengue (DD)

23 PENCEGAHAN Mengendalikan vektor (memberantas jentik di tempat perkembangbiakan) dengan PSN-DBD 1 kali / minggu oleh setiap keluarga & masyarakat umum

24 KEGIATAN PENCEGAHAN DBD
1) Menemukan & menolong penderita dengan : Memberi minum 1,5 – 2 liter / 24 jam (air susu, teh dengan gula, air putih, oralit)

25 Memberi kompres air dingin atau air es
Memberi obat penurun panas sesuai dosis Membawa ke Puskesmas / Rumah Sakit Gastroenteritis oral solution -> garam elektrolit (oralit 1 sendok makan / 3 – 5 menit) 2) Pelacakan penderita / PE

26 3) Fogging Fokus (FF) 4) Abatisasi selektif (SS) 5) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) 6) Membentuk Pokja DBD di semua level administrasi 7) Penggerakan PSN-DBD dengan “3 M PLUS” 8) Penyuluhan Kesehatan

27 “3 M” Menguras bak mandi / tempat penampungan air
Menutup rapat tempat penampungan air Menimbun barang yg dapat menampung air, mengganti air vas bunga / air tempat minum hewan piaraan PLUS : Peran Serta Masyarakat, LSM, kader, toma / toga dalam PSN-DBD

28 YANG DILAKUKAN : Memberi informasi & penyuluhan kepada masyarakat tentang DBD Membentuk kelompok kegiatan (Poktan) PSN-DBD tingkat RT / RW / dusun / lingkungan, ibu2 PKK, karang taruna, dawis, dll

29 Mengajak masyarakat kerja bakti membersihkan lingkungan secara berkala
Menggerakkan kelompok dawis untuk melaksanakan kunjungan rumah secara berkala guna pemeriksaan jentik

30 STRATEGI PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
SECARA BIOLOGI Proteksi musuh alami, manipulasi genetika, agen mikroorganisme, ikan pemakan jentik Pengurangan sumber

31 Penimbunan tanah, pembuatan saluran, pengeringan berkala, pengolahan air tanah
Penyuluhan kesehatan ke masyarakat, anak sekolah melalui TV, media massa, dll Perlindungan personil, misal: repellent & kelambu

32 SECARA KIMIA IGR Larvasida Insektisida dll

33 PROGRAM LINTAS SEKTORAL DENGAN PIHAK TERKAIT
Pola tanam (diselingi palawija) Minapadi (dengan penebaran ikan pemakan jentik) Pengaturan irigasi

34 Penempatan ternak dengan benar
Pemanfaatan kolam ikan secara intensif Pembersihan lumut kolam Pelestarian hutan bakau

35 PENGOBATAN Kehilangan volume plasma : dengan penggantian dini & efektif dengan plasma ekspander / cairan & larutan elektrolit Resusitasi syok secara dini, cepat & perbaikan gangguan metabolik & elektrolit -> mencegah koagulasi intravaskuler diseminata

36 Prognosis tergantung pengenalan & pengobatan syok
Cairan untuk penggantian volume cepat : Salin fisiologis Laktat ringer atau asetat ringer Larutan glukosa 5% diencerkan 1:2 atau 1:1 dalam salin fisiologis Plasma, subtitusi plasma (misal : dekstran 40) atau albumin 5% (50 g/l)

37 Haus & dehidrasi karena demam tinggi, anoreksia & muntah -> harus diberi cairan peroral terutama elektrolit / jus buah Pada demam akut -> risiko kejang Antipiretik diberikan pada hiperpireksia, terutama dengan riwayat kejang demam Salisilat harus dihindari karena dapat menyebabkan perdarahan & asidosis atau mencetuskan sindrom reye

38 Parasetamol untuk menurunkan demam dengan dosis :
< 1 tahun : 60 mg/dosis 1 – 3 tahun : 60 – 120 mg/dosis 3 – 6 tahun : 120 mg/dosis 6 – 12 tahun : 240 mg/dosis Bila lebih dari 39 derajat Celcius, tidak lebih dari 6 dosis / 24 jam

39 Terapi oksigen -> untuk pasien syok
Tranfusi darah -> utk perdarahan klinis yg signifikan. Tranfusi darah lengkap segar dan jumlah yang diberikan harus tidak melebihi seperti konsentrasi sel darah merah normal. Plasma segar beku atau trombosit konsentrat dapat diindikasikan pada kasus dimana koagulasi menyebab-kan perdarahan pasif.

40 PROGRAM PEMBERANTASAN
TUJUAN Menurunkan morbiditas & mortalitas Mencegah & menanggulangi KLB Meningkatkan PSM dalam PSN

41 SASARAN Nasional : (1) Morbiditas di kecamatan Endemis kurang dari 2 / penduduk (2) CFR < 2,5 %

42 Propinsi : (1) Morbiditas di kecamatan Endemis kurang dari 2 / penduduk (2) CFR < 2 % (3) Angka bebas jentik di kecamatan Endemis > 95%

43 STRATEGI Kewaspadaan dini 2. Penanggulangan KLB 3. Peningkatan ketrampilan Petugas 4. Penyuluhan

44 KEGIATAN : Meningkatkan kerja sama Lembaga Pemerintah & Lembaga Swasta Pelatihan / penyegaran Pemantapan manajemen & pencatatan-pelaporan

45 Pemantapan manajemen supply oralit
Peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini dalam Kejadian Luar Biasa Peningkatan KIE

46 KEGIATAN Penemuan & pertolongan penderita Pelacakan penderita (PE) Fogging focus (FF) Abatisasi selektif (AS) Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)  HI (house index)

47 Pembentukan pokja DBD di semua level administrasi
Penggerakan PSN  3 M Penyuluhan PE / AS: dilakukan bila ada tersangka DBD, pada radius 100 m / 20 rumah tersangka FF : dilakukan pada 1 RW/ 1 dukuh / 400 rumah / 16 Ha

48 Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)  3 bulan / 1 kali
PSN di kecamatan Endemis & sporadis

49 MONITORING & EVALUASI INDIKATOR PEMERATAAN Jumlah penderita yg di PE 1. PE : x 100% Jumlah penderita yg dilaporkan 2. Fogging Focus

50 INDIKATOR EFEKTIVITAS PERLINDUNGAN
Cakupan rumah yg di FF / AS / PSN x 100% Jumlah rumah yg seharusnya di FF / AS / PSN

51 INDIKATOR EFISIENSI PROGRAM
Angka Kepadatan Jentik (HI) Jumlah rumah positif jentik x 100 % Jumlah rumah yg diperiksa

52 ANGKA KESAKITAN DBD Jumlah kesakitan DBD x penduduk Jumlah pddk

53 ANGKA KEMATIAN DBD Angka kematian DBD x 100 % Jumlah penderita

54 PENANGGULANGAN KLB : Penemuan & pertolongan penderita Penyuluhan PSN dengan gerakan 3 M Fogging Abatisasi


Download ppt "EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google