Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PELAYANAN KESEHATAN DI PENGUNGSIAN
MARDIANA MUSTAFA PELAYANAN KESEHATAN DI PENGUNGSIAN
2
PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI PENGUNGSIAN
Pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi: Pelayanan pengobatan Bila pola pengungsian terkonsentrasi di barak-barak atau tempat-tempat umum, pelayanan pengobatan dilakukan di lokasi pengungsian dengan membuat pos pengobatan. Pelayanan pengobatan dilakukan di Puskesmas bila fasilitas kesehatan tersebut masih berfungsi dan pola pengungsiannya tersebar berada di tenda-tenda kanan kiri rumah pengungsi. Pelayanan imunisasi Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi campak tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun kegiatan vaksinasi lainnya tetap dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompok kelompok rentan dalam pengungsian. Pelayanan kesehatan ibu dan anak Kegiatan yang harus dilaksanakan adalah: Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca-keguguran) Keluarga berencana (KB) Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS Kesehatan reproduksi remaja
3
Lanjutan…. Pelayanan gizi
Tujuannya meningkatkan status gizi bagi ibu hamil dan balita melalui pemberian makanan optimal. Setelah dilakukan identifikasi terhadap kelompok bumil dan balita, petugas kesehatan menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi.Pada bayi tidak diperkenan diberikan susu formula, kecuali bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya, ibu bayi dalam keadaan sakit berat. Pemberantasan penyakit menular dan Pengendalian vektor Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain: campak, diare, cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus. Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pada pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian harus melaporkan kepada Puskesmas/Pos Yankes di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan pengendalian. Pelayanan kesehatan jiwa Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi korban bencana, umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban bencana yang memerlukan pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos kesehatan untuk kasus kejiwaan ringan. sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk ke Rumah Sakit terdekat yang melayani kesehatan jiwa.
4
Lanjutan… Pelayanan promosi kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan bagi para pengungsi diarahkan untuk membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini mencakup: ▪ Kebersihan diri ▪ Pengolahan makanan ▪ Pengolahan air minum bersih dan aman ▪ Perawatan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan rutin, imunisasi)
5
Lanjutan… ▪ Pelayanan kesehatan masyarakat
Berfungsi untuk mencegah pertambahan (menurunkan) tingkat kematian dan jatuhnya korban akibat penyakit Menggunakan standar pelayanan puskesmas 1 (satu) Pusat Kesehatan Pengungsi untuk orang 1 (satu) Rumah Sakit untuk orang ▪ Kesehatan reproduksi Kegiatan yang harus dilaksanakan mencakup: Keluarga Berencana (KB) Kesehatan Ibu dan Anak: pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca keguguran Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS Kesehatan reproduksi remaja ▪ Kesehatan jiwa Bentuk kegiatan berupa penyuluhan, bimbingan dan konseling yang dilakukan pada kelompok besar (>20 orang), kelompok kecil (5-20 orang) dan Konseling perorangan.
6
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
▪ Vaksinasi Sebagai prioritas pada situasi pengungsian, bagi semua anak usia 6 bulan – 15 tahun menerima vaksin campak dan vitamin A dengan dosis yang tepat. ▪ Masalah umum kesehatan di pengungsian Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian memerlukan tindakan pencegahan. Contoh penyakit tersebut antara lain, diare, cacar, penyakit pernafasan, malaria, meningitis, tuberkulosa, tifoid, cacingan, scabies, xeropthal-mia, anemia, tetanus, hepatitis, IMS/HIV-AIDS ▪ Manajemen kasus Semua anak yang terkena penyakit menular selayaknya dirawat agar terhindar dari risiko penularan termasuk kematian. ▪ Surveilans Dilakukan terhadap beberapa penyakit menular dan bila menemukan kasus penyakit menular, semua pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian, harus melaporkan kepada Puskesmas dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai penanggung jawab pemantauan dan pengendalian
7
MENJAMIN PELAYANAN KESEHATAN BAGI PENGUNGSI
Pelayanan kesehatan dapat disediakan dengan menugaskan relawan dan pekerja kesehatan pemerintah yang berada di pengungsian atau meluaskan kapasitas dari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Fokus dari pelayanan kesehatan harus tertuju kepada pencegahan penyakit menular yang spesifik dan pengadaan sistem informasi kesehatan. Apabila pengungsi dalam jumlah besar dikondisikan untuk tetap tinggal di penampungan sementara untuk jangka panjang, terutama di daerah yang tidak terlayani dengan baik oleh fasilitas kesehatan yang ada, maka pengaturan khusus harus diadakan.
8
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
9
AIR BERSIH DAN SANITASI
LINGKUP : Penyediaan air bersih Pembuangan kotoran Pembuangan sampah Pembuangan limbah Pemberantasan vektor Sanitasi makanan Penyuluhan kebersihan lingk.
10
LANJUTAN… Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan. Sumber air bersih: berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau, laut, dan lain-lain), sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera dilakukan pengamanan terhadap sumber-sumber air tersebut dari kemungkinan terjadinya pencemaran, Bila sumber yg jauh dari pengungsian harus dilakukan pengangkutan dgn mobil tangki Pengolahan dapat dilakukan dgn penyulingan (water purifier/water treatment plant) Standar minimum kebutuhan air bersih Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau pengungsian kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5 liter/orang/hari. Pada hari kedua dan seterusnya harus segeradiupayakan untuk meningkatkan volume air sampai sekurang kurangnya 15–20 liter/orang/ hari. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka melayani korban bencana dan pengungsian, volume air bersih yang perlu disediakan di Puskesmas atau rumah sakit: 50 liter/org/hari.
11
Water treatment Germany Army
13
Water treatment designed by BPPT-Indonesia
14
PENGAWASAN DAN PERBAIKAN KUALITAS AIR
Langkah yang perlu dilakukan : Buang atau singkirkan sumber-sumber atau bahan pencemar. Desinfeksi sarana air bersih yang ada : sumur/mata air/ air di mobil tangki, di tangki penampungan air, dan system distribusinya Periksa kadar sisa klor bilamana air dari dikirim dari PDAM. Lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik-titik distribusi.
15
Perbaikan Kualitas Air
Penjernihan Air Cepat Aluminium Sulfat (Tawas) Poly Aluminium Chlorida (PAC) Desinfeksi Air Kaporit (Ca(OCL)2) Aquatabs (aqua tablet)
18
Pengawasan kualitas air bersih
Titik pengawasan : Pada awal distribusi air : Titik pada jalur distribusi air Pada akhir distribusi, Pemeriksaan kualitas air yang secara berkala perlu dilakukan: Sisa klor : Kekeruhan dan pH : Bakteri coli tinja :
19
SARANA PEMBUANGAN KOTORAN / JAMBAN / SARANA SANITASI : Pengelolaan pembuangan tinja merupakan upaya pencegahan penyakit, terutama Diare Tiap jamban harus dilengkapi dengan penyediaan air. Penggunaan jamban : 1 buah untuk 20 orang.
22
PEMBUANGAN SAMPAH: Sampah harus dikelola dengan baik, karena merupakan tempat perindukan lalat dan tikus. Di tempat penampungan pengungsi harus disediakan tempat sampah, berupa: bak sampah (kapasita L) untuk org/hr kantong sampah : 1 lembar untuk 1 keluarga (3 hr)
23
PEMBERANTASAN VEKTOR (1)
Vector merupakan binatang / serangga penular penyakit. Contoh : lalat, nyamuk dan tikus. Keberadaan vektor tersebut, antara lain terkait Dengan pemilihan lokasi penampungan pengungsi (contoh : dekat dengan breeding places nyamuk)
25
PEMBERANTASAN VEKTOR (2)
LALAT : - Perbaikan pegelolaan pembuangan sampah. - Penyemprotan insektisida pada tempat pengumpulan sampah. NYAMUK: - Penyemprotan insektisida Memodifikasi breeding places. Menggunakan kelambu.
26
PENGELOLAAN MAKANAN Pengawasan ketat perlu diberikan pada dapur
umum yang menyediakan makanan bagi pengungsi. Pengawasan diarahkan untuk: Kualitas dan keamanan bahan makanan. Kebersihan peralatan /perabotan Kebersihan penjamah makanan. Tempat pengolahan dan penyimpanan makanan. Ketersediaan air bersih
27
PEMBUANGAN AIR LIMBAH. Risiko kesehatan : tercemarnya air bersih
PEMBUANGAN AIR LIMBAH. Risiko kesehatan : tercemarnya air bersih. Harus dibuang/ disalurkan ke tempat tertentu,misal dengan membuat sumur peresapan dengan jarak > 30 meter dari tenda dan sumber air bersih.
31
SURVEILANS PENYAKIT DAN FAKTOR RISIKO
Pengumpulan data Data kesakitan dan kematian dan data denominator Sumber data Jenis form Pengolahan dan Penyajian data Penyajian data meliputi deskripsi dan grafik tentang angka kesakitan berdasarkan umur dan data kematian berdasarkan penyebab. Analisis dan interpretasi Menentukan prioritas masalah Merumuskan pemecahan masalah Menetapkan rekomendasi sebagai tindakan korektif Penyebarluasan informasi
32
SURVEILENS G I Z I DI DAERAH PENGUNGSIAN
33
Tujuan Surveilens Gizi Darurat
Menyediakan informasi yang diperlukan bagi perencanaan pengadaan bahan makanan bagi pengungsi Menyediakan informasi yang diperlukan bagi penentuan dan perencanaan intervensi sesuai dengan kondisi pengungsi Memberikan informasi tentang perkem- bangan keadaan gizi dan pertumbuhan balita dari waktu ke waktu secara teratur Memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi efektivitas intervensi dan masih perlu atau tidaknya program intervensi dilanjutkan Tujuan Surveilens Gizi Darurat
34
Surveilens Gizi dan Pangan Darurat
Penyelamatan Tanggap darurat Rehabilitasi Registrasi: KK, Jml. Aggota KK, Jenis kelamin, Umur, (Balita,Bumil, Buteki, Usila),Persediaan Pangan Keluarga Penilaian status gizi balita (BB/TB) Data dasar Skrining bila diperlukan Kebutuhan bahan makanan Penentuan jenis Inter- vensi Siapa yang perlu inter- vensi Perkembangan Status Gizi : Apakah intervensi perlu dilanjutkan atau distop, atau perlu diubah jenisnya? Data dasar status penyakit Surveilens Penyakit Monitoring ketersediaan pangan keluarga dan Status Gizi balita dgn indikator BB/TB, monitoring pertumbuhan balita (KMS), dan Evaluasi perkembangan keadaan gizi
35
Surveilens Gizi Darurat
Registrasi pengungsi Untuk mengetahui jml KK, jiwa, sex, umur, bumil, buteki, usila Untuk mengetahui luas wilayah, jumlah camp, sarana air bersih Registrasi dapat dilakukan sendiri atau menggunakan data Satkorlak Data tersebut dpt digunakan untuk menghitung kebutuhan bahan makanan pada tahap penyelamatan dan merencanakan tahapan surveilens berikutnya Surveilens Gizi Darurat Tahapan
36
Surveilens Gizi Darurat
Tahapan Surveilens Gizi Darurat Pengumpulan data dasar gizi Data antropometri, BB, TB, umur dengan metrodologi survei cepat Data penjang: diare, ISPA/pneumonia, campak, malaria, kematian kasar dan kematian balita Data tersebut digunakan untuk menentukan kedaruratan gizi dan jenis intervensi yang diperlukan
37
Surveilens Gizi Darurat
Tahapan Surveilens Gizi Darurat Penapisan Penapisan dilakukan apabila diperlukan intervensi PMT darurat terbatas Pengukuran antropometri (BB/TB) Kelompok rentan lainnya penapisan dilakukan dengan pengukuran LILA
38
Surveilens Gizi Darurat
Tahapan Surveilens Gizi Darurat Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan Penilaian keadaan gizi seluruh balita setelah periode tertentu (3 bulan) untuk dibandingkan dengan data dasar
39
Surveilens Gizi Darurat
Persiapan Surveilens Gizi Darurat Petugas pelaksana adalah tenaga gizi (minimal ada 3 orang) agar surveilens dapat segera terlaksana yang berkerja secara tim dengan surveilens penyakit dan tenaga lainnya Alat identifikasi, pengumpulan data, pemantauan dan evaluasi (Formulir, alat ukur antropometri, KMS, jika memungkinkan adanya software) Melakukan kajian data surveilens gizi dgn mengintegrasikannya dengan informasi dari surveilens lainnya
40
PENANGANAN GIZI DARURAT
41
PELAYANAN LOGISTIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk situasi darurat merupakan salah satu unsur penunjang yang sangat vital, oleh karena itu diperlukan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dengan baik, dalam situasi normal maupun darurat. Pengelolaan logistik dan perbekalan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan secara terpadu yang meliputi: perencanaan kebutuhan Pengadaan Penyimpanan Pendistribusian Penggunaan Pencatatan dan pelaporan Penghapusan.
42
Perencanaan kebutuhan
Jenis Bencana Luas bencana dan jumlah korban Stok obat yang dimiliki
43
Pendistribusian… Persyaratan pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan adalah adanya permintaan dari daerah bencana. Apabila obat dan perbekalan kesehatan tidak tersedia, di provinsi yang mengalami bencana maka diusahakan dari Depkes atau provinsi terdekat. Provinsi terdekat wajib membantu daerah tetangga yang terkena bencana. Adanya estimasi Tingkat keparahan bencana Perlu dianggarkan biaya distribusi dari Kabupaten/Kota agar jika terjadi bencana tidak mengalami kesulitan dalam mendistribusikan obat dan perbekalan kesehatan. Kerjasama lintas sektor dan lintas program mutlak dilakukan.
44
Penyediaan… Yang utama adalah menggunakan persediaan obat dan perbekalan kesehatan yang ada di Dinkes Provinsi/ Kabupaten/ Kota. Jika tidak cukup dapat meminta kepada institusi yang lebih tinggi (buffer stock provinsi, nasional) Bantuan donasi dari organisasi internasional, LSM, ormas, dan sebagainya adalah pilihan terakhir.
45
Persyaratan obat bantuan
Jenis obat sesuai kebutuhan (sesuai dengan pola penyakit) Dosis sesuai dengan kondisi di Indonesia/biasa digunakan Berasal dari/dibuat oleh sumber yang jelas Waktu kadaluarsa sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun pada saat diterima Penandaan/label dan kemasan yang lazim dikenakan di Indonesia Mencantumkan nama generik Bahasa yang dikenal Bila menerima bantuan dari donor, biaya pengiriman, gudang harus ditanggung oleh pihak donor
46
Penyimpanan obat &perbekalan kesehatan
Untuk menjaga mutu obat maka penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan harus dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan (suhu 25◦ C, tidak lembab) dan dilengkapi dengan petugas yang terampil (kompeten)
47
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilokasi bencana berupa pencatatan pemasukan dan pencatatan pengeluaran obat Pencatatan dilokasi Posko Bencana Kab/Kota/Provinsi Menggunakan format laporan penggunaan dan laporan permintaan obat (LPLPO) Waktu pelaporan sesuai dengan kebutuhan harian, mingguan dan bulanan
48
Pemusnahan Obat-obatan
Mengacu pada Prosedur Tetap pemusnahan obat-obatan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan Proses Pemusnahan obat: Memilah, memisahkan dan menyusun daftar obat yg akan dimusnahkan Menentukan cara pemusnahan Menyiapkan pelaksanaan pemusnahan Menetapkan lokasi pemusnahan Membuat berita acara pemusnahan Melaporkan kepada Gubernur/Bupati/ Walikota Tatacara pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan mengacu kepada standar yang diterbitkan oleh Dit BOPPK.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.