Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ANTENA
2
Antena Antena Gelombang Radio Pemancar Penerima
Ditinjau dari sifat listriknya, antena terdiri dari unsur-unsur induktasi dan kapasitansi. Dengan demikian antena dapat kita bayangkan terdiri dari L dan C. Antena, berfungsi sebagai radiator gelombang radio (antena pemancar) dan penerima gelombang radio (antena penerima) Antena mempunyai sifat ‘reciprocity’
3
RADIASI GELOMBANG MERAMBAT PADA SALURAN TRANSMISI
Rangkaian terbuka saluran transmisi tidak dapat meradiasikan gelombang secara efektif karena arus pada saluran transmisi sama dan berlawanan (dan saling menutupi satu sama lain). Medan radiasi arus– arus ini cenderung untuk menghilangkan satu dengan lainnya. Arus pada lengan antena dipol diatur pada arah yang sama sehingga medan – medan radiasi ini akan terjadi kecenderungan untuk saling menambahkan dan membuat dipole sebagai radiator yang efisien.
4
- bentuk dan arah radiasi yang diinginkan, - polarisasi yang dimiliki,
Dalam perancangan suatu antena, baberapa hal yang harus diperhatikan adalah : - bentuk dan arah radiasi yang diinginkan, - polarisasi yang dimiliki, - frekuensi kerja, - lebar band (bandwidth), dan - impedansi input yang dimiliki. Contoh : Rangkaian jenis antena Rangkaian rata-rata nilai komponen yang dipakai adalah: C1 dan C2 = pF, C1a/b dan C2a/b = 2 x pF Kondensator Variable, Split Stator (Butterfly) type L 1 = 20 µH (untuk cakupan sampai 80 Mtr) atau 28 µH (cakupan sampai 160 Mtr) oller atau tapped Inductor.
5
POLA – POLA RADIASI ANTENA.
Daerah medan dekat reaktif yang merupakan daerah yang berada disekitar antena dimana medan raktif sangat dominan (energi tersimpan – gelombang berdiri). Daerah medan dekat Fresnel yang merupakan daerah antara medan dekat reaktif dan medan jauhdimana radiasi medan sangat dominan dan distribusi medan tergantung jarak dari antena. Daerah medan jauh Fraunhofer merupakan daerah paling terjauh dari antena dimana distribusimedan secara esensial berdiri sendiri dari jarak antena sumber (propagasi gelombang). D = Dimensi Maksimum antena
6
Jenis Antena : Isotropis
Antena teoritis sebagai referensi, radiasi serba sama ke segala arah Pola radiasi, pola yang menggambarkan kekuatan radiasi antena pada arah horizontal dan/atau vertikal Pola radiasi antena isotropis : bola Gain, daya maksimum pada main lobe suatu antena nyata dibandingkan dengan daya yang diradiasikan oleh antena isotropis y z z x x y
7
POLA RADIASI Antena broad side adalah antena pancaran utama maksimum dalam arah normal terhadap bidang dimana antena berada. Antena end fire adalah antena yang pancaran utama maksimum dalam arah paralel terhadap bidang utama dimana antena berada. Antena yang mempunyai pola radiasi di mana arah maksimum main lobe berada diantara bentuk broad side dan end fire yang disebut intermediate. Contoh : End Fire Broadside Intermediate
8
PARAMETER – PARAMETER POLA ANTENA
Cuping radiasi (radiation lobe) merupakan puncak intensitas radiasi tertinggi disekitar daerah intensitas radiasi terendah. Cuping Utama (Main Lobe) merupakan cuping radiasi pada arah radiasi maksimum. Cuping Minor (Minor Lobe) merupakan cuping radiasi lainnya dari pada cuping utama. Cuping Sisi (Side Lobe) merupakan sebuah cuping radiasi dalam arah lainnya daripada arah radiasi yang dipusatkan. Cuping Belakang (Back Lobe) merupakan kebalikan daripada cuping radiasi terhadap cuping utama. Half Power Beamwidth (HPBW) merupakan lebar sudut berkas utama pada titik setengah daya antena. First Null Beamwidth (FNBW) merupakan lebar sudut antara bagian null (kosong) pertama pada sisi lain berkas utama.
9
parameter – parameter pola antena
10
Jenis Antena : dipole, monopole
Ukuran antena sebanding dengan bagian panjang gelombang, misal dipole λ/2, monopole λ/4 λ/2 λ/4 Pola radiasi : ‘omnidirectional’ y y z x z x (Balanis, “Antenna Theory and Design”, Wiley,1997)
11
decibell (dB) GdB = 10 log( P / P ) P G = P dBW = 10 log( P ( W ) / 1
2 G = GdB = 10 log( P / P ) P1 (W) P2 (W) 2 1 P 1 dBW = 10 log( P ( W ) / 1 ( W )) dBm = 10 log( P ( mW ) / 1 ( mW ))
12
SWR Meter (Standing Wave Ratio)
SWR atau VSWR (Voltage Standing Wave Ratio) adalah : Sebagai alat pengukuran antena pada saluran transmisi untuk kesesuaian transceiver, maka akan timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward power), sehingga antena menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya tergantung pada besarnya daya refleksi dan terlihat Matching. VSWR didefinisikan sebagai perbandingan tegangan maksimum dan tegangan minimum gelombang berdiri pada saluran transmisi : Konstruksi, SWR dapat dinyatakan sebagai berikut : Vf = adalah tegangan maju ke antena (forward) Vr = adalah tegangan pantul dari antena (reflected)
13
Rangkaian SWR meter Konstruksi cukup sederhana, tetapi dapat diandalkan. Komponen utamanya adalah kabel koaxial yang sesuai dengan saluran transmisi (RG 58 A/U, impedansi 50 ohm).
14
Pengukuran SWR Akibat rugi-rugi pada saluran transmisi dapat dilihat pada gambar : Misalkan : SWR diletakkan dekat pemancar, Tegangan maksimum yang keluar dari TX adalah 10 volt. Karena rugi-rugi saluran, tegangan yang sampai di antena adalah 9 volt. Tegangan pantul dari antena 3 volt. Tegangan ini disalurkan ke TX yang juga mengalami redaman. Sampai di TX tinggal 2,7 volt.
15
Pengukuran SWR yang terbaca :
Misalkan : Bila SWR diletakkan di dekat antena, SWR yang terbaca adalah :
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.