Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHartanti Pranata Telah diubah "7 tahun yang lalu
2
Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara
4
A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
5
Teori Gujarat Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di India bagain barat, berdekatan dengan Laut Arab. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden, Belanda pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Teori ini didukung oleh Cristian Snouck Hurgronje, dan J.P. Moquetta
6
Cristian Snouck Hurgronje, menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya
7
J.P. Moquetta (1912), memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.
8
Teori Persia Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
9
Tradisi dan budaya tersebut antara lain:
Tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad saw. Tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Dimana, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
10
Teori Mekah Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam.
11
Teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Menurut HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
12
KESIMPULAN Teori Gujarat Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 M dan pembawanya berasal dari para pedagang Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah: Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –Cambay – Timur Tengah – Eropa. Adanya kesamaan kaligrafi pada batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 M yang bercorak khas Gujarat. Memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Pendukung teori Gujarat adalah J. Pijnapel, Cristian Snouck Hurgronje, dan J.P. Moquetta, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke.
13
Teori Persia Islam masuk ke Indonesia abad 13 M dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya dan tradisi Persia dengan Indonesia seperti: 1. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut (keranda). Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. 2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syekh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj. 3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat. Dalam bahasa Persi Fathah ditulis jabar-zabar, kasrah ditulis jer-zeer, dhammah ditulis p’es-py’es. Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin bergigi berasal dari Arab 4.Kesamaan kaligrafi pada batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik dengan makam muslim Persia. Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan Hussein Djajadiningrat
14
Teori Mekah Teori Mekah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 M kemudian pada abad 13 M berdiri kekuasaan politik Islam dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah: Pada abad ke 7 M yaitu tahun 674 M di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4 M. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India penganut mazhab Hanafi. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Mekah yaitu Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold.
15
Ketiga teori di atas, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke– 7 M dan mengalami perkembangannya pada abad 13 M. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
16
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA
Meskipun Islam baru bisa dikatakan berkembang setelah berdirinya kerajaan Islam, atau setidaknya ketika ada jalinan hubungan dagang antara saudagar muslim dengan pribumi, namun cara kedatangan Islam dan penyebarannya di Indonesia tidak dilakukan dari saluran politik atau perdagangan semata. Setidaknya ada enam saluran berkembangnya Islam di Indonesia(Yatim: ). Saluran perkembangan tersebut meliputi saluran perdagangan, saluran politik, saluran perkawinan, saluran pendidikan,saluran kesenian dan saluran tasawuf
17
Pendekatan perdagangan
Para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab tinggal selama berbulan-bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu angin musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau pergaulan antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para bangsawan dan masyarakat setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk menyebarkan agama Islam.
18
Pendekatan politik Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam.Proses seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
19
Pendekatan perkawinan
Tak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para pedagang itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah diIslamkan terlebih dahulu, dan setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung muslim, mereka disebut dengan kampung arab. Misal perkawinan antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang menurunkan Raden Patah, raja pertama kerajaan Demak, dan lain-lain.
20
Pendekatan pendidikan
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang dilakukan oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik murid-murid mereka. Tempat untuk mengembangkan ajaran Islam adalah di pondok pesantren. Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama Islam secara mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama. Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian menyebarkan kepada masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di pesantren
21
Pendekatan kesenian Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah , pada proses ini yang terkenal menggunakannya adalah para wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah Jawa Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita wayang yang dimainkan berasal dari cerita Ramayana dan Mahabarata, Dalam memainkan wayang, selalu disisipkan ajaran-ajaran Islam. Seni yang lainnya yaitu sastra (Pengaruh Arab berupa syair. Pengaruh Persia berupa hikayat. Sastra lainnya yaitu babad dan suluk, kitab-kitab berisi ajaran tasawuf yakni cara mendekatkan diri kepada Tuhan), seni bangunan (masjid), seni kaligrafi, seni tari dan musik (debus, tari seudati/saman, dan zapin)
22
Pendekatan tasawuf Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam. Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya termanifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit, lalu disembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan magic yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu.
23
Proses penyebaran Islam di Indonesia tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari: 1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur. 2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya. 3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban). 4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
24
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodiq menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus. 7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak 8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria. 9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon). Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah
25
C. Faktor yang memeprcepat Islam di Nusantara
1. Syarat masuknya cukup mudah dan sederhana. 2. Pelaksanaan ibadahnya sederhana dan biayanya murah. 3. Agama Islam tidak mengenal kasta 4. Penyebaran agama Islam dengan cara damai (tanpa melalui kekerasan) 5. Aturan-aturannya fleksibel dan bersifat tidak memaksa 6. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana. 7. Runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit pada akhir abad ke -15 M
26
D. Pengaruh Islam di Nusantara
1. Dalam bidang politik, kepemimpinan pada masa Hindu-Budha dikenal dengan konsep Dewa Raja diganti menjadi Khalfah, dan sebutan “Raja” diganti menjadi “Sultan”. Serta ketika meninggal dunia Sang Sultan tidak didharmakan di dalam Candi, melainkan dimakamkan secara Islam. 2. Dalam bidang sosial –budaya, dihapuskannya sitim kasta dalam masyarakat, adanya pesantren sebagai lembaga pendidikan, dalam adat istiadatnya ketika bertemu sesama Muslim mengucapkan salam, adanya penggunaan Bahasa dan nama dengan memakai bahasa Arab, dan adanya unsur seni sastra, seni rupa dan seni musik Islami dalam masyarakat, serta penggunaan sistem kalender Hijriah.
27
TERIMAKASIH ^_^
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.