Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
EPIDEMIOLOGI TUBERCULOSIS
2
PENDAHULUAN Di Indonesia : penyebab kematian kedua
Sekarang : 25 penderita/ penduduk 75% penderita dari golongan produktif (15-60 tahun) & golongan ekonomi lemah Prevalensi : 2,5 permil Di Jateng (th 1999) urutan ke-6 dari 10 besar penyakit pada rawat jalan RS
3
Kuman TBC dapat bertahan hidup pada udara kering & dingin
Penularannya terjadi karena kuman dari paru2 & salaluran nafas penderita dibatukkan ke udara bebas -> terhirup orang sehat, kuman menempel di saluran nafas atau paru2
4
Daya tahan tubuh berusaha mematikankan kuman
Bila kuman menetap -> tumbuh & berkembang -> peradangan (tergantung jumlah & keganasan kuman, daya tahan tubuh) -> sembuh, sembuh dengan sedikit bekas di paru / bagian tubuh lain TBC -> penyakit kronis yang menyerang paru2
5
PENYEBAB Kuman Mycobacterium tuberculosis & Mycobacterium bovis (bentuk : batang, BTA, tahan kering & dingin, aerob, cepat mati dengan sinar matahari langsung, tahan 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar matahari, pertukaran udara & kelembaban
6
Dlm keadaan gelap & lembab, kuman dapat bertahan berbulan2
Dalam jaringan tubuh manusia -> dormant (tidur bertahun2) -> kemungkinan sakit jika imunitas tubuh rendah
7
LABORATORIUM Hasil pemeriksaan : BTA (+)
Untuk diagnosa pasti : kultur kuman (mahal & lama) Metode pemeriksaan dahak (bukan liur) 5 ml SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) -> pengecatan ZN (Ziehl Neelsen) TB (+) : 2X BTA positif
8
PENULARAN Melalui hawa panas
Sumber penularan : penderita TB BTA (+) batuk / bersin -> menyebarkan kuman ke udara (droplet / percikan dahak) -> terhirup saluran nafas -> masuk tubuh melalui pernafasan -> menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, saluran limfe, saluran nafas -> ditentukan banyaknya kuman yang dikeluarkan paru Melalui hewan piaraan Susu sapi diminum tanpa dipasteurisasi dulu
9
GEJALA DAN TANDA Lesu Demam (tidak tinggi) Berat Badan tidak mau naik
Keringat malam Batuk sukar sembuh
10
Kadang tidak ada gejala -> bahaya penularan
Jika menyerang paru -> jadi bolong2 (caverne) Bila parah : tambah kurus, pucat, lemah, batuk darah Dapat menyerang ginjal, tulang usus, alat kandungan, kelenjar lympha, otak
11
Pada Tulang Sakit di sekitar daerah serangan, tulang lemah -> bernanah Pada Ginjal Sejenis kuman kecil (toxoplasma), bentuk tongkat, dilindungi selaput lilin -> menghalangi pertahanan tubuh normal untuk menyerang Dapat tahan di tempat sejuk, gelap, lembab berbulan2
12
Pada Otak Mual, sakit kepala, sakit tengkuk, demam, kesadaran menurun -> pingsan Pada Paru-paru Lelah tanpa sebab, mudah letih, Berat Badan turun tiba2, batuk2 darah, nyeri dada, keringat malam, bahu agak naik, tubuh melengkung, hilang nafsu makan, nafas sesak
13
PENCEGAHAN Pendidikan Kesehatan Masyarakat tentang TBC, bahayanya, cara penularan, pencegahan Vaksinasi BCG (umur 0-4 tahun), Chemoprophylactic dengan INH pada keluarga penderita / orang yg pernah kontak dengan penderita
14
Menghilangkan sumber penularan dengan mencari & mengobati semua penderita di masyarakat
15
Berhasil / tidaknya usaha pemberantasan TBC
Tergantung pada: Keadaan Sosial ekonomi masyarakat Kesadaran berobat penderita Pengetahuan penderita, keluarga & masyarakat tentang TBC
16
PENGOBATAN Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemoteraphy) : pengawasan dalam menelan obat jangka pendek / setiap hari Strategi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) : obat untuk penyembuhan penyakit tuberkulosis
17
UNTUK MENCEGAH RESISTENSI
Paduan obat, sedikitnya 2 obat bakterisid Jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat / lebih Pola resistensi terbanyak adalah INH
18
PADUAN OBAT INH (H) + rifampisin (R) +streptomisin (S) atau etambutol (E) atau pirazinamid (Z) setiap hari sebagai fase initial 1-2 bulan Dilanjutkan INH + rifampisin atau etambutol atau streptomisin 2-3x/minggu selama 4-7 bulan
19
Paduan obat di Indonesia : 2RHZ/4RH dengan variasi 2RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3, 2RHS/4R2H2
Untuk TB berat (milier) & TB ekstra paru, terapi lanjutan diperpanjang menjadi 7 bulan
20
WHO (1991) : 1.Tahap intensif (initial phase), 4-5 macam obat antituberkulosis setiap hari supaya : Mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakterisidal) Menghilangkan keluhan & mencegah efek penyakit lebih lanjut Mencegah resistensi obat
21
2.Tahap lanjutan (Continuation phase)
dengan 2 macam obat setiap hari atau secara intermiten supaya : Menghilangkan bakteri yg tersisa (efek sterilisasi) Mencegah kekambuhan
22
DOSIS OBAT Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan, yaitu :
Kurang dari 33 kg 33-50 kg Lebih dari 50 kg
23
KATEGORI PENGOBATAN Kategori I Ditujukan terhadap :
Kasus baru dengan sputum positif
24
Kasus baru dengan bentuk tuberkulosis berat seperti meningitis, tuberkulosis diseminata, perikarditis, peritonitis, pleuritis, spondilitis dengan gangguan neurologis, kelainan paru yang luas dengan BTA negatif, tuberkulosis usus, tuberkulosis genitorinarius
25
Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan 2 RHZS (E).
Bila setelah 2 bulan BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap lanjutan
26
Bila setelah 2 bulan masih tetap positif maka tahap intensif diperpanjang menjadi selama 2-4 minggu dengan 4 macam obat Pada populasi dengan resistensi primer terhadap INH rendah, tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat saja yaitu RHZ
27
Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3
Pasien dengan tuberkulosis berat (meningitis, tuberkulosis diseminata, spondilitis dengan kelainan neurologis), R dan H harus diberikan tiap hari selama 6-7 bulan
28
Paduan obat alternatif adalah 6 HE (T) Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3
29
Kategori II Ditujukan terhadap : Kasus kambuh Kasus gagal dengan sputum BTA positif, pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZSE /1RHZE
30
Bila setelah tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE
31
Bila 4 bulan BTA masih juga positif, pengobatan dihentikan selama 2-3 hari, lalu diperiksa biakan dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan tahap lanjutan
32
Bila pasien masih mempunyai data resistensi terhadap BTA dan ternyata BTA masih sensitif terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap lanjutan dapat diubah menjadi sama dengan kategori I dengan pengawasan yang ketat
33
Bila data menunjukkan resisten terhadap R dan H, maka kemungkinan keberhasilan menjadi kecil
Bila sputum BTA masih tetap positif setelah selesai tahap lanjutan, maka pasien tidak perlu lagi diobati
34
Kategori III Ditujukan terhadap : Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak meluas Kasus tuberkulosis ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I : pengobatan tahap intensif dengan paduan 2RHZ atau 2R3H3Z3
35
Bila kelainan paru lebih luas dari 10 cm persegi atau pada tuberkulosis ekstra paru dengan remisi belum sempurna, maka tahap lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja selama 4 bulan lagi Paduan obat alternatif adalah 6HE (T)
36
Kategori IV Ditujukan terhadap : Kasus tuberkulosis kronik Prioritas pengobatan di sini rendah, terdapat resistensi obat-obat antituberkulosis (sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya menjadi rumit
37
Pasien mungkin perlu dirawat beberapa bulan dan diberikan obat-obat antituberkulosis tingkat dua yang kurang begitu efektif, lebih mahal dan lebih toksik
38
Di negara maju dapat diberikan obat-obat antituberkulosis eksperimental sesuai dengan sensitivitasnya, sedangkan negara yang kurang mampu cukup dengan pemberian H seumur hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan penularan
39
Departemen Kesehatan RI dalam program baru pemberantasan tuberkulosis paru telah mulai dengan paduan obat : 2RHZE/4R3H3 (kategori I), 2RHZSE/1RHZE/5R3H3E3 (kategori II), 2RHZ/2R3H3 (kategori III)
40
EFEK SAMPING OBAT Berbeda pada setiap individu Gangguan pencernaan
Gangguan pendengaran Gejala seperti flu Penyakit kuning
41
PROGRAM PEMBERANTASAN
TUJUAN : Memutus rantai penularan sehingga TB bukan lagi menjadi masalah kesehatan
42
Tujuan khusus: Cakupan penemuan kasus BTA (+) 70% (s/d 2004) Kesembuhan minimal 85% Mencegah Multi Drug Resistance (MDR)
43
SASARAN : Masyarakat tersangka TB yg berusia lebih dari 15 tahun
44
KEBIJAKSANAAN & STRATEGI
Pengobatan semua penderita baru Petugas pengelola TB ikut pelatihan strategi DOTS Monitoring pengobatan: Kategori 1 akhir bulan ke 2,5,6 Kategori 2 akhir bulan ke 3,7,8 Kategori 3 akhir bulan ke 2
45
KEGIATAN & LANGKAH Penemuan penderita secara aktif (misal : kontak survei) & pasif Pengobatan penderita Pengawasan makan obat terutama tahap intensif oleh puskesmas Perencanaan jadwal makan obat, kunjungan rumah, pencegahan DO
46
Pengamatan efek samping:
Bertambah lemah, nafsu makan turun, gatal2, sesak nafas, mual & muntah, keringat dingin & menggigil, gangguan pendengaran & penglihatan (biru & merah)
47
Rujukan: a. Laboratorium, cross check semua slide positif dan 10% slide negatif b. Penderita dengan ESO berat
48
KRITERIA KESEMBUHAN Pemeriksaan dahak (3x seminggu) semua negatif
Jumlah obat yg diminum minimal 90% dari paket Masa pengobatan intensif & intermiten maksimal 9 bulan
49
INDIKATOR DAN MONITORING EVALUASI
Cakupan penemuan kasus baru BTA (+) = (110/ ) x jumlah Penduduk Cakupan penemuan kasus tersangka TB diantara pengunjung puskesmas = 10% penderita baru
50
Angka konversi > 80% Tingkat kesalahan cross check < 5% Angka kesembuhan > 85%
51
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Dengan format TB-1 s/d TB-14 (WHO) Puskesmas mencatat tapi tidak melaporkan, Dinas Kesehatan Kota mengambil ke puskesmas
52
Yang dicatat minimal: Puskesmas satelit : TB-1,2,5,6,9, 10,13,14 Puskesmas PRM : TB-1,2,4,5,6,9, 10,12,13,14 Kota/kabupaten : TB-3,7,11,12
53
SOAL: Bapak Ahmad usia 43 tahun. Datang di Puskesmas dengan keluhan batuk selama 4 minggu dan sesak nafas. Pak Ahmad tidak merasakan nyeri dada. Dia mengeluh badan semakin mengurus sejak 4 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan dahak petugas BTA (-) 3 x dan rontgennya (+)
54
Ibu Ani mengeluh batuk sejak 1 minggu yang lalu
Ibu Ani mengeluh batuk sejak 1 minggu yang lalu. Kadang-kadang disertai darah ketika datang di puskesmas, tidak sesak tetapi terasa sedikit nyeri dada. Ibu Ani juga merasa sering meriang badannya. Berat badannya dirasakan tetap saja, ketika diperiksa dahaknya, hasilnya BTA (+) 1 x. Petugas lalu memeriksa rontgen dengan hasilnya (+)
55
Tulislah gejala dan tanda penyakitnya
Apa diagnosisnya Apa pengobatannya? Sebutkan obat dan dosisnya
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.