Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Membaca Dalam Perspektif ISLAM

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Membaca Dalam Perspektif ISLAM"— Transcript presentasi:

1 Membaca Dalam Perspektif ISLAM
Oleh: Eny Winaryati

2 Filosofi Membaca Manusia Manusia Tuhan Tuhan Manusia Manusia Manusia
Hablum Minannas Manusia Manusia Tuhan Tuhan Tidak hanya ubudiyah (Hablum Minaallah ) saja   (Islam is a way of life) .  mengandung tuntunan hidup secara terperinci Manusia Manusia Manusia

3 (ter)tuntut berlomba-lomba mengembangkan potensi diri
Potensi akal (ter)tuntut berlomba-lomba mengembangkan potensi diri  Keinginan aktualisasi scr nyata dlm kehidupan sosial.  dimintakan pertanggunjawaban atas semua usaha makhluk yang memiliki couricity (rasa ingin tahu) yg tinggi

4 Tuntutan Manusia membaca.
Rasa ingin tahu Butuh jawaban Tuntutan Manusia membaca.

5 Mengetahui ciri sesuatu Membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Firman Allah SWT yg pertama diterima Nabi Muhammad SAW di Gua Hira pd 17 Ramadhan ialah perintah membaca. Al-Qur'an ada pada Surah Al-Alaq ayat 1-5 IQRA’ Menyampaikan Menelaah Mendalami Meneliti Mengetahui ciri sesuatu Membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Menurut Bahasa, Al-Quran berasal dari kata "qara'a - yaqra'u - qur'aanan" yang artinya bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang - ulang. Secara etimologis ‘  dari akar kata qara'a berarti 'menghimpun',  Tidak selalu diartikan 'membaca sebuah teks yang tertulis dengan aksara tertentu'.  Kata qara'a juga memiliki sekumpulan makna

6 Membaca tersebut dilandasi bismirabbika (atas nama Allah),
Mengamati, meneliti, secara Ilmiah (Nutfah, segumpal darah, segumpal daging (Mudhghah). membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Sesudah tahu mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga ilmu yang baru didapat dengan qalam yang telah ada dalam tangannya:

7 SISTEMATIS ILMIAH Dialah yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, lalu apa maknanya? Manusia diarahkan untuk meneliti, memahami, dan mendalami proses  penciptaan dirinya. MANUSIA SANGAT KECIL manusia diciptakan oleh Allah dari segumpal darah,  sesuatu yang menjijikkan nan hina, lalu berkembang hingga berbentuk sempurna  dan diberikan  kepadanya ruh.  KHOLIFAH FIL ARDI Itulah ajaran Allah yang Maha Agung untuk mMeninggikan derajat manusia sebagai khalifahnya di muka bumi. 

8 mengamati tulisan secara visual merupakan proses mekanis dalam membaca
HAKEKAT MEMBACA Proses fisik mengamati tulisan secara visual merupakan proses mekanis dalam membaca Proses psikologis kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Dari koding yang nampak diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan Knowledge of The World sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. LITERASI MEMBACA DAN MENULIS

9 Menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad. ILMU Menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

10 1 DG ILMU Oleh karenanya, maka Keislaman seseorang adl:
Memahami Islam Melaksanakan DG ILMU Oleh karenanya, maka 1 Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”[3] Menuntut ilmu merupakan jalan menuju KEBAHAGIAAN YANG ABADI.

11 MEMUDAHKAN JALAN MENUJU SURGA
2 MEMUDAHKAN JALAN MENUJU SURGA Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ. “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.”

12 Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِـمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ لَـمْ يَرِثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”

13 MAJELIS-MAJELIS ILMU ADALAH TAMAN-TAMAN SURGA
3 MAJELIS-MAJELIS ILMU ADALAH TAMAN-TAMAN SURGA Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ. “Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.” Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).”

14 Al-Qur’an Sumber Aktivitas Intelektual dan Lahirnya Ilmu
Aktivitas menelaah, memahami, meneliti dan lainnya MEMBUTUHKAN KETERLIBATAN SEGALA SUMBER ILMU, yakni indera, akal, hati dan Wahyu itu sendiri. Ativitas pendidikan dan menuntut ilmu harus senantiasa disandarkan kepada Allah swt. Sebab DIA ADALAH SUMBER DARI SEGALA ILMU, DAN HANYA ATAS IZIN-NYALAH SESEORANG MUNGKIN MEMILIKI ILMU Setiap orang yang MENGAITKAN SEGALA SESUATU KEPADA ALLAH SWT, niscaya ia akan menjadi orang yang berpaham teguh, mengetahui kebenaran dan hakikat. Aktivitas meneliti, membaca, memahami, dan segala hal yang berkaitan dengan keilmuan harus DILAKUKAN SECARA KONTINUE. dI isyaratkan dg pengulangan kata Iqra’ pd ayat ketiga (sebagai penguatan) setelah penyebutan pada ayat yang pertama.

15 6 SYARAT MENUNTUT ILMU

16 Kitab “Ta’lim al-Muta’allim”
Sebuah Syair Kitab “Ta’lim al-Muta’allim” Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi 6 syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan,  kemauan (rakus akan ilmu),  sabar,  biaya (pengorbanan materi/ waktu), petunjuk (bimbingan) guru dan dalam tempo waktu yang lama."

17 1. Dzakaa-un (Kecerdasan
Ulama membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: muhibatun minallah (kecerdasan yang diberikan oleh Allah). Contoh, Seseorang yang memiliki hafalan yang kuat. kecerdasan yang didapat dengan usaha (muktasab) misalnya dengan cara mencatat, mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dll.

18 2. Hirsun (Tamak/ Rakus akan Ilmu)
Ketamakan akan ilmu artinya TIDAK ADA PERASAAN PUAS dalam mencari beragam pengetahuan, baik agama maupun pengetahuan umum. Yaitu perhatian dan semangat dengan apa yang disampaikan gurunya. Sekaligus berupaya mengulang pelajarannya

19 3. Kesabaran. Dalam menuntut ilmu dibutuhkan al himmatul ‘aliyah yaitu semangat atau cita-cita yang tinggi. Seseorang hendaknya memaksa diri untuk mencari ilmu dengan semangat mewujudkan cita-cita demi agamanya. Sebagaimana pepatah arab mengatakan : "Man jadda wajada" "Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil".

20 4. Biaya (Pengorbanan Materi/ Waktu).
Dalam menuntut ilmu tentu butuh biaya (bekal), tidak mungkin menuntut ilmu tanpa biaya (bekal). Contoh para imam, Imam Malik menjual salah satu kayu penopang atap rumahnya untuk menuntut ilmu. Imam Ahmad melakukan perjalanan jauh ke berbagai negara untuk mencari ilmu. Beliau janji kepada Imam Syafi’i untuk bertemu di Mesir akan tetapi beliau tidak bisa ke Mesir karena tidak ada bekal. Seseorang untuk mendapat ilmu harus berkorban waktu, harta bahkan terkadang nyawa.

21 Seseorang harus duduk dalam majelis ilmu BERSAMA USTADZ.
TIDAK MENJADIKAN buku sebagai satu-satunya guru. Dalam mempelajari sebuah buku kita MEMBUTUHKAN BIMBINGAN GURU. Hendaknya menggabungkan antara bermajelis ilmu BERSAMA SEORANG GURU, JUGA BANYAK MEMBACA BUKU. 5. Petunjuk Guru

22 6. Waktu yang Panjang Dalam menuntut ilmu butuh waktu yang lama.
Tidak mungkin didapatkan seorang da’i/ulama hanya beberapa bulan saja. Al-Baihaqi berkata:”Ilmu tidak akan mungkin didapatkan kecuali dengan kita meluangkan waktu”. Al Qadhi iyadh ditanya: sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu? Beliau menjawab: ”Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur.”


Download ppt "Membaca Dalam Perspektif ISLAM"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google