Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYandi Setiawan Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
RELASI AGAMA DENGAN NEGARA Suatu Perspektif Antropologis Oleh Mudjahirin Thohir Semarang, 24 Mei 2017
2
PERSPEKTIF KAJIAN AGAMA
theocentric Bgmn Tuhan (agama) mengajarkan kehid pd man Pendekatan Normatif Subjek kajian: text anthropocentric Bgmn manusia mengapresiasi Tuhan dan ajaran-Nya Pendekatan interpretatif (antropologik) Subjek kajian: Komunitas keagamaan Kajian keagamaan
3
TIGA PARADIGMA HUB AGAMA DG NEGARA
SEKULERISTIK FORMALISTIK SUBSTANTIVIS
4
PARADIGMA SEKULER Sekulerisme adalah paham yang membuat pemilahan secara bipolar antara urusan agama dan urusan negara. Dalam pandangan sekuler ini, urusan dunia tidak perlu dikaitkan dengan urusan akhirat (agama). Tugas agama hanya terkait kpd Tuhan dalam konteks ibadah. Di luar itu, agama tak berhak intervensi. URUSAN AGAMA DIPISAHKAN DG URUSAN NEGARA. AGAMA MENGATUR UMAT UNTUK KESIAPAN HARI KEMUDIAN. NEGARA MENGATUR UMAT UNTUK KEHIDUPAN DUNIA.
5
TIPOLOGI PAHAM SEKULER
Pemahaman Sekulerisme objektif (ilmaniyah) Bila secara struktural atau institusional terdapat pemisahan antara agama dengan lembaga-lembaga lain Sekulerisme subyektif ada pemisahan antara pengalaman hidup dengan pengalaman keagamaan Sekulerisme ateis (la diniyah) Akal dapat menentukan nilai baik buruk, benar salah, sehingga tidak diperlukan wahyu Tuhan.
6
PARADIGMA FORMALISTIK
Kategori: Identifikasi sebagai agama resmi (asli). Kalau di kalangan sebagian umat Islam misalnya, ada keinginan: Identifikasi diri sbg Islam resmi; Islam otentik Akar pemikiran: Gerakan yang melakukan pembaruan yaitu dengan memisahkan Islam dengan tradisi setempat Islam sudah sempurna Berusaha menerapkan ajaran alquran dan al hadits secara tekstual.
7
PARADIGMA FORMALISTIK: KASUS ISLAM
Innal Islam al din wa al daulah ( Islam itu agama dan negara) Islam tidak sekedar doktrin agama yg membimbing man dr aspek spiritual saja, tetapi juga brsh membangun sistem ketatanegaraan. Islam mrp tipikal socio-politic, di mana fungsi agama & politik tidak bisa dipisahkan, melainkan terbentuk sec formalistik-legalistik dlm suatu wadah yg bernama “negara Islam” Paham formalistik ini sering mengarah pada paham dan gerakan radikal dalam kejuangan.
8
FUNDAMENTALISME SBG PIKIRAN & GERAKAN
Gerakan2 Islam yg sec politik menj Islam sbg ideologi & sec bud, menjadikan Barat sbg the others. Berprinsip pd paham perlawanan Pemahaman alquran adalah skriptualistik. Menolak pluralisme & relativisme Man hrs menyesuaikan diri kpd teks alquran, bukan sebaliknya. Gerakan fundamentalisme militansi radikalistis ekstremistis konflik (keberagamaan).
9
FUNDAMENTALISME KEAGAMAAN
Muncul dari akar pemikiran: Islam dipandang sbg ajaran agama yg selesai, tuntas & paripurna di masa itu & tidak boleh mengalami modifikasi konstekstualitas atau perubahan. Universalisme: Islam tidak dibatasi oleh ruang dan waktu Ajaran Islam tidak bisa dijelaskan apalagi dipadukan dg budaya lokalitas. Islam itu agama sekaligus negara (al islam hua al din wa al daulah) gerakan radikal transnasional.
10
GERAKAN KAUM FUNDAMENTALIS
Semangat purifikasi & fundamentalisme keagamaan muncul, tidak saja berbentuk pergulatan ide atau gagasan, tetapi telah berwujud gerakan: Ihwanul Muslimin Majlis Mujahidin Indonesia Front Pembela Islam Lasykar Jihad Mazhab: Mazhab Wahhabi Maudidadian (Abul A’la al Maududi) Quthbia (Abdul A’la al Maududi) Sayyid Quthub >al Islam hua al din wa al daulah
11
FUNDAMENTALISME SBG IDEOLOGI KEAGAMAAN
Dasar ideologis ttg Islam: Keberagaman otentik, Islami, dan Kaffah yg perlu diberlakukan di seluruh dunia krn keislaman itu bersifat universal (shalih li kulli zaman wa makan). Islam otentik: Otentifikasi meniscayakan ketundukan kpd teks: alquran, hadits & pengalaman masa lampau (salaful shalih) dlm bentuknya yg dlm lap sosial-poliitik. al islamu hua al din wa daulah melahirkan gerakan ‘politik identitas Islam islam transnasional
12
Gerakan Islam yang bersifat transnasional.
Di antarannya: Ikhwanul Muslimun Hizbut Tahrir Jihadi
13
Kelompok radikal jihadis di Jateng & DIY
Jamaah Islamiyah (JI). didirikan oleh Abdullah Sungkar di Malaysia pada 1993. Pusatnya di daerah Solo. Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) merupakan pecahan dari JI dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). JAT didirikan oleh Abu Bakar Ba’asyir pada 2008 setelah Baasyir berselisih pendapat dengan para petinggi MMI seperti Muhammad Thalib dan Irfan Awwas. Berpusat di Solo. Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) didirikan pada 2000 di Yogyakarta. MMI sempat dipimpin oleh Abu Bakar Baasyir, tapi pada 2007 muncul konflik. Salah satu sumber konflik adalah wewenang pimpinan. Menurut Baasyir, wewenang amir atau pemimpin itu tak terbatas dan tak terikat dengan keputusan konsensus majelis syuro. Pandangan ini ditentang M. Thalib yang melihat konsep amir versi Baasyir mirip dengan Syiah. Akhirnya pada 2008, Baasyir membentuk JAT. Sementara kini MMI dipimpin oleh M. Thalib di Yogyakarta. (Zainal Abidin Bagir, dkk. Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center For Religious and Cross-cultural Studies) Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
14
ISLAM KULTURATIF Pandangan :
Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak (peradaban). Ini berarti masy (sebelum Islam datang) bukanlah ruang kosong tetapi di dalamnya sudah ada budaya dan tradisi. Krn itu, tugas Islam adalah menemukan titik temu dan titik pisah thd budaya setempat, dg cara-cara yg mulia, bukan dg kekerasan. Berbeda itu sunnatullah Hubungan agama dan negara adalah mutual simbiosis
15
PAHAM PARADIGMA SUBSTANTIVIS
Hub agama & negara bersifat mutual simbiotik (hub timbal balik saling membutuhkan) Neg memerlukan panduan etika & moral keagamaan; agama memerlukan kawalan neg utk kelestarian & eksistensinya. Tidak menjadikan Islam sbg ideologi negara, tetapi yg dipentingkan ialah berlakunya nilai & substansi ajaran agama dlm kehid sosial. Pancasila sbg dasar neg Ind sudah tepat. 7 Prinsip ajaran agama (dlm bernegara)
16
7 prinsip ajaran agama Islam Kulturatif dlm konteks negara
BERPANDANGAN SUBSTANTIVIS Al syura (consultation): musyawarah Al musawa (equality) & al ikha’ (brotherhood) Al adallah (justice) : honesty, fairness, integrity. Al hurriyah (freedom) Al amanah (trust) Al salam (peace) Al tasamuh (tolerance)
17
TOLERANSI PRASYARAT MENUJU SIKAP DAN TINDAKAN TOLERAN. Pandangan:
Perspektif emik Multikulturalisme Teologi transformatif Perilaku Prinsip tindakan: menabrak atau ditabrak sama-sama ruginya lukisan ttg perilaku pengendara di ruang crowded. Filosofi hidup: Sing nandur ngunduh (dalil primacausa) Digawe apik sebab iso ngapiki (dalil resiprositas)
18
AGAMA DAN PANCASILA Agama mestinya sebagai sumber untuk peningkatan peradaban, bukan sebagai identitas kelompok sosial, sehingga kehadiran agama yang ber-beda2, tidak dimaknai sebagai ancaman antarkelompok keagamaan itu sendiri. Kehadiran agama2 yg ber-beda2 itu mestinya mengintegrasikan, bukan malah dijadikan arena pengukuhan segregasi sosial dan kekerasan. Agama bisa meneguhkan nilai-nilai pancasila ketika agama dimaknai oleh pemeluknya sebagai sumber peradaban dalam masyarakat plural seperti Indonesia.
19
POTENSI KOMUNITAS KEAGAMAAN: SEGREGASI DAN INTEGRASI
CORAK KEBERAGAMAAN SEGREGASI KONFLIK AGAMA SBG INSTRUMEN PEMECAH BELAH INTEGRASI KERJASAMA AGAMA SBG SARANA PEMERSATU
20
PELUANG SEGREGASI KEAGAMAAN
SEGREGASI SOSIAL ANTARKOMUNITAS KEAGAMAAN TAFSIR KEAGAMAAN IDEOLOGI KEAGAMAAN IN GROUP OUT GROUP KLAIM KEBENARAN SEPIHAK KOMPETISI KONFLIK PELEMAHAN SOSIAL
21
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI BUMI INDONESIA
INTEGRASI KEAGAMAAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN DIRI & PIHAK LAIN SEC SEIMBANG (Ekslusif & inklusif) PERBEDAAN SBG SUNATULLAH PERSAMAAN SBG RAHMAT TAK MENGHALANGI UTK SALING: -MENGHORMATI -MENERIMA -BEKERJASAMA MENDORONG UTK SALING: -MENGHORMATI -MENERIMA -BEKERJASAMA
22
DESAIN KEDEWASAAN BERAGAMA Prasyarat:
Pendidikan kebangsaan Pendidikan keagamaan yg berwawasan yg berwawasan keindonesiaan Pendidikan multikultural: di rumah, di sekolah, dan di dlm masy; Sosialisasi kebersamaan; Meningkatkan dialog inter dan antarumat beragama; Mengakui dan menghormati hari2 besar keagamaan; Melakukan kegiatan2 sosial yg melibatkan lintas umat beragama; kemah; keamanan di hari2 besar; Kebersamaan dlm kegiatan kemanusiaan; Memaksimalisasi kapasitas kelembagaan yg berkonsentrasi pd kerukunan lintas agama; Mendorong kemauan politikpemerintah utk mewujudkan kebersamaan.
23
Terima kasih
Presentasi serupa
© 2025 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.