Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHadi Sanjaya Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
ANALISIS UJI LABORATORIUM TERHADAP PARASIT
2
PENDAHULUAN Pemeriksaan laboratorium merupakan rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan pengobatan atau meyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang diduga berdasarkan gejala kliniknya yang khas.
3
Untuk mengetahui penyebab penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi mikroorganisme dari spesimen (sampel) yang diambil dari penderita. Hasil pemeriksaan ini dipakai sebagai pedoman dalam pengobatan, perawatan maupun tindakan lainnya pada penderita.
4
JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Mikroskopis Ditanam pada perbenihan buatan, binatang percobaan, atau perbenihan jaringan. Test Serologis
5
SYARAT PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL
Pengambilan harus dilakukan sebelum penderita diberi pengobatan antimikroba. Pengambilan harus dilakukan pada saat dimana kemungkinan besar mikrobanya bisa ditemukan. Pengambilan harus dilakukan pada tempat dimana infeksinya sedang berlangsung. Spesimen harus diambil dalam jumlah yang cukup.
6
SYARAT PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL (2)
5. Pengambilan harus dilakukan dengan alat dan tempat penampungan yang tepat sebelum dikirim ke laboratorium. 6. Harus segera dikirim untuk dianalisis. 7. Harus disimpan dalam medium yang tepat sebelum saatnya diproses. 8. Spesimen harus segera diproses agar kemungkinan untuk berhasilnya isolasi lebih besar.
7
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Beberapa jenis penyakit dapat didiagnosa, cukup dengan menemukan bibit penyakitnya pada spesimen segar. Misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh protozoa, cacing, dan jamur. Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri umumnya tidak cukup dengan pemeriksaan mikroskopis saja, sebab secara morfologis bakteri tidak memiliki ciri khas yang bisa dipakai untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya.
8
PERBENIHAN Jenis perbenihan yang dipilih ditentukan berdasarkan sumber dan asal spesimen yang dikaitkan dengan gejala penyakitnya dan mikroba apa yang mungkin terdapat dalam spesimen tersebut. Jenis spesimen yang digunakan adalah darah, urin, feses, nanah, dan sputum.
9
TEST SEROLOGIS Test serologis berdasarkan terjadinya ikatan antara antigen dan antibodi, dimana serum penderita yang diperkirakan mengandung antibodi akan direaksikan dengan antigen yang sudah diketahui jenisnya. Bila reaksi (+), berarti penderita sudah pernah terinfeksi antigen tersebut. Jumlah (titer) antibodi dalam serum penderita dipakai sebagai dasar untuk diagnosa penyakitnya.
10
TEST SEROLOGIS (2) Spesimen yang sering dipakai untuk test serologis adalah darah dan cairan serebrospinalis. Antigen yang disiapkan dapat berupa seluruh sel mikroba, komplemen mikroba (dinding sel, flagel, phili, toksin) atau ekstrak mikroba. Reaksi antara antigen dengan antibodi dapat berupa presipitasi, netralisasi, bakteriolisin, dan aglutinasi.
11
Telur cacing (Kanan atas-Kiri Bawah) dan Parasit Malaria (Kiri atas-kanan bawah)
12
Spesimen(no.3) dan Pemeriksaan (No. 1,2,4)
13
Metode Pemeriksaan Laboratorium Terhadap Parasit
14
PEMERIKSAAN DARAH Untuk pemeriksaan parasit malaria, sediaan darah harus dioles dengan olesan Giemsa atau Wrigh. Ada dua macam sediaan darah yaitu sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal. Darah yang akan diperiksa diambil dari pembuluh darah vena, dan harus diberi antikoagulan agar tidak membeku.
15
PEMERIKSAAN DARAH (2) Dalam sediaan darah tipis, morfologi parasit malaria tampak lebih jelas. Dalam sediaan darah tebal, darah yang diperiksa lebih banyak sehingga kemungkinan menemukan parasit juga lebih besar. Parasit tampak 20x lebih banyak dalam satu lapangan penglihatan, tapi bentuk parasit tidak sama dalam sediaan tipis karena eritrositnya sudah hancur.
16
Diagnosis laboratorium dibuat dari adanya parasit di dalam sel darah merah.
Tipe apusan yang didapat adalah : 1. Film tebal. Sel darah merah lisis, dan sel darah putih, platelet, dan parasit terlihat. Metode ini tidak membedakan antara Plasmodium dengan Babesia. 2. Film tipis. Dengan metode ini, tampilan morfologis nampak untuk membedakan antara Plasmodium dari Babesia dan untuk identifikasi spesies definitive.
17
Apusan Tebal Spesimen Darah
18
Giemsa-stained blood films showing red cells infected with malaria and babesiosis.
(A) Exflagellated Plasmodium falciparum gametocytes (infective to mosquitoes). (B) Ring form of P. falciparum. (C) Ring forms of Babesia microti.
19
PEMERIKSAAN JAMUR SUPERFICIAL
Spesimen diambil dari kerokan kulit pada bagian perifer atau bagian atas dari vesicula, rambut harus diambil dengan pinset, dan kuku harus dikerok pada bagian kusamnya. Menggunakan mikroskop, cari adanya hypha atau spora.
20
PEMERIKSAAN URINE Pemeriksaan urine untuk isolasi parasit dapat dilakukan dengan cara sedimentasi dan sentrifugasi atau keduanya. Pemeriksaan urine untuk isolasi dan identifikasi bakteri dilakukan dengan teknik pewarnaan gram dan perbenihan pada media agar. Parasit yang bisa ditemukan dalam urine antara lain Trichomonas vaginalis, telur Schistosoma haematobium, mikrofilaria Wuchereria bancrofti, dan Leptospira icterohaemorrhagic.
21
PEMERIKSAAN CAIRAN SEREBROSPINALIS
Cairan serebrospinalis diambil dengan lumbal phunksi dan harus segera diperiksa di laboratorium. Teknik yang digunakan adalah pewarnaan dan perbenihan. Mikroorganisme yang sering terdapat pada CSS adalah Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Cryptococcus neoformans.
22
PEMERIKSAAN SPUTUM Penderita harus diajari cara mengeluarkan sputum dengan baik agar tidak tertukar dengan ludah. Pada penderita abces amoeba paru-paru, seringkali abcesnya pecah kedalam bronkus dan amoeba (Entamoeba histolytica) yang terdapat didalamnya keluar bersama sputum.
23
PEMERIKSAAN SPUTUM (2) Telur cacing Paragonimus westermani bisa juga terdapat dalam sputum. Pemeriksaan sputum untuk isolasi dan identifikasi bakteri atau jamur dilakukan sesuai dengan indikasi. Teknik pemeriksaan yang digunakan adalah sentrifugasi, pewarnaan, dan perbenihan.
24
PEMERIKSAAN FESES Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
25
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah normal produksi 100 – 200 gram/hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis. Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x /hari sampai 3x /minggu.
26
INDIKASI PEMERIKSAAN FESES
a. Adanya diare dan konstipasi b. Adanya darah dalam tinja c. Adanya lendir dalam tinja d. Adanya ikterus e. Adanya gangguan pencernaan f. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
27
SYARAT PENGAMBILAN SAMPEL
Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di lemari es Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan, misalnya bagian yang bercampur darah atau lendir
28
SYARAT PENGAMBILAN SAMPEL
5. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu. 6. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu 7. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.
29
JENIS PEMERIKSAAN FESES
1. Makroskopis Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit. Tinja hendaknya diperiksa dalam keadaan segar, kalau dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam tinja itu menjadi rusak. 2. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
30
PEMERIKSAAN JUMLAH Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan, bila banyak makan sayur jumlah tinja akan meningkat.
31
PEMERIKSAAN WARNA Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
32
PEMERIKSAAN WARNA (2) d. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. e. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
33
PEMERIKSAAN BAU Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
34
PEMERIKSAAN KONSISTENSI
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus
35
PEMERIKSAAN LENDIR Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja. Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas. Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal. Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
36
PEMERIKSAAN DARAH Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan, darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan, darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
37
PEMERIKSAAN NANAH Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
38
PEMERIKSAAN PARASIT Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
39
PEMERIKSAAN PROTOZOA Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
40
Giardia lamblia Trofozoit berukuran panjang 9-20 μm, lebar 5-15 μm. Berbentuk oval hingga ada yang berbentuk buah pear atau bentuk hati. Kista berukuran lebih kecil daripada trofozoit yaitu panjang 8-18 μm dan lebar 7-10 μm.
41
Entamoeba coly Trofozoit bentuknya tidak teratur,
Kista bentuknya bulat mempunyai dinding yang berasal dari ektoplasma Trofozoit bentuknya tidak teratur, bagian dalam endoplasma, bagian luar ektoplasma
42
Pemeriksaan mikroskopis kista dan trofozoit amuba (perbesaran 1000x)
Pemeriksaan mikroskopis kista dan trofozoit amuba (perbesaran 1000x). E dan F Kista amuba dalam pengecatan salin, G. Kista amuba dengan pengecatan Iodine. H. Trofozoit amuba yang menelan eritrosit dengan pengecatan salin.
43
PEMERIKSAAN TELUR CACING
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
45
PEMERIKSAAN LEUKOSIT Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan.
46
PEMERIKSAAN ERITROSIT
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
47
TERIMA KASIH
48
TUGAS INDIVIDU Cari penyakit apa saja yang dapat diakibatkan oleh parasit dibawah ini, berapa lama berada dalam tubuh manusia (host) dan bagaimana gejala klinis yang dapat muncul !!!!!
49
Toxoplasma gondii Giardia lamblia Entamoeba histolytica Vibrio cholerae Salmonella typhosa Trichomonas vaginalis Cacing Filaria Plasmodium Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium leprae
50
11. Chikungunya virus 12. Clostridium tetani 13. Treponema palidum 14
11. Chikungunya virus 12. Clostridium tetani 13. Treponema palidum 14. Ascaris lumbricoides 15. Ancylostoma duodenale 16. Wuchereria bancrofti 17. Schistosoma haematobium 18. Fasciola hepatica 19. Taenia solium 20. Taenia saginata
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.