Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHarjanti Sudirman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) Dosen pembimbing: Dra. AA Oka Puspa, M. Fil. H Disusun oleh: I Wayan Agus Pujayana
2
ORANG SUCI Orang suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka. Agni purana secara etimologi menjelaskan arti kata Rsi yaitu SUARA. Istilah ini didasarkan pada pengertian analogi yang menganggap bahwa rsi sebagai penerima dan kemudian menyampaikan suara yang diterima dari tuhan sebagai wahyu. Veda menyebutkan ada banyak nama-nama rsi yang terkenal sebagai pemikir dalam ajaran agama hindu. Rsi-rsi itu diantaranya wiswamitra, wyasa, kanwa, agastya, dan walmiki. Ada empat sifat yang menyebabkan rsi penting artinya bagi kehidupan umat hindu yaitu: 1. Widya atau ilmu, 2. Satya atau kejujuran dan kebenaran, 3. Tapa atau pengendalian diri, 4. Sruta atau penerimaan wahyu.
3
PANDITA dalam bahasa sangsekerta berarti orang pandai, cendikiawan, bijaksana, sarjana, sujana, dan pendeta. Yang dimaksud dengan pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Dwijati adalah lahir dua kali pertama lahir atau dilahirkan dari seorang ibu dan kedua dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe). Diksa adalah penyucian seorang welaka menjadi pandita.
4
PINANDITA, dasar katanya adalah pandita mendapat sisipan ”in”, yang artinya di. Jadi pengertian pinandita disini ialah seseorang yang dianggap sebagai wakil pandita. Guna mencapai tingkatan atau status pinandita ini pun melalui upacara/upakara diksa yang dikenal dengan sebutan ”pawintenan”. Pawintenan yang berkaitan dengan rsi yajña adalah pawintenan sari dan pawintenan gede atau pinandita. Pawintenan berasal dari kata winten, yang dapat diartikan dengan inten (berlian), permata bercahaya. Pawintenan atau mawinten mengandung arti melaksanakan suatu upacara untuk mendapatkan sinar (cahaya) terang dari sang hyang widhi wasa, supaya dapat mengerti, mengetahui, serta menghayati ajaran pustaka suci veda tanpa aral melintang.
5
Sasana dan wewenang Pandita
Secara resmi calon diksita itu diuji oleh penguji Parisada Hindu Dharma Indonesia mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan umum lainnya yang akan menunjang tugas-tugas diksita nanti. Proses diksita berikutnya dilakukan oleh tiga orang guru yang kesemuanya adalah pandita yang cukup senior, baik pengalaman, usia ataupun penguasaannya pada agama. Ketiga pandita itu adalah: Guru Nabhe, Guru Wakira dan Guru Saksi. Ada empat kegiatan dalam proses Diksa yaitu : amari raga, amari aran, amari sasana dan amari wesa. Dalam Lontar Udyoga Parwa menyebutkan karma pandita telah memiliki ilmu kerohanian yang sempura dan tinggi, maka beliaupun dapat menyempurnakan pihak lain seperti melakukan dengan memimpin suatu upacara yadnya. Dan dalam Kitab Sila Krama ditekankan bahwa para pandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran yama nyama brata.
6
SASANA dan wewenang pinandita
Sasana yang menjadi kode etik pinandita adalah segala aturan-aturan atau tata tertib yang berhubungan dengan ”kawikon” (aturan-aturan kehidupan yang patut dilaksanakan oleh seorang pinandita). Dalam Kitab Silakrama ditekankan bahwa para pinandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran Panca Yama dan Niyama Brata. Sasana pinandita dimuat dalam Kitab Sarasamuccaya sloka 57: ”dharmacca satyam ca tapo damacca vimatsaritvam Hristitiksanasuya, yajñacca danam ca dhritih ksama Ca mahavratani dvadaca vai brahmanasya”. Artinya : Ini adalah brata sang brahmana, duabelas banyaknya, perincianya : Dharma dari Satyalah sumbernya, Tapa artinya sarira sang sesana yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu : Dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati dirinya sendiri. Wimatsaritwa artinya tidak dengki-irihati, Hrih berarti malu, mempunyai rasa malu, Titiksa artinya jangan sangat gusar, Anasuyaartinya tidak berbuat dosa, Yajña adalah mempunyai kemauan mengadakan pemujaan; Dana adalah memberikan sedekah, Dhrti artinya penenangan dan pensucian pikiran, Ksama artinya tahan sabar dan suka mengampuni ; itulah brata sang brahmana.
7
Tugas seorang pinandita adalah berbuat sesuatu untuk menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bersama di masyarakat yang disebut jagaditha, dengan cara memberikan tuntunan rohani, pembinaan mental spiritual serta membantu kehidupan beragama dilingkungan masyarakat. Melaksanakan Loka Phala Sraya dan surya sewana. Kewajiban pinandita sebagai sulinggih ada sepuluh jumlahnya, yang disebut dengan dasa kramaparamartha, yakni : Tapa, Brata, Yoga, Samadhi, Santa, Sanmata, Maitri, Karuna, Upeksa, dan Mudhita. Tingkat upacara yang dilaksanakan terbatas pada tingkat pedudusan alit dan dalam upacara- upacara seperti : Upacara bhuta yajña (sampai caru panca sata), manusa yajña (mulai bayi lahir sampai otonan dan pawidi widana tingkat kecil), pitra yajña (sampai Mendem sawa dan mekingsan gni), membuat tirtha panglukatan/pabersihan, nganteb upakara piodalan (di pura/merajan yang diemongnya sampai batas ayaban tertentu), Nganteb upakara yajña tertentu (dengan tirtha pamuput dari pandita). Istilah yang digunakan oleh pinandita adalah “nganteb” bukan “muput”. Pinandita membantu pelaksanaan yajña tertentu dari pinandita suatu pura dengan seijinnya, menggunakan genta dan menggunakan mantra, serta mudra tertentu bila sudah mewinten dengan ayaban bebangkit serta sudah mendapat bimbingan dan ijin dari pandita.
8
Om saNTHI SANTHI SANTHI OM
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.