Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI"— Transcript presentasi:

1 BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI
Disusun Oleh : Eka Nur Kusumawaty ( ) Esti Dewi Lukitasari ( ) Farida Ulfa Srikurniati ( ) Marsaulina Damanik ( ) Mega Shinta Purnani ( ) Nasa Ayuning Swastiwi ( )

2 DEFINISI BA Jumlah dan kecepatan dimana suatu zat aktif atau komponen yang efektif diresorpsi dari sediaan obat bekerja pada lokasi efektifnya BE Dua formulasi sediaan obat dengan bahan obat sejenis dan bertakaran sama, menunjukkan ketersediaan hayati yang sama

3 PARAMETER PENENTUAN BA
Data Plasma, meliputi : Waktu konsentrasi plasma (darah) mencapai puncak (tmaks) Konsentrasi plasma puncak (Cpmaks) Area di bawah kurva kadar obat dalam plasma-waktu (AUC) Data Urin, meliputi : Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urin (Du) Laju ekskresi obat dalam urin (dDu/dt) Waktu untuk terjadi ekskresi obat maksimum dalam urin (t∞) Efek farmakologik obat Pengamatan klinik

4 FENITOIN Fenitoin memiliki tiga karakteristik farmakologis yang terkait dengan risiko non-ekivalen yaitu rendahnya kelarutan dalam air, kinetika non-linier, dan jendela terapeutik yang sempit. Absorbsi fenitoin sangat tergantung pada bentuk sediaan dan ukuran partikel. Fenitoin terikat kuat pada protein plasma dan metabolismenya tergantung dosis. Eliminasi mengikuti kinetika orde pertama pada obat dengan konsentrasi rendah sedangkan kinetika orde nol untuk konsentrasi obat yang lebih tinggi. Perubahan kinetika ini mencerminkan saturasi dari jalur metabolik. Dengan demikian, kenaikan yang sangat kecil dalam dosis dapat menimbulkan efek samping.

5 ALAT & BAHAN ALAT BAHAN Alat-alat kaca dari Borosil.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (5 PD 10 AVP) dari Shimadzu, Jepang. Neraca analitik (AW 220) dari Shimadzu, Jepang. Cetrifuge (Labofuge 200) dari laboratorium Kendro, Jerman. Micropipette (Microlit), India. Jarum suntik 3ml dari Laboratorium Kana, Korea. Jarum suntik 1 ml dari Terumo, Jepang. Tablet Fenitoin (formulasi uji) yang diproduksi pada Juni 2008 dan kadaluwarsa pada tahun 2010. Kapsul fenitoin (formulasi standar inovator) yang diproduksi April dan tanggal kadaluwarsa Maret diperoleh dari apotek lokal. Reagen: air; asetonitril; metanol pro HPLC. Hewan uji : enam kelinci jantan, dewasa dan sehat dari spesies Angora. Berat rata-rata kelinci 2,523 ± 0,282 kilogram. Kelinci dibagi menjadi dua kelompok dan dinamakan sebagai kelompok 1 dan kelompok 2.

6 Disiapkan 2 formulasi yaitu Formulasi standart dan Formulasi uji
PERSIAPAN SAMPEL Disiapkan 2 formulasi yaitu Formulasi standart dan Formulasi uji Formulasi standart: diambil serbuk dari kapsul Fentoin, dilarutkan dalam air suling sehingga diperoleh konsentrasi 1 mg/ml Formulasi Uji: digerus tablet fenitoin, dilarutkan dalam air suling sehingga diperoleh konsentrasi 1 mg/ml

7 Disentrifugasi dalam tabung yang mengandung EDTA
Disiapkan 6 kelinci, dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 Diberi Formulasi standart secara peroral dengan dosis 60 mg/kg Kelompok 2 Diberi Formulasi uji secara peroral dengan dosis 60 mg/kg Dipuasakan kelinci 1 hari sebelum perlakuan Diambil sekitar 2 ml darah pada menit ke-15 dan pada jam ke-1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 16, dan 24 dari vena marginal telinga Disentrifugasi dalam tabung yang mengandung EDTA Dipisahkan plasma dengan sentrifugasi (5000 rpm, 5 menit) dan disimpan pada suhu 10oC dan dianalisis dengan HPLC

8 HASIL DAN PEMBAHASAN

9 AUC0-24 DIHITUNG SECARA INDIVIDUAL
AUC0-24 dari dua formulasi berbeda secara signifikan dengan tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,0224). AUC tertinggi ditunjukkan oleh R2 untuk kedua formulasi

10 AUC0-∞DARI DUA FORMULASI DAN DIHITUNG SECARA INDIVIDUAL
AUC0-∞dari dua formulasi berbeda secara signifikan dengan tingkat signifikansi 0,10 (p = 0,0527). AUC tertinggi ditunjukkan oleh R2 untuk kedua formulasi

11 WAKTU KONSENTRASI PUNCAK (Tmax) DARI DUA FORMULASI DIHITUNG SECARA INDIVIDUAL
Tmax dari dua formulasi tidak berbeda secara signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. (p = 0,2811). Tmax tertinggi ditunjukkan oleh R1 untuk formulasi A sedangkan Tmax tertinggi untuk formulasi B pada R5.

12 Konsentrasi Plasma Puncak (C max) dihitung secara individual
Cmax dari dua formulasi tidak berbeda secara signifikan pada tingkat signifikansi 0,05. (p = 0,3844). Cmax tertinggi ditunjukkan oleh R3 untuk formulasi A sedangkan Cmax tertinggi ditemukan pada R5 untuk formulasi B

13 PEMBAHASAN Dua obat dianggap bioekuivalen jika bioavailabilitas keduanya setara dan begitu mirip sehingga tidak mungkin menghasilkan perbedaan klinis yang relevan dalam hal keamanan dan keefektifan Percobaan dilakukan terhadap enam kelinci jantan yang sehat untuk membandingkan bioavailabilitas satu brand formulasi fenitoin 100 mg dengan formulasi inovator. Kedua obat yang dibeli dari apotek ritel dan obat diberikan secara oral dengan dosis tunggal 60 mg/kg dalam keadaan kelinci puasa.

14 Selama penilaian farmakokinetik, AUC memberikan hasil yang berbeda secara signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 AUC merupakan parameter yang paling penting dalam mengevaluasi bioavailabilitas obat dari bentuk sediaan yang digunakan sebagai gambaran seberapa jauh obat diserap. Sehingga, dapat disimpulkan sediaan tidak bioekivalen dengan pembanding.

15 Sementara C max dan T max tidak berbeda secara signifikan pada tingkat signifikansi 0,05
Tmax dan Cmax tergantung dengan tingkat penyerapan, lamanya kelinci puasa mungkin mengakibatkan Tmax lebih tinggi dari Cmax. Formulasi yang diberikan dalam bentuk larutan juga bisa mengakibatkan onset lebih cepat dan Cmax yang lebih tinggi.

16 KESIMPULAN Fenitoin adalah salah satu obat yang biasa digunakan dalam pengobatan epilepsi primer dan sekunder di Nepal, Fenitoin memiliki indeks terapeutik yang sempit Cmax dan Tmax tidak berbeda secara signifikan sedangkan AUC berbeda secara signifikan. AUC merupakan parameter yang paling penting dalam mengevaluasi bioavailabilitas obat dari bentuk sediaan yang digunakan sebagai gambaran seberapa jauh obat diserap. Bioekivalensi dua formulasi dari fenitoin 100 mg yang tersedia di pasar Nepal menunjukkan bahwa formulasi uji tidak bioekuivalen dengan pembanding karena hasil AUC menunjukkan hasil yang berbeda signifikan sehingga kedua obat tidak bioavailabel.

17 THANK YOU 


Download ppt "BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google