Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KEBIJAKAN PUBLIK Kuliah 4

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KEBIJAKAN PUBLIK Kuliah 4"— Transcript presentasi:

1 KEBIJAKAN PUBLIK Kuliah 4
Perumusan Masalah Kebijakan Penyusunan Agenda Kebijakan Perumusan Usulan Kebijakan Tahap-tahap dalam Perumusan Kebijakan Bahan Bacaan: Agustino: 113, Islamy: 77, Dunn: 26, 224, Nugroho (2003): 101, Winarno: 119, Subarsono: 23, 29, Widodo: 64, 77, Nugroho (2008):355

2 PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Bagian dari KP yang krusial adalah: perumusan masalah kebijakan. Analis kebijakan sering gagal karena memecahkan masalah yang salah dibandingkan gagal menemukan solusi yang salah terhadap masalah yang benar.

3 Perumusan masalah merupakan aktivitas yang amat penting dalam proses kebijakan publik. Oleh karena hal ini akan berpengaruh terhadap langkah-langkah berikutnya. Kebijakan yang disusun dengan baik, dan dilaksanakan secara efisien oleh lembaga yang kompeten tidaklah berarti jika kebijakan tersebut didasarkan atas masalah yang dirumuskan secara salah  the third error type: melaksanakan kebijakan secara benar untuk memecahkan masalah yang dirumuskan secara salah.

4 Agar masalah kebijakan dirumuskan secara benar, maka perlu menempuh tahap-tahap perumusan masalah yang mencakup 4 sub metode perumusan masalah.

5 1. pengenalan masalah  situasi masalah/problematis
Lanjutan….. Perumusan Masalah (Problem Structuring) : rangkaian kegiatan untuk menghasilkan 4 informasi yang saling berkaitan dengan masalah kebijakan, dengan cara menggunakan 4 sub metode perumusan masalah. 1. pengenalan masalah  situasi masalah/problematis 2. pencarian masalah  pemetaan masalah 3. pendefinisian masalah  masalah substantif 4. spesifikasi masalah  masalah formal

6 Tahap-Tahap Perumusan Masalah
Meta Masalah Pencarian Masalah Pendefinisian Masalah Masalah Substantif Situasi Masalah Pengenalan Masalah Spesifikasi Masalah Masalah Formal

7 Tahap-tahap Perumusan Masalah
Masalah Besar (meta problem) Pencarian Masalah Perumusan Masalah Masalah Inti (substantive problem) Situasi Permasalahan (problematic situation) Penginderaan Masalah Spesifikasi Masalah Masalah Formal (formal problem

8

9 Sifat-sifat Masalah Publik (Dunn,1994)
Saling Ketergantungan (interdependence)  Masalah kebijakan dalam satu bidang kadang2 mempengaruhi masalah dalam bidang lain. Subyektivitas dari masalah kebijakan  kondisi eksternal yang menimbulkan suatu permasalahan didefinisikan secara selektif.

10 Sifat-sifat Masalah Publik (Dunn,1994)
3. Artificiality masalah  Masalah kebijakan hanya mungkin ketika manusia membuat penilaian mengenai keinginannya untuk mengubah beberapa situasi masalah 4. Dinamika masalah kebijakan  Ada banyak solusi yang ditawarkan untuk memecahkan suatu masalah sebagaimana terdapat banyak definisi terhadap masalah tersebut.

11

12 Batasan Masalah Publik
Masalah Privat adalah: masalah yang dapat diatasi tanpa mempengaruhi orang lain (Jones,1991) atau tanpa harus melibatkan pemerintah. Masalah Publik adalah: belum terpenuhinya kebutuhan, nilai, kesempatan yang diinginkan oleh publik, dan pemenuhannya hanya mungkin melalui kebijakan pemerintah.

13 Data dalam Perumusan Masalah
Data time series Vs cross sectional Data sekunder Vs data primer Kendala dalam data & informasi: 1. Tidak up to date 2. Kualitas data 3. sistem manajemen data

14 Tahap-Tahap dalam Perumusan Kebijakan
Perumusan Masalah (defining Problem) Agenda Kebijakan Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah Tahap penetapan Kebijakan

15 Kesalahan Tipe ke-3 Howard Raiffa: secara metodologis, pilihan untuk menilai hipotesis adalah: null hypotheses vs. experiment hypotheses. Tetapi yang cukup sering terjadi adalah “merumuskan hipotesis yang salah” atau “memecahkan masalah yang sebenarnya bukan masalah”.

16 Metode Perumusan Masalah
Analisis pembatas (boundary analysis); membatasi masalah dari berbagai macam isu yang sangat luas Analisis klasifikasi; membuat klarifikasi konsep untuk menetapkan situasi problematis yg sesungguhnya Analisis hierarkhi; mengidentifikasi penyebab dari situasi masalah tertentu Sinektika (synectics); mengetahui kemiripan isu-isu tertentu untuk membuat analogi Curah-pendapat (brainstorming); menggali gagasan, tujuan, dan strategi untuk mengetahui situasi problematis Pemetaan argumentasi (argumentation mapping); menyajikan peta penalaran dan tingkat penting-tidaknya argumentasi kebijakan.

17 Situasi Masalah/Problematis
Situasi yang dianggap sebagai problematis secara sosial, atau situasi yang merupakan masalah sosial yang menuntut peme-cahan masalah secara kolektif melalui penerapan suatu kebi-jakan publik tertentu. Dikatakan problematis jika ada jarak/gab antara keadaan yang diinginkan dengan yang senyatanya. Situasi problematis merupakan situasi umum yang dapat kita peroleh dari koran-koran/hasil penelitian/laporan dinas. Kondisi tersebut dipandang policy maker tidak diinginkan, karena itu perlu dipecahkan, misal : kemiskinan, AIDS, PSK, dll. Situasi problematis ini merupakan hasil dari metode penge-nalan masalah. Perumus kebijakan atau analis kebijakan perlu mengenali apa sifat atau hakekat dari suatu masalah kebijakan

18 Misalnya kemiskinan : apa hakekat dari masalah kemiskinan?
Lanjutan…. Misalnya kemiskinan : apa hakekat dari masalah kemiskinan? (1) Apakah cukup memadai untuk dijelaskan sebagai masalah ekonomi (rendahnya tingkat pendapatan), (2) sebagai masalah kejiwaan (rendahnya etos kerja), atau (3) masalah struktural (terbatasnya akses meningkatkan kehidupan ekonomi dalam struktur sosial yang ada), (4) masalah budaya (kultur).

19 Perbedaan definisi akan mempengaruhi arah tindakan yang dirumuskan
Perbedaan definisi akan mempengaruhi arah tindakan yang dirumuskan. Jika kemiskinan merupakan masalah ekonomi, maka alternatif tindakan yang sesuai adalah memperluas kesempatan kerja atau meningkatkan pendapatan masyarakat. Jika kemiskinan merupakan masalah etos kerja, maka pemberian pendidikan dan rangsangan yang membangkitkan motivasi kerja merupakan tindakan yang perlu diambil. Tetapi jika kemiskinan didefinisikan sebagai masalah struktural, maka saran yang sesuai adalah merombak struktur sosial atau sistem kekuasaan sehingga akses/peluang orang miskin untuk mengatasi kemiskinannya meningkat.

20 Beberapa Karakteristik Masalah Kebijakan (Muhadjir Darwin, 1993) :
Menyangkut masyarakat luas Serius Potensial menjadi serius Ada peluang untuk memperbaiki

21 Contoh masalah kebijakan (1):
80 persen Daerah Pemekaran Gagal Selama terdapat 205 daerah pemekaran baru, yang terdiri atas 7 provinsi, dan 198 kabupaten/kota. Namun hanya 20 persen daerah pemekaran baru yang berhasil, sedangkan 80 persen sisanya dianggap gagal. Bahkan penambahan daerah otonom baru itu justru menambah beban keuangan negara. Pada tahun 1999, DAU yang dikucurkan ke daerah baru Rp. 54,31 triliun, dan tahun 2009 sudah sampai Rp. 167 triliun. Selain itu juga berdampak pada berkurangnya proporsi DAU bagi daerah lain. Beban lain yang harus ditanggung pemerintah pusat adalah penambahan DAK, yang salah satunya untuk membantu menyediakan kantor-kantor SKPD. Dana bantuan, baik dari pusat maupun daerah induk, biasanya habis untuk memberikan gaji kepada pegawai dan pejabat, termasuk anggota DPRD Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang menjadi tujuan pemekaran daerah belum tercapai. Sumber: KOMPAS, Rabu, 30 September 2009 (hal. 2)

22 Contoh masalah kebijakan (2):
AIDS Epidemic Update di Dunia 1. Jumlah Pengidap HIV Tahun 2007: Total juta Dewasa juta Wanita juta Anak < 15 tahun juta 2. Jumlah Infeksi HIV Terbaru Tahun 2007: Total juta Dewasa juta Anak < 15 tahun 3. Jumlah Meninggal Dunia Akibat AIDS Tahun 2007: Total 2.1 juta Dewasa 1.7 juta Anak < 15 tahun Sumber : Desember 2007

23 Contoh masalah kebijakan (3):
PENGANGGUR MENURUT PENDIDIKAN : (KOMPAS, 22 Agustus 2008, hal. 1)  (dalam ribu) EDUC. 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Feb Nov Agt (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Tidak/belum pernah sekolah 352,5 336,0 342,7 264,5 234,5 170,7 145,8 94,3 79,8 Belum/tidak tamat sekolah 710,4 668,3 670,1 673,5 615,0 611,3 520,3 438,58 448,4 SD 2.495,9 2.275,3 2.541,0 2.729,9 2.675,5 2.589,7 2.753,5 2.179,8 2.216,7 SLTP 2.458,9 2.690,9 2.680,8 3.151,2 2.860,0 2.730,0 2.643,1 2.264,2 2.166,6 SLTA Umum 2.435,8 2.441,2 3.069,3 2.842,9 2.851,5 2.630,4 2.532,2 2.204,4 SLTA Kejuruan 1.037,1 1.254,3 1.230,8 2.037,6 1.204,1 1.305,2 1.114,7 1.538,3 1.165,6 Diploma I, II, III/ Akademi 202,8 237,3 332,8 308,5 297,2 278,1 330,3 397,2 519,9 Universitas 245,9 348,1 384,4 395,5 375,6 395,6 409,9 566,6 626,2 J u m l a h 9.939,3 10.251,4 10.854,3 11.899,3 11.104,7 10.932,0 10.547,9 10.011,1 9.427,6 Sumber: KOMPAS, Rabu, 30 September 2009 (hal. 2)

24 Pemetaan Masalah Hasil dari pengenalan masalah ini berupa situasi masalah. Kemudian situasi masalah ditransformasi menjadi pemetaan masalah melalui metode pencarian masalah (identifikasi faktor penyebab). Pengenalan terhadap sifat masalah sekaligus berguna dalam mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dari munculnya suatu masalah kebijakan. Artinya dengan menjelaskan bahwa kemiskinan adalah masalah kejiwaan, secara implisit kita mengidentifikasi bahwa kemiskinan timbul karena penduduk mempunyai etos kerja yang rendah. Namun yang harus diperhatikan bahwa masalah yang muncul bukanlah disebabkan oleh penyebab tunggal tetapi kombinasi dari berbagai penyebab. Dalam hal ini perumus kebijakan perlu meng-identifikasi seluruh faktor yang diduga mendukung munculnya masalah, setelah itu menseleksi mana dari faktor-faktor tersebut yang dianggap sebagai faktor dominan, dan dari faktor-faktor yang dominan dicari mana faktor-faktor yang dapat diubah melalui penerapan kebijakan publik tertentu.

25 Lanjutan…. Situasi problematis biasanya tidak dialami oleh semua pendu-duk, tetapi sekelompok penduduk. Dalam perumusan masalah, lingkup permasalahan perlu diperjelas antara lain dengan mengidentifikasi siapa yang mengalami situasi problematis. Dalam masalah kemiskinan misalnya, perlu diperjelas siapa yang dapat dikelompokkan sebagai miskin? Apakah kemis-kinan dilihat pada unit keluarga? Jika demikian, keluarga dengan karakteristik apa yang disebut miskin? Apakah kemis-kinan dilihat pada unit desa? Jika demikian perlu diperjelas desa mana yang disebut desa miskin? Definisi demikian sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dari suatu program yang hendak diselenggarakan.

26 Lanjutan…. Dalam pemetaan masalah perlu juga dilihat keterkaitan satu masalah dengan masalah lain, sehingga dapat diupayakan pemecahan masalah secara lebih integratif. Misalnya tingginya mortalitas bayi di suatu wilayah pedesaan berhubungan erat dengan rendahnya pendidikan masyarakat, rendahnya akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, dan rendahnya kesadaran penduduk untuk merawat kandungan secara sehat. Dengan demikian upaya penurunan mortalitas bayi perlu mengintegrasikan pendekatan klinis, edukatif, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat.

27 Masalah Substantif Situasi problematis mempunyai berbagai dimensi yang selalu menimbulkan perbedaan pendapat diantara stakeholders dalam suatu pemerintahan. Misal kemiskinan : merupakan situasi pro-blematis yang perlu dirumuskan menjadi substantive problem melalui metode pendefinisian masalah (problem definition). Cara merumuskan problematic situation menjadi substantive problem sangat tergantung pada metode konseptualisasi/pende-finisian masalah kemiskinan. Misal masalah kemiskinan terkait dengan masalah : (1) kurang-nya kesempatan kerja, (2) rendahnya kualitas SDM, (3) budaya, atau (4) masalah politis/kemiskinan struktural. Salah satu dari ke empat hal tersebut merupakan substantive problem

28 Masalah Formal Masalah substantif ditransformasi menjadi masalah formal melalui metode spesifikasi masalah. Perumusan masalah substantif dapat lebih dispesifikan lagi (spesifikasi masalah) dengan bantuan statistik. Misal kemiskinan, ternyata masalah substantifnya adalah kelangkaan kesempatan kerja, maka hal tersebut dapat dispesi-fikan lagi yaitu : pemerintah menciptakan kesempatan kerja selama 1 tahun.

29 CLASS DISCUSSION Diskusikan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang mahasiswa mengenai salah satu topik dibawah ini :

30

31

32

33 Apakah tidak ada kebijakan tentang “tenda ceper”
Apakah tidak ada kebijakan tentang “tenda ceper” ? Lihat perwako padang tentang obyek wisata di danau cimpago s/d bina ria Apakah tidak ada kebijakan tentang illegal logging dan pembalakan hutan ? Siapa yang mestinya bertanggung jawab ? Apakah tidak ada terminal di kota padang ? Masalahnya digambar itu apakah terminal, kriminal, pariwisata atau mesjid raya ? Ada TRB, ada TKL... Apa masalah terminal ? Kajian sosiologi perkotaan.

34 Pertanyaan : Menurut kelompok saudara, apa yang menjadi permasalahan mendasar sehingga kebijakan tersebut dibuat ? Waktu 15 menit dan hasil diskusi kelompok dibuat dalam bentuk pointer.


Download ppt "KEBIJAKAN PUBLIK Kuliah 4"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google