Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman"— Transcript presentasi:

1 Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman
Tujuan instruksional khusus: Mahasiswa mengenal dan memahami film dan rekaman sebagai sebuah industri atau institusi ekonomi Referensi: 1. Albarian Alan B, Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, 1996. 2. Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1998. 3. Sen, Krishna & Hill, David, T, Media, Budaya, dan Politik di Indonesia, Jakarta: ISAI, 2000.

2 Industri Film di AS: Pengantar
Industri film di AS menjadi sumber hiburan utama selama beberapa dekade. Hollywood menjadi pusat industri film di AS.

3 Biaya Produksi Film Biaya produksi film di AS terus meningkat sejak dekade lalu. Pada 1983, rata-rata biaya produksi film sekitar 11,3 juta dolar AS. Pada 1993, rata-rata biaya produksi film menjadi 44 juta dolar AS, dan pada 1994 melonjak menjadi 50,4 juta dolar AS

4 Pasar Industri Film Industri film memperoleh revenuenya dari audience melalui berbagai teknologi atau cara, seperti penjualan tiket (bioskop), home video, distribusi internasional, pay-per-view. Kini, industri film kadang memperoleh pendapatan lain dari apa yang disebut penempatan produk (product placement) atau build in product dalam istilah industri televisi siaran.

5 Pasar Industri Film Hollywood: Penonton
Berdasarkan riset Nielsen, penggemar film rata-rata mengonsumsi 10,5 judul film di layar bioskop. Sebanyak 46% di antaranya adalah pelanggan Netflix dan 68% pemilik home theatre. Sebanyak 63 persen penonton lebi suka menonton film di bioskop ketimbang di rumah. Tahun 2007, penonton diperkirakan tumbuh sebesar 6,4%.

6 Pendapatan Hollywood Lembaga analis keuangan Wedbush Morgan Securities melaporkan sejak tahun 2003 pendapatan film-film Hollywood terus meningkat. Tahun 2006 pendapatan Hollywood naik 5,5% atau setara 9,5 miliar dolar AS. Tahun 2007 pendapatan Hollywood diperkirakan mencapai 10 miliar dolar AS atau hampir Rp 100 triliun. Peningkatan pendapatan Hollywood meningkat antara lain akibat naiknya harga tiket sebesar 50% dibanding tahun lalu.

7 Struktur Pasar dan Pemain Utama dalam Industri Film AS
Struktur pasar industri film di AS adalah oligopoli. Hingga 1994 terdapat setidaknya delapan pemain utama di dalamnya: Disney dengan market share 18,6%, Warner Brothers 15,9%, Paramount 14,2%, Universal 13,5%, Fox 10,1%, TriStar 5,2%, Columbia 4,7%, MGM 2,5%

8 Regulasi Industri Film di AS
Regulasi awalnya berhubungan dengan kompetisi. Belakangan regulasi dalam industri film umumnya berkaitan dengan sensor.

9 Pengaruh Teknologi Terdapat dua jenis teknologi yang mempengaruhi industri film. Pertama, penggunaan secara lebih luas teknologi produksi film, seperti penggunaan special effects, komputer, dll. Kedua, berkaitan dengan teknologi konsumsi film, seperti video on demand, gambar digital, home video, private theatre, internet, dll.

10 Masa Depan Industri Film Hollywood
Dilihat dari kemampuannya beradaptasi dengan berbagai teknologi untuk meraih penonton, masa depan industri film bisa dikatakan cerah. Namun, dilihat dari sisi cost production yang cenderung makin mahal, selera penonton yang berubah-ubah, pembajakan, serta munculnya industri film di negara lain, membuat masa depan industri film masih merupakan tantangan.

11 Film Indonesia: Sejarah
Film di Indonesia mulai ada sejak 1920-an. Namun, sebagai sebuah industri film Indonesia mulai berkembang pada 1970-an. Tahun 1980-an merupakan puncak industri film Indonesia. Tahun 1990-an, industri film Indonesia seolah mati suri. Industri film Indonesia mulai menggeliat pada tahun 2000-an

12 Jumlah Produksi Film Indonesia tahun 1990-an
Berdasarkan data Departemen Penerangan, 112 film diproduksi pada 1990/1991, 41 di tahun 1991/1992, 28 di tahun 1992/1993. Pada 1997/1998 hanya tujuh film Indonesia yang diproduksi. Pada 2006, jumlah film Indonesia yang diproduksi mencapai 40 judul.

13 Film Indonesia: Menuju Era Industri
Sutradara Nia Dinata menyebut industri film Indonesia masih industri rumahan. Meski begitu, menurut Nia, film Indonesia tengah melangkah menuju era industri sungguhan. Kini mulai banyak produser film yang membuat film untuk tujuan komersil, menciptakan pasar, menggunakan tenaga profesional, dan metode profesional. Penyediaan tenaga profesional harus didukung oleh ketersediaan sekolah film. Untuk penduduk yang berjumlah 225 juta jiwa, Indonesia hanya punya satu sekolah film. Bandingkan dengan India yang punya 30 sekolah film, Korea 7, Filipina 5, dan Iran 2.

14 Pasar Film Indonesia Film Indonesia umumnya mengandalkan penonton sebagai pasar. Untuk meraih penonton, film Indonesia hanya memanfaatkan beberapa teknologi: penjualan tiket bioskop, DVD/VCD. Diperkirakan saat ini hanya 20 persen rakyat Indonesia yang bisa mengonsumsi film. Pada tahun 2006 dengan jumlah produksi sebanyak 40 judul, film Indonesia mampu meraih 12 juta penonton. Dengan produksi dan jumlah penonton sebanyak itu, film Indonesia meraih 34 persen dari total film. Dari sisi iklan, belakangan, film Indonesia mulai memanfaatkan sponsor, antara lain perusahaan rokok.

15 Biaya Produksi Film Indonesia
Biaya produksi film Indonesia berkisar antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 3 miliar. Biaya itu tidak termasuk biaya produksi.

16 Kompetisi Film Indonesia dewasa ini berkompetisi dengan film hollywood dan sinetron di televisi atau film televisi.

17 Bioskop Di Indonesia jatuh-bangunnya industri film berdampak pada jatuh-bangunnya industri bioskop. Konstalasi industri bioskop di Indonesia berubah dengan masuknya jaringan bioskop 21. Banyak bioskop di luar jaringan 21 yang mati. Untuk bertahan, bioskop-bioskop tersebut memutar film porno. Konstalasi industri bioskop di Indonesia berubah dengan berdirinya jaringan bioskop Blitz.

18 Regulasi Implementasi yang paling kasat mata dalam industri film di Indonesia adalah Badan Sensor Film (BSF) yang kemudian berubah menjadi Lembaga Sensor Film (LSF). Institusi regulatif ini umumnya mengawal film Indonesia dari kekerasan, seks, SARA. Regulasi lainnya adalah berkaitan dengan perlindungan film dari pembajakan (UU Hak Cipta).


Download ppt "Ekonomi Media Pokok bahasan: Ekonomi industri film dan rekaman"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google