Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSusanti Sutedja Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Akulturasi dan Relasi Interkultural (Part.1)
2
A. Masyarakat Plural Definisi Masyarakat Plural
Masyarakat Sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Multikultural Multi (banyak) Kultural (Kebudayaan) Jadi secara etimologis masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki struktur atau tipe budaya lebih dari satu. Masyarakat multikultural dikenal dengan istilah lain masyarakat majemuk atau masyarakat pluralistik.
3
Ciri – Ciri Masyarakat Plural (Pierre L. Van Den Berghe)
Terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga- lembaga yang bersifat nonkomplementer Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota- anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar Secara relatif seringkali mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi Adanya dominasi politik suatu kelompok terhadap kelompok lain
4
Terbentuknya Masyarakat Pluralism
Prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan klaim kebenaran (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.
5
Faktor yang Mendorong Terbentuknya Pluralism
a. Latar belakang historis b. Kondisi geografis c. Keterbukaan terhadap kebudayaan luar
6
Sumber Konflik Adapun sumber konflik antar suku bangsa dalam negara berkembang seperti Indonesia, paling sedikit ada lima macam yakni: Jika dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama Jika warga suatu suku bangsa mencoba memasukkan unsur-unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain Jika warga satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep- konsep agamanya terhadap warga dari suku bangsa lain yang berbeda agama Jika warga satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa secara politis Potensi konflik terpendam dalam hubungan antar suku bangsa
7
Masalah yang timbul Keanekaragaman serta perubahan kebudayaan juga tidak luput dari masalah-masalah yang akan timbul, diantaranya: a) Konflik Merupakan suatu proses disosiatif yang memecah kesatuan di dalam masyarakat. Meskipun demikian konflik tidak selamanya negatif, adakalanya dapat menguatkan ikatan dan integrasi b) Integrasi Adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat dan erat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat sehingga menjadi penyatuan hubungan yang diangap harmonis
8
c) Disintegrasi Disebut pula disorganisasi, merupakan suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kesatuan. Agar masyarakat dapat berfungsi sebagai organisasi harus ada keserasian antar bagian-bagian d) Reintegrasi Disebut juga reorganisasi, dilaksanakan apabila norma-norma dan nilai-nilai baru telas melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. yang telah bermusuhan secara adat
9
B. Akulturasi Definisi Alkuturasi
Menurut Suyono, dalam Rumondor (1995: 208) Akulturasi merupakan pengambilan atau penerimaan satu atau beberapa unsur kebudayaan yang berasal dari pertemuan dua atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu. “Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri”. (Nardy,2012)
10
Faktor yang Mempengaruhi
Faktor Intern 1. Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi) 2. Adanya penemuan baru. 3. Discovery - penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada. 4. Invention - penyempurnaan penemuan baru. 5. Innovation - pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. 6. Konflik yang terjadi dalam masyarakat. 7. Pemberontakan atau revolusi
11
b. Faktor Ekstren 1. Perubahan alam 2. Peperangan 3
b. Faktor Ekstren 1. Perubahan alam 2. Peperangan 3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi, akulturasi,dan asimilasi. Pada ilmu psikologi, faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi dalam taraf individu adalah faktor-faktor kepribadian seperti toleransi, kesamaan nilai, mau mengambil resiko, keluwesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya. Dua budaya yang mempunyai nilai-nilai yang sama akan lebih mudah mengalami akulturasi dibandingkan dengan budaya yang berbeda nilai.
12
Bentuk Kontak Kebudayaan yang Menimbulkan Proses Akulturasi (Saebani)
Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat , atau antar bagian dari masyarakat, dan terjadi semata –mata antara individu dari dua kelompok. Kontak dapat diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan. Kontak dapat timbul antara masyarakat yang dikuasai, baik secara politik maupun ekonomi. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang sama besarannya dan berbeda besarannya. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek – aspek yang materil dan yang non materil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks, dan antara kebudyaan yang kompleks dengan yang kompleks pula.
13
C. Strategi Interkultural
Definisi Interkultural Interkultural adalah orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Interkultural biasanya dijelaskan dalam komunikasi antarbudaya. Menurut Matsumoto dan Juang (2008) komunikasi antar budaya (interkultural communication) merupakan komunnikasi antar orang- orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Serta menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik). Menurut Matsumoto dan Juang (2008), akulturasi terbagi menjadi dua proses yang saling berhubungan tetapi memiliki komponen yang berbeda, yaitu Intercultural Adaptation dan Intercultural Adjustment.
14
1. Apakah saya ingin memelihara identitas dan karakteristik budaya asli saya?
2. Apakah saya ingin memelihara hubungan yang baik dengan orang-orang dari budaya tuan rumah? Strategi Interkultural Berdasarkan kedua pertanyaan diatas, tipe-tipe strategi interkultural dibagi menjadi: Separators Mereka yang menjawab ‘ya’ pada pertanyaan pertama dan ‘tidak’ pada jawaban kedua. B. Assimilators Individu yang menjawab ‘tidak’ pada pertanyaan pertama dan menjawab ‘ya’ pada pertanyaan kedua
15
C. Marginalizers Individu yang menjawab ‘tidak’ kepada dua pertanyaan diatas. D. Integrators Individu yang menjawab ‘ya’ pada kedua pertanyaan tersebut. Strategi yang paling baik menurut Berry adalah integration. Integrasi adalah pola adaptasi terbaik, yang dapat menghasilkan hasil terbaik dalam penyesuaian (adjustment). Namun hal ini mendapatkan kritik dari Rudmin (dalam Matsumoto dan Juang, 2008) yang mengatakan bahwa integrasi tidak benar-benar dapat diasosiasikan dengan hasil penyesuaian yang terbaik.
16
Faktor Psikologis yang Memprediksi Intercultural Adaptation dan Intercultural Adjustment
Dalam Intercultural Adjustment, terdapat beberapa faktor yang penting. Faktor yang pertama adalah Cultural Fit atau tingkatan dimana karakteristik seseorang cocok dengan lingkungan budaya baru yang mana dia akan terakulturasi (Ward dan Chang dalam Matsumoto dan Juang, 2008). Ia juga mengatakan bahwa individu yang cocok akan memiliki penyesuaian yang baik, sebaliknya individu yang tidak cocok karakteristiknya akan memiliki penyesuaian diri yang buruk, dimana mereka kemudian stres, depresi, atau cemas. Faktor lainnya yang penting untuk Intercultural Adjusment adalah regulasi emosi yang diartikan sebagai kemampuan untuk mengatur reaksi emosi agar mendapatkan hasil yang berguna. Dalam studi yang berkelanjutan ditunjukan bahwa pengaturan emosi adalah salah satu kunci suksesnya intercultural adjustment (Matsumoto, LeRoux, Bernhard, Gray, Iwamoto, Choi, Rogers, Ratzlaff, Tatani, Uchida et al, dalam Matsumoto dan Juang, 2008).
17
Dalam Intercultural Adaptation, kemungkinan penuh konflik yang tidak dapat dielakkan yang banyak membawa tekanan (stres). Kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan sukses menjadi cara untuk dapat menghadapi terjadinya stres ketika tinggal dalam budaya baru. Kemampuan ini menuntut kita untuk tidak mengatasi masalah dengan emosi. Kita harus mampu menjaga emosi kita, itulah yang dinamakan proses regulasi emosi. Jadi dapat dikatakan, regulasi emosi adalah kemampuan dalam mengatur dan mengendalikan emosi ketika menghadapi situasi yang membuat stres. Sebuah variabel yang berkaitan dengan regulasi emosi adalah Need for Cognitive Closure (kebutuhan untuk menggunakan kognitif). Need for Cognitive Closure berhubungan negatif dengan regulasi emosi. Orang-orang yang regulasi emosinya rendah kemungkinan memiliki Need for Cognitive Closure yang tinggi, karena mereka tidak bisa mengatasi rasa cemas mereka yang tidak diketahui penyebabnya (Matsumoto dan Juang, 2008).
18
Rintangan dalam mencapai Intercultural Communication yang Efektif
Adanya asumsi kesamaan (similiarities) Perbedaan bahasa Kesalahpahaman dalam menginterpretasikan non-verbal Prasangka dan Stereotipe Ketergantungan terhadap stereotip dapat mecegah timbulnya komunikasi yang objektif. Kecenderungan untuk menilai Nila-nilai budaya yang saling berbeda akan menimbulkan penilaian negatif bagi orang lainnya.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.