Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

JL. BUKIT DURI , JAKARTA SELATAN JAKARTA. KAMIS, 20 NOVEMBER 2008

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "JL. BUKIT DURI , JAKARTA SELATAN JAKARTA. KAMIS, 20 NOVEMBER 2008"— Transcript presentasi:

1 JL. BUKIT DURI , JAKARTA SELATAN JAKARTA. KAMIS, 20 NOVEMBER 2008
SELAMAT DATANG PESERTA KEGIATAN PEMBINAAN GURU OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT PROVINSI DKI JAKARTA BIDANG ASTRONOMI DI SMA N 8 JAKARTA JL. BUKIT DURI , JAKARTA SELATAN JAKARTA. KAMIS, 20 NOVEMBER 2008

2 TEORI OBSERVASI BENDA LANGIT
Oleh: Cecep Nurwendaya Penceramah Planetarium & Obs. Jakarta

3 Mengapa mengamati benda langit perlu teleskop atau (teropong bintang)?
Diameter sudut benda langit sangat kecil, terbesar saja matahari dan bulan sekitar ½ derajat. Intensitas cahaya yang sampai ke pengamat sangat lemah, kecuali Bulan dan Matahari.

4 Diameter sudut adalah besar bentangan sudut yang tampak dari pengamat.
≈ ½o OBJEK DIAMETER SUDUT OBJEK DIAMETER SUDUT (Maksium busur) (Maksimum busur) Matahari 31’ Bulan 31’ Merkurius 12,9” Venus 64,0” Mars 25,1” Jupiter 49,8” Saturnus: Bola ,5” Cincin ,2” Uranus ,2” Neptunus ,4” Pluto ,28”

5 Teleskop adalah alat untuk mengamati benda langit.
Fungsinya: 1. Membesarkan bayangan atau diameter sudut benda langit. M (Perbesaran) = Fokus objektif / Fokus okuler 2. Menguatkan intensitas cahaya benda langit. Diameter lensa/cermin objektif teleskop lebih besar diameter lensa mata Aperture mata manusia sekitar 9 sd. 12 mm. Perbandingan (rasio) intensitas (kuat cahaya) yang masuk ke teles-kop terhadap mata = R2 / r2 Diameter lensa Mata = r Diameter lensa / cermin teleskop = R

6 Perbesaran Teleskop (Magnifying Power) M = f objektif / f okuler
Focal Ratio : f teleskop = f objektif / diameter ( aperture ) Limiting magnitudo teleskop m lim = log (D (mm)/10) D 150 mm; m lim = 11,9 FOV Teoritis = 45o / M Daya Pisah ( Resolving Power ) a = 2,1 x 105 l detik busur d Jika l diambil tengah spektrum visible (tampak) = 5,5 x 10-5 cm (5500 Ǻ) a = 11,6 / d disebut Kriteria Dawes. a = daya pisah d = diameter objektif (cm ) l = panjang gelombang radiasi ( cm )

7 Nama Bintang Separasi R.A. Dec mag. h m 0 ‘ m
BINTANG GANDA TERSELEKSI Nama Bintang Separasi R.A Dec mag. h m ‘ m γ(Gamma Aries) ,4 “ ,2 - 4,4 Σ 401-Taurus 11” ,5 – 6,8 Ө2(Theta-satu) Orion A-B 8,7” ,8; 8; Trapezium A-C 13” 5,4; 6,8 A-D 21,6” ά1 ,ά2 - Capricornus ’ 16” ,8 – 4,5 γ(Gamma) Delphinus 10” ,5 – 5,5 61- Cygnus 27,4” ,6 – 6,3 μ(Mu) Cygnus 1,5” ,7 – 6,0 ξ(Zeta) Aquarius 2,0” ,4 – 4,6 ά Centauri (Rigil Kentaurus) 13” ,04 ξ(Zeta) Ursa Mayoris (Mizar) 14” ,4 – 4 ε1,2 (Epsilon) Lyrae, 3,5’ ,1 – 5,4 Doble-double (2,2”; 3”) 5,1 – 6 υ(Nu) Draco ”

8 DIAMETER SUDUT DAN MAGNITUDO SEMU BENDA LANGIT
OBJEK DIAMETER SUDUT MAGNITUDO KEKUATAN TELESKOP MAKSIMUM( BUSUR ) YANG COCOK Matahari ’ Setiap Bulan ’ Setiap Merkurius ,9” - 1, – 120 x Venus ,0” - 4, – 120 x Mars ,1” - 2, – 300 x Jupiter ,8” - 2, – 300 x Saturnus: Bola ,5” - 0, – 300 x Cincin ,2” Uranus ,2” ,7 Setiap Neptunus ,4” ,6 Setiap Pluto ,28” Minimum diameter 25 cm

9 TELESKOP / TEROPONG 1.Kegunaan: a. Teropong bumi : tidak membalik bayangan objek: Monokuler (teropong medan / Yojana), Binokuler. b. Teropong bintang (teleskop), bayangan objek terbalik. 2. Jenis Optis: a. Refraktor (teropong pembias) atau teropong lensa. b. Reflektor (teropong pemantul) atau teropong cermin. 3. Jenis Fokus: a. Fokus Utama : Galillean (Eye piece lensa negatif), dan Keplerian( Eyepiece lensa positif). b. Fokus Newtonian, cermin sekundernya datar. c. Fokus Gregorian, cermin sekundernya cekung. d. Fokus Cassegrain , cermin sekundernya cembung e. Fokus Coude, cermin sekundernya datar mengarah ke garis sejajar sumbu rotasi bumi. f. Fokus Schmidt - Cassegrain, cermin sekundernya cembung, dilengkapi lensa koreksi di bagian tutup (atas) teropong. 4. Jenis Gerak: a. Altazimuth ( Azimuthal ), memakai gerak azimuth (datar) dan tinggi objek (Koordinat horison). b. Ekuatorial, memakai gerak sudut jam dan deklinasi. (Koordinat ekuator): sudut jam dan deklinasi. dapat digunakan motor gerak.

10 TEROPONG REFRAKTOR (PEMBIAS) GALILEAN 1608 (TELESKOP GALILEO)
JENIS-JENIS TELESKOP (TEROPONG BINTANG) TEROPONG REFRAKTOR (PEMBIAS) GALILEAN 1608 (TELESKOP GALILEO) Penemu teleskop : Jan Lippershey - Holland BAYANGAN TEGAK OBYEKTIF LENSA POSITIF OKULER LENSA NEGATIF DESAIN OLEH: ARI ISTIARDI (2000)

11 1611 - Johann Kepler - Jerman
TEROPONG REFRAKTOR Johann Kepler - Jerman OBYEKTIF LENSA POSITIF OKULER LENSA POSITIF BAYANGAN TERBALIK DESAIN OLEH: ARI ISTIARDI (2000)

12 TEROPONG REFLEKTOR GREGORIAN 1663 – James Gregory - Scotlandia
CERMIN KEDUA CEKUNG CERMIN OBYEKTIF OKULER LENSA POSITIF BAYANGAN PERTAMA BAYANGAN KEDUA TERBALIK DESAIN OLEH: ARI ISTIARDI (2000)

13 TEROPONG REFLEKTOR (PEMANTUL) 1672 – Isaac Newton - Inggris
NEWTONIAN 1672 – Isaac Newton - Inggris CERMIN OBYEKTIF CERMIN DATAR LENSA OKULER BAYANGAN TERBALIK DESAIN OLEH: ARI ISTIARDI (2000)

14 TEROPONG REFLEKTOR CASSEGRAINIAN
1672 – Guillaume Cassegrain - Perancis CERMIN UTAMA (cekung) okuler CERMIN KEDUA (cembung) Bayangan terbalik DESAIN OLEH: ARI ISTIARDI (2000)

15 Bagaimana mengamati matahari lewat teleskop yang aman?
Wajib memakai filter matahari: alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan matahari (mata, teleskop, binokular mau pun kamera). Hanya pada saat gerhana matahari total saja filter matahari tidak dipergunakan. Io FILTER ND5 I1= 10-5 Io Sinar matahari FILTER ND5, Filter Netral Densitas 5 artinya hanya melakukan 10-5 kali intensitas yang datang.

16 SISTEM KOORDINAT HORISON
Lingkaran dasar : Lingkaran Horison. Koordinat : Azimuth (A) dan Tinggi (h) Azimuth : Panjang busur yang dihitung dari titik acuan Utara ke arah Timur (searah jarum jam), sepanjang lingkaran horison sampai ke titik kaki (K). Rentang A : 0 0 s/d 360 0 Tinggi : Panjang busur yang dihitung dari titik kaki (K) di horison sepanjang busur ketinggian, ke arah Zenith jika h positip, dan ke arah Nadir jika berharga negatif. Rentang h : s/d atau 00 s/d –900. Kelemahan Sistem Horison: 1. Tergantung tempat di muka bumi. Tempat berbeda, horisonnyapun berbeda. 2. Tergantung waktu, terpengaruh oleh gerak harian. Keuntungannya: Praktis, sederhana, langsung mudah dibayangkan letak bendanya pada bola langit. Catatan : Letak titik Kardinal (UTSB) pada bola langit bebas, asal arah SBUT atau UTSB searah jarum jam.

17 SISTEM KOORDINAT HORISON
KOORDINAT ( A , h ) Z MERIDIAN LANGIT (MERIDIAN PENGAMAT) * Bintang T h U S HORISON K B A A LINGKARAN VERTIKAL UTAMA N TELESKOP ALTAZIMUTH MEMAKAI SISTEM KOORDINAT HORISON Sumbu: Garis tegak Zenith – Nadir , Koordinat: Azimuth (A) dan Tinggi (h)

18 SETIAP TEMPAT DI MUKA BUMI MEMILIKI ARAH ZENITH DAN HOROZON (UFUK) YANG BERBEDA
ZENITH (A) = NADIR (C) UFUK (D) A UFUK (A) ZENITH (D) = NADIR (B) D ZENITH (B) = NADIR (D) B UFUK (C) C UFUK (B) ZENITH (C) = NADIR (A)

19 t1 t2 PENENTUAN ARAH UTARA – SELATAN DENGAN BAYANGAN TONGKAT
True North (Utara benar) o t1 t2

20 0O 1OT 2OT 3OT 4OT Contoh Penggunaan: Jika suatu tempat memiliki variasi magnetik 10T (timur), maka arah utara sejati berada pada jarak 1o ke arah barat dari titik Utara kompas. Jika variasi magnetik 1o B (Barat), maka arah utara sejati berada pada jarak 1o ke arah timur dari titik Utara Kompas. Pada tempat lainnya menggunakan interpolasi di antara dua garis terdekat. 9

21 SISTEM KOORDINAT EKUATOR
Lingkaran Dasar : Lingkaran Ekuator Langit Koordinat : Asensio rekta (a) dan Deklinasi (d). Asensio rekta : Adalah panjang busur, dihitung dari titik Aries ( titik g, Titik Musim Semi, (titik Hamal) pada lingkaran ekuator langit sampai ke titik kaki (K) dengan arah penelusuran ke arah timur. Rentang AR : 0 s/d 24 jam atau 0 o s/d 360o Deklinasi : Adalah panjang busur dari titik kaki (K) pada lingkaran ekuator langit ke arah kutub langit, sampai ke letak benda pada bola langit. Deklinasi berharga positif ke arah KLU, dan negatif ke arah KLS. Rentang d : 0 o s/d 90 o atau 0 o s/d –90o Catatan : Sudut Jam Bintang Lokal adalah panjang busur dalam jam ( 1 jam = 15 0 busur), dihitung dari Titik Kulminasi Atasnya pada meridian langit ke arah barat. Jam bintang adalah sudut jam bintang lokal titik Aries. Sudut jam bintang lokal = Jam bintang – Askensio Rekta. Koordinat ekuator bersifat universal, sangat standar dipakai dalam astronomi karena tidak terpengaruh oleh letak dan waktu pengamat di permukaan bumi. Sistem koordinat Ekuator versi II dipakai dalam aplikasi observasi. LHA bintang atau sudut jam bintang atau t Deklinasi atau d Kelemahannya hanya tergantung pada waktu pengamatan.

22 SISTEM KOORDINAT EKUATOR
LETAK BINTANG DI BELAHAN LANGIT SELATAN DARI PENGAMAT DI BELAHAN BUMI SELATAN Z KLS S * Bintang d T Sudut jam Bintang K LINGKARAN HORISON U S Jam Bintang a B g KLU N TELESKOP EKUATORIAL MEMAKAI SISTEM KOORDINAT EKUATOR Sumbu: Sejajar sumbu bumi (KLU – KLS), Koordinat: Sudut jam (t) dan Deklinasi (d)

23 Apakah kita bisa melihat Matahari secara langsung?
Bagaimana bentuk Matahari yang sebenarnya? Adakah alat khusus untuk melihat matahari?

24 Bagaimana mengamati matahari lewat teleskop yang aman?
Wajib memakai filter matahari: alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan matahari (mata, teleskop, binokular mau pun kamera). Hanya pada saat gerhana matahari total saja filter matahari tidak dipergunakan. Io FILTER ND5 I1= 10-5 Io Sinar matahari FILTER ND5, Filter Netral Densitas 5 artinya hanya melakukan 10-5 kali intensitas yang datang.

25 Jenis Filter menurut bahan
Filter yang terbuat dari kaca cara membuat lebih sulit lebih mahal biasanya diproduksi oleh pabrik

26 Jenis filter menurut bahan
Filter yang terbuat dari bahan yang sederhana  Dua lapis film hitam pekat  Bekas cd  Bagian dalam disket  Pembungkus makanan yang terbuat dari poliester berlapiskan alumunium

27 Tips Pengamatan Matahari (dengan teleskop)
Jangan melakukan pengamatan tanpa filter Pasang filter di depan lensa objektif (bukan di eyepiece/okuler) Periksa filter sebelum digunakan Ketika akan melepas filter, arahkan teleskop ke arah lain, jangan ke arah matahari

28 Bersihkan filter secara teratur
Bersihkan filter secara teratur. Untuk filter dari bahan kaca, bersihkan hanya dengan alkohol isopropil dan tisu bersih. Hati-hati jika melakukan pengamatan dengan anak-anak, jauhkan teleskop dari jangkauan anak-anak Beberapa filter dengan bahan seperti yang disarankan di atas memang dapat mengurangi intensitas sinar matahari, namun bukan tidak mungkin filter tersebut melewatkan radiasi tak terlihat yang membahayakan

29 FILTER MATAHARI ND5 SUNSPOT

30 FILTER MATAHARI Ha PROMINENSA

31 PENAMPAKAN GERHANA MATAHARI TOTAL LEWAT TELESKOP TANPA FILTER MATAHARI

32 GERHANA BULAN TOTAL

33 FASE GERHANA BULAN

34 GERHANA : MATAHARI DAN BULAN

35 Gerhana Matahari Gerhana matahari terjadi saat bulan baru, ketika piringan bulan menutupi matahari. Gerhana matahari tidak terjadi setiap bulan baru, karena posisi bulan-bumi-matahari tidak selalu segaris.

36

37

38 Gerhana Bulan Gerhana bulan terjadi pada saat purnama, ketika bayangan bumi menutupi bulan. Gerhana bulan tidak terjadi setiap purnama, karena posisi bulan-bumi-matahari tidak selalu segaris.

39

40

41 GERHANA TAHUN 2008 2 KALI GERHANA MATAHARI , 2 KALI GERHANA BULAN Gerhana Matahari Annular (cincin) 7 Februari Wilayah Indonesia tidak dilewati jalur gerhana. 2. Gerhana Bulan Total 21 Februari Tidak teramati dari Indonesia. 3. Gerhana Matahari Total 1 Agustus Hanya sebagian kecil ujung barat Indonesia dilewati gerhana sebagian seperti Banda Aceh. Sekitar ½ jam sebelum Matahari terbenam. 4. Gerhana Bulan Parsial (sebagian) 17 Agustus Teramati dari seluruh wilayah Indonesia. mulai jam sd. Bulan terbenam di seluruh wilayah Indonesia. (akhir gerhana pukul WIB.)

42 GERHANA MATAHARI CINCIN
TERDEKAT MELEWATI INDONESIA SENIN, 26 JANUARI 2009 FASE –FASE DI JAKARTA

43 GERHANA MATAHARI ANULAR (CINCIN)
TERDEKAT MELEWATI INDONESIA SENIN, 26 JANUARI 2009

44 GERHANA MATAHARI TOTAL FASE –FASE DI PALEMBANG
TERDEKAT MELEWATI INDONESIA TGL 9 MARET 2016 FASE –FASE DI PALEMBANG

45 TERIMA KASIH

46 GERHANA MATAHARI ANULAR (CINCIN)
TERDEKAT MELEWATI INDONESIA SENIN, 26 JANUARI 2009

47 Perbesaran Teleskop (Magnifying Power) M = f objektif / f okuler
Focal Ratio : f teleskop = f objektif / diameter ( aperture ) FOV Teoritis = 45o / M Limiting magnitudo teleskop m lim = log (D (mm)/10) D 150 mm; m lim = 11,9 Daya Pisah ( Resolving Power ) a = 2,1 x 105 l detik busur d Jika l diambil tengah spektrum visible (tampak) = 5,5 x 10-5 cm (5500 Ǻ) a = 11,6 / d disebut Kriteria Dawes. a = daya pisah d = diameter objektif (cm ) l = panjang gelombang radiasi ( cm )


Download ppt "JL. BUKIT DURI , JAKARTA SELATAN JAKARTA. KAMIS, 20 NOVEMBER 2008"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google