Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ANALISA PROTEIN.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ANALISA PROTEIN."— Transcript presentasi:

1 ANALISA PROTEIN

2 Protein Komponen berlebih dalam sel
Hampir semuanya (kecuali yang disimpan)  untuk fungsi biologis dan struktur sel Mempunyai berat molekul bervariasi  5000-jutaan dalton Tersusun oleh unsur  H,C,N,O dan S Terdiri dari asam amino yang diikat oleh rantai peptida

3

4

5

6

7

8

9

10 Protein Diklasifikasikan berdasarkan
Komposisi Struktur Fungsi biologis Kelarutan protein Akan terdenaturasi oleh panas, asam, alkali, 8 M urea, 6M guanidine-HCl, pelarut organik dan detergen Denaturasi  mempengaruhi sifat kelarutan protein

11 Analisa protein dihadapkan pada kenyataan bahwa komponen makanan mempunyai sifat kimia serupa.
Example N non-protein dapat berasal dari asam amino bebas, peptida kecil, asam nukleat, fosfolipid, gula amino, porphyrin, dan beberapa vitamin, alkaloid, asam urat, urea dan ion ammonium

12 Nitrogen adalah unsur utama protein
Namun kandungannya bervariasi dalam makanan (13,4-19,1%)  karena komposisi asam amino spesifik dari protein

13 Analisa Protein penting untuk
Label Gizi Mengetahui sifat fungsional protein  pengolahan makanan Menentukan aktivitas biologisnya  enzim proteolitik untuk mengempukkan daging, pektinase untuk mematangkan buah

14 ANALISA PROTEIN untuk mengetahui :
Kandungan protein total Kandungan protein dalam campuran Kandungan protein selama isolasi dan purifikasi Nitrogen non protein Komposisi asam amino Nilai Gizi protein

15 Kandungan protein dalam makanan
Food item % protein (berat basah) Sereal dan pasta Beras merah (butir padi, mentah) 7.9 Beras putih (butir padi, biasa, mentah,diperkaya) 7.1 Tepung terigu, biji gandum 13.7 Tepung jagung (butiran, kuning) 6.9 Spageti (kering, diperkaya) 12.8 Pati jagung 0.3 Produk susu Susu (whole, cair) 3.3 Susu skim (bubuk) 36.2 Keju 24.9 Yogurt (biasa, rendah lemak) 5.3

16 %ptotein (berat basah)
Cont…. Food item %ptotein (berat basah) Buah dan sayur Apel (mentah,dengan kulit) 0.2 Asparagus (mentah) 2.3 Strawberry (mentah) 0.6 Seladai (mentah, beku) 1.0 Kentang (whole, daging dan kulit) 2.0 Kacang-kacangan Kedelai (biji matang, mentah) 36.5 Biji-bijian (semua jenis, mentah) 23.6 Tofu (mentah, keras) 15.8 Tofu (mentah, biasa) 8.1

17 Cont…….. Food item % protein Daging, ayam dan ikan
Daging (potongan antara leher dan bahu) 18.5 Daging (kering, curing) 29.1 Ayam (broiler atau potong,daging dada saja, mentah) 23.1 Ham (biasa, irisan) 17.6 Telur (mentah,utuh) 12.5 Cod (pasifik, mentah) 17.9 Tuna (putih,direndam dalam minyak, kering padat) 26.5

18 Analisa Protein Kjeldahl Dumas Infrared Spectroscopy Biuret Lowry
Bradford dye-binding

19 Metoda Kjeldal Kjeldal (Johan kjeldahl asal Denmark (1883).
Metode peneraan empiris Kelemahan metode Kjeldal : Senyawa bukan protein ada yang mengandung N, walaupun jumlah nya lebih sedikit dari protein Jumlah protein dengan cara ini  jumlah protein kasar (crude protein)

20 Prinsip cara Kjeldal Protein dan komponen organik lainnya didestruksi dengan asam sulfat yang ditambah dengan katalisator. Hasil destruksi dinetralkan dengan alkali dan ditampung dalam larutan asam borat. Anion borat yang terbentuk dititrasi dengan asam standar untuk mengkonversi komponen sampel menjadi nitrogen.

21 Cara Kjeldal dibedakan menjadi 2 :
Makro  sampel yang sukar dihomogenasi dan berat sampel 1-3 g Semimakro  untuk sampel lebih kecil (kurang dari 300 mg)

22 Tahap analisa metode Kjeldal
Destruksi Destilasi Titrasi

23

24

25 Tahap Destruksi (digestion)
Digestion dengan asam sulfurat dengan penambahan pottasium permanganat untuk oksidasi komplet dan konversi dari N menjadi ammonium sulfat

26 Tahap Destilasi Hasil destruksi (ammonium sulfat) dialiri air. Larutan alkali yang mengandung sodium thiosulfat ditambahkan untuk netralisasi. Ammonia yang terbentuk ditampung dalam asam borat yang telah ditambahkan methylen blue and methyl red. Terbentuk borat anion. Destilasi sempurna  destilat tidak bereaksi basis

27 Titrasi Anion borat dititrasi dengan HCL terstandarisasi
Terjadi konversi membentuk Nitrogen

28 Perhitungan %N = N HCl (V. Sampel – V.blanko) x 14 x 100
Berat sampel(g) Perhitungan selanjutnya  % N dikali dengan faktor perkalian

29 Dasar perhitungan Protein alamiah  unsur N rata-rata 16 % (dalam protein murni) Jumlah protein : Jumlah N x 100/16 atau Jumlah N x 6,25 Faktor perkalian 6,25  untuk bahan yang belum diketahui komposisi unsu-unsur penyusunnya.

30 Faktor perkalian N beberapa bahan
Macam Bahan Faktor perkalian Bir, sirup, biji-bijian, ragi 6,25 Buah-buahan, teh anggur, gandum Makanan ternak Beras 5,95 Roti, gandum, makaroni, mie 5,70 Kacang tanah 5,46 Kedele 5,75 Kenari 5,18 Susu 6,38 Gelatin 5,55

31 KEUNTUNGAN Dapat diaplikasikan pada semua jenis makanan
Tidak mahal (jika tidak meggunakan autosistem) Akurat untuk protein kasar Dapat dimodifikasi untuk mengukur jumlah kecil protein

32 KELEMAHAN Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein
Memakan waktu (2 jam) Ketelitian rendah dibanding biuret methode Reagen bersifat korosif

33 DUMAS Dkembangkan oleh ilmuwan Jean-Baptiste Dumas tahun 1831
Telah dimodifikasi dan automatis untuk memperbaiki akurasi Alternatif dari kjeldahl dan dapat digunakan untuk semua jenis makanan

34 PRINSIP Protein dibakar dengan suhu tinggi ( C)sehingga dibebaskan nitrogen Gas Nitrogen yang terbebaskan dihitung dengan menggunakan GC dengan TCD Protein dihitung dengan cara mengalikan dengan faktor konversi

35 PROSEDUR Sampel ( mg) dimasukkan dalam tabung kapsul kemudian dibakar dalam reaktor automatis N bebas diukur dengan GC

36 Keuntungan Kelemahan Bahan kimia tidak berbahaya
Dapat diselesaikan dalam 3 menit Alat terbaru dapat menganalisa 150 sampel Kelemahan Alat mahal Mengukur total N organik, termasuk N yang bukan protein

37 Metode Lowry Prinsip Merupakan kombinasi dari cara biuret
Reaksi antara Cu2+ dengan ikatan peptida dan reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan (merupakan residu protein) akan menghasilkan warna biru Merupakan kombinasi dari cara biuret Panjang gelombang 750 nm  sensitifitas tinggi (konsentrasi protein rendah) 500 nm  sensitifitas rendah (konsentrasi protein tinggi)

38 KEUNTUNGAN Sangat sensitif Kurang dipengaruhi oleh turbiditas sampel
50-100x lebih sensitif dari metoda biuret 10-20 x lebih sensitif dari UV absorption methode Sama dengan Nesslerization (prosedur alternatif) Kurang dipengaruhi oleh turbiditas sampel Lebih spesifik Sederhana dapat dilakukan jam

39 KELEMAHAN Warna bervariasi pada protein yang berbeda
Varna tidak terbatas pada konsentrasi proteinsenyawa fenol dapat membentuk warna biru sehingga dapat mengganggu hasil penetapan. Reaksi dapat dipengaruhi oleh  sukrosa, lipid, buffer phosphat, monosakarida,heksoamin

40 Metode Lowry Konsentrasi protein diukur pada panjang gelombang 600 nm
Protein standar : Albumin serum darah sapi, BSA Perlu membuat kurva standard

41 PROSEDUR Protein diencerkan (20-100 g) Larutan lowry ada 2 macam :
Lowry A : fosfotungstat : fosfomolibdat (1:1) atau pereaksi folin Lowry B : 2 % natrium karbonat dalam NaOH 0,1N Kuprisulfat dan Na-K-tartrat 2 %

42 PROSEDUR 1 ml larutan protein ditambah 5 ml lowry B, digojog dan dibiarkan pada suhu kamar selama10 menit, kemudian ditambah 0,5 ml Lowry A digojog dan dibiarkan 20 menit. Absorbansi dibaca pada 650 nm Kurva standard dari BSA  harus hati-hati dalam membuatnya (estimasi konsentrasi protein)

43 Metode Biuret Prinsip : ikatan peptida protein membentuk komplek berwarna ungu dengan garam Cu pada kondisi basa. Panjang gelombang  540 nm Intensitas warna  parameter kandungan protein dalam bahan Warna yang terbentuk sering tidak identik  perlu distandarisasi dengan protein yang sudah diketahui

44 PROSEDUR 5 ml reagen biuret dicampur dengan 1 ml larutan protein (1-10 mg/ml). Reagen  copper sulfat, NaOH, dan pottasium sodium tartrat  untuk menstabilkan ion kupri dalam larutan alkalin Kemudian didiamkan dalam suhu kamar selama menit Penyaringan atau sentrifugasi sebelum pembacaan absorbansi diperlukan jika campuran reaksi tidak sempurna Kurva standard dibuat dari BSA

45 KEUNTUNGAN Murah Cepat (30 menit)
Penyimpangan warna jarang ditemukan dibandingkan metode lain (lowry, Uvabsorption, turbidimetri) Sangat sedikit substansi lain yang terdeteksi N dari non peptida dan non protein tidak terdeteksi

46 KELEMAHAN Kurang sensitif dibanding Lowry
Penyerapan warna dapat dipengaruhi oleh pigmen jika ada Konsentrasi tinggi dari garam ammonium menimbulkan reaksi Variasi warna pada protein yang berbeda Bukan metode absolut perlu standarisasi warna Penyimpangan warna dapat terjadi di larutan akhir jika tingginya lemak atau KH

47 Infrared Spectroscopy
Mengukur penyerapan radiasi oleh molekul dalam makanan atau substansi lain Perbedaan komponen  perbedaan frekuensi penyerapan Karakteristik dari ikatan peptida dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan protein dalam bahan. Digunakan untuk menentukan kandungan protein susu Juga dapat digunakan untuk padi, sereal, daging dan produk susu. Alat mahal dan harus dikalibrasi dengan tepat, namun cepat (30 detik sampai 2 menit)

48 Bradford Dye-Binding Methode
Ketika Coomassie Brilliant Blue G-250 mengikat protein terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru. Penyerapan maksimum pada panjang gelombang  465 –595 nm Perubahan absorbansi pada 595 nm proporsi konsentrasi protein sampel

49 Prosedur CBB G-250 dilarutkan dalam 95% etanol dan diasamkan dalam 85%asam fosforat Sampel mengandug protein (1-100g/ml) dan larutan standard BSA dicampur dengan Reagen Bradford Dibaca pada 595 nm

50 Keuntungan Cepat (2 menit) Dapat diciptakan Sensitif
Tidak terpengaruh ammonium sulfat, KH (sukrosa) atau kation (K+,Na+ dan Mg+2) Dapat mengukur protein atau peptida dengan BM  4000 da.

51 Kelemahan Terpengaruh dengan deterjen non-ionik dan ionik (triton X-100 dan sodium dodesyl sulfat), namun karena dalam jumlah kecil (0,1%) masih dapat terkontrol. Komplek protein dengan larutan dapat berikatan dengan kuvet dari kwarsa  harus menggunakan kuvet plastik atau kaca Variasi warna  standard protein harus dipilih dengan hati-hati.

52 Perbandingan metode Kjeldahl, Dumas dan Infrared Spec  memerlukan sedikit preparasi. ukuran partikel 20 mesh sudah cukup. Sedangkan metode lain memerlukan preparasi lebih banyak. Kjeldahl dan Dumas  mengukur jumlah total N, sedangkan metode lain mengukur sifat-sifat protein

53 Biuret  mengukur kombinasi ikatan peptida
Lowry  mengukur kombinasi ikatan peptida dan asam amino triptofan dan tirosin Infrared Spec  metode tidak langsung untuk memperkirakan kandungan protein berdasarkan enerdi yang terserap, ketika sample ditujukan pada panjang gelombang dari radiasi infrared. Kjeldahl, Dumas dan Biuret lebih rendah sensitivitasnya dibanding Lowry, Bradford Infrared Spec paling cepat. Dumas lebih cepat dibanding Kjeldahl

54 Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan analisa :
Sifat fisikokimia bahan Metode proses pengolahan makanan  pemanasan dapat menurunkan daya ektrak protein untuk analisa dan menyebabkan underestimate Semua methode kecuali Dumas dan Kjeldahl memerlukan standard (protein refrence), sehingga pemilihan standard yang sesuai menjadi penting.

55 N non protein dapat diatasi dengan ektraksi sampel di bawah kondisi alkalin kemudian diendapkan dengan tricloroacetic acid atau sulfosalycilyc acid. Pemanasan dapat digunakan untuk membantu pengendapan dengan alkohol,asam atau pelarut organik lain. Dalam penentuan nilai gizi protein (protein digestibility atau PER) metode kjeldahl dengan faktor konversi 6,25 dapat digunakan untuk menentukan kandungan protein kasar.

56 Kualitas Nilai Gizi Protein
Kualitas Nilai Gizi Protein ditentukan oleh komposisi AA dan digestibility (daya cerna) protein. Antinutrisi dapat mempengaruhi Kualitas Nilai Gizi Protein ex. Tripsin inhibitor Beberapa metode uji mutu protein menggunakan informasi tentang AA essensial dalam makanan AA essensial  tidak dapat disintesis tubuh sehingga harus ada dalam diet.

57 Penentuan Kualitas Protein
Protein digestibility-Koreksi Skor Asam Amino Menentukan komposisi AA dalam makanan Menghitung skor asam amino (mg AA dalam 1 g protein/mg AA dalam 1 g reference protein). In vivo  tikus jantan dengan diet standard + 10 % protein atau tanpa protein. Kemudian dihitung True Digestibility True digestibility  N yang terserap (N makanan-N feses)/N yang masuk. PDCAAS  SAA x %true digestibility Untuk nutritional labeling (50 g = Daily value for protein  (g protein/serving x PDCAAS value)/50 g protein.

58 PER (protein efficiency ratio)
menguji kualitas protein secara in vivo dengan mengukur pertumbuhan (berat badan) tikus per gram protein yang dikonsumsi Menentukan kandungan N sampel kemudian menghitung kandungan proteinnya Membuat diet standard +10 % protein dan diet standard +10% casein sebagai kontrol Memberi makan dan air minum selama 28 hari secara ad libitum (bebas). Catat berat badan tikus awal dan setiap 7 hari sekali sampai hari ke 28 Catat makanan yang terkonsumsi selama 28 hari. Hitung PER menggunakan rata-rata berat badan dan total rata-rata konsumsi. Hitung faktor koreksi  PER protein uji/ PER casein kontrol


Download ppt "ANALISA PROTEIN."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google