Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIndra Pranata Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Modul11 filsafat komunikasi PARADIGMA DASAR ILMU
a. RASIONALISME Bahwa sumber pengetahuan yang dapat mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio atau akal. (Harun Hadiwijono, 1980). Menurut Reme Descartes ( ) pernyataannya adalah Cogito Engosum artinya aku berpikir maka aku ada. Contoh : semua manusia akan mati Chaerul adalah manusia, maka Chaerul akan mati. B. EMPIRISME Pengalaman adalah awal dari semua pengetahuan, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan akan kepastian (John Locke ). Menurut Lock pengetahuan didapatkan dari pengalaman dan akal adalah pasif pada saat pengetahuan diperoleh. Rasio manusia mula-mula harus dianggap sebagai kertas putih yang kosong (As a white paper, kertas kosong tersbeut baru terisi melalui pengalaman).
2
C. IDEALISME Pemikiran Plato bahwa idealisme berpendapat seluruh realitas itu bersifat spiritual/psikis dan materi yang bersifat fisik sebenarnya tidak ada. Leibaniz ( ) Berusaha menjembatani pertentangan antara rasionalisme dan empirisme. Leibanz mendasarkan filsafatnya atas pengertian substansi yaitu sesuatu yang tanpanya seuatu yang lain tidak akan ada. George Wil Helm Friederch Hegel ( ), (bertens, 1979:68) yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan amksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri, hakikat roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan Hegel yang paling ppopuler adalah semua yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional bersifat real.
3
D. POSITISME Perbedaan positivisme dan empirisme :
Bahwa pemikiran filsafat berpangkal dari ada yang telah diketahui yang faktual yang positif, sehingga sesuatu yang sifatnya metafisik ditolak. Perbedaan positivisme dan empirisme : Positivisme hanya membatasi pada pengalaman-pengalaman objektif. Empirisme menerima pengalaman-pengalaman bantuan atau pengalaman-pengalaman subjektif. Tokoh positivisme adalah August Comte ( ) menurut Comte perkembangan pemikiran manusia, baik manusia sebagai pribadi maupun manusia secara keseluruhan meliputi tiga zaman (Bertens, 1979:73). Zaman Teologis Pada zaman ini manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat kuasa, adikrodati yang mengatur fumasi dan gerak gejala- gejala tersebut. Zaman Metafisis Adikodrati diganti dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang abstrak, seperti kodrat dan penyebab. Zaman Positif Zaman ini manusia tidak mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang fakta-fakta dengan menggunakan rasio manusia berusaha menetapkan relasi dan persamaan atau urutan yang terdapat antara fakta-fakta. Zaman itu dihasilkan ilmu.
4
E. PRAGMATISME Mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan membawa akibat yang bermanfaat secara praktis. John Dewey ( ) bahwa tugas filsafat adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup, oleh karena itu filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman dan menyelidiki serta mengolah pengalaman secara aktif kritis. F. fenomenologi Adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Fenomena bukanlah hal yang nyata, tetapi hal yang semu, fenomena tidak perlu harus diamati dengan indera, sebab fenomena juga dapat dilihat atau ditilik secara rohani, tanpa melewati indera.
5
g. eksistensialisme Cara manusia berada di dalam dunia. Cara berada manusia berbeda dengan beradanya benda-benda. Benda-benda berada dengan tidak sadar tanpa hubungan, sedangkan manusia berada di dunia justru berhubungan dengan sesama manusia dan berhubungan dengan benda-benda.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.