Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSucianty Yuliani Lesmono Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
METODE PENELITIAN KEBUDAYAAN TENTANG PARADIGMA-PARADIGMA/ANALISIS-ANALISIS KEBUDAYAAN MENURUT PANDANGAN PROF. DR. HEDDY SHRI AHIMSA-PUTRA, M.A., M.Phil
2
A. PARADIGMA/ANALISIS EVOLUSIONAL
Cara menganalisis data dengan menggunakan perspektif evolusional. Dalam analisis ini, data kualitatif dan kuantitatif dikemukakan dan ditafsirkan dari sudut pandang tertentu sehingga dapat menguatkan atau mendukung pernyataan-pernyataan tentang evolusi, yaitu proses perkembangan yang relatif lambat dari sebuah sistem atau gejala, dalam waktu yang relatif lama, menuju sistem yang relatif lebih kompleks, dari gejala atau sistem yang diteliti. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan data mengenai gejala kebudayaan tertentu, sistem teknologi misalnya, berdasarkan atas kompleksitasnya, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga gejala kebudayaan yang diteliti menjadi terlihat telah mengalami evolusi, mengalami perkembangan menuju gejala yang lebih kompleks.
3
B. PARADIGMA/ANALISIS HISTORIS-DIFFUSIONAL
1. Analisis ini ditujukan untuk dapat menghasilkan pernyataan-pernyataan mengenai penyebaran unsur-unsur budaya atau gejala-gejala sosial-budaya tertentu dalam kurun waktu tertentu. Data kualitatif dan kuantitatif di sini dikemukakan dan ditafsirkan dari perspektif tertentu sedemikian rupa sehingga mendukung pernyataan-pernyataan mengenai penyebaran unsur-unsur kebudayaan dalam ruang atau kawasan dan kurun waktu tertentu.
4
2. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan unsur-unsur kebudayaan tertentu atau gejala-gejala sosial-budaya tertentu menurut wilayah geografis atau tempat ditemukannya unsur-unsur atau gejala-gejala sosial-budaya tersebut, kemudian mencoba menentukan persamaan dan perbedaan di antara unsur-unsur atau gejala-gejala tersebut. 3. Dengan memperhatikan ciri-ciri dan kompleksitasnya, peneliti kemudian menentukan kelompok unsur atau gejala mana yang lebih tua atau lebih dulu muncul. Jika hal ini dapat diketahui, maka kemudian ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur atau gejala-gejala kebudayaan tersebut telah menyebar dari kawasan A menuju kawasan B.
5
C. PARADIGMA/ANALISIS HISTORIS-KAUSAL
1. Paradigma/analisis ini bertujuan untuk merumuskan hubungan sebab-akibat antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Variabel ini bisa berupa gejala sosial-budaya tertentu, misalnya kemiskinan atau kekerasan massal, atau berupa unsur-unsur budaya tertentu, misalnya ritual atau sistem kekerabatan, mata pencaharian, sistem kesehatan.
6
2. Dalam hal ini, peneliti lebih dulu menentukan variabel atau unsur budaya yang ingin dijelaskan secara historis-kausal, kemudian menelusuri sejarah atau proses munculnya variabel tersebut. Data kualitatif yang terkumpul ditafsirkan dari sudut pandang tertentu sehingga akan membawa peneliti kepada suatu kesimpulan tertentu atau akan dapat mendukung pernyataan mengenai hubungan sebab-akibat antara gejala satu dengan gejala yang lain. 3. Paradigma/analisis historis-kausal ini merupakan salah satu analisis yang paling banyak dilakukan oleh lmuwan sosial-budaya di Indonesia, walaupun mungkin banyak di antaranya yang melakukan-nya tanpa sepenuhnya sadar akan jenis analisis yang mereka kerjakan tersebut.
7
D. PARADIGMA/ANALISIS HISTORIS-MATERIALIS
1. Paradigma/analisis ini ditujukan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan kausalitas atau kondisi antara suatu gejala sosial-budaya dengan gejala atau kondisi material tertentu.
8
2. Data kualitatif di sini sebagian besar merupakan data mengenai kondisi-kondisi material dari masyarakat atau kebudayaan yang diteliti. Yang dimaksud dengan kondisi material adalah kondisi fisik yang mencakup antara lain : lingkungan alam dan peralatan atau teknologi. Lingkungan alam mencakup antara lain sumber daya yang mendukung kehidupan suatu masyarakat. 3. Data kualitatif di sini ditafsirkan dan disusun sehingga dapat mendukung pernyataan mengenai hubungan kausal antara kondisi-kondisi material tertentu dengan hadirnya gejala-gejala sosial-budaya tertentu.
9
E. PARADIGMA/ANALISIS KOMPARATIF-KORELASIONAL
1. Paradigma/analisis ini ditujukan untuk menentukan korelasi-korelasi antara unsur-unsur budaya yang lain, misalnya saja korelasi antara sistem mata pencaharian dengan pola kekerabatan tertentu. Agar korelasi ini tidak terlihat seperti kebetulan, tetapi lebih dekat pada ”hukum” atau ”dalil”, maka digunakan studi perbandingan, studi komparatif yang luas, yang melibatkan banyak kebudayaan.
10
2. Data di sini sebagian besar mengenai unsur-unsur kebudayaan yang akan dibandingkan. Di sini peneliti menyatukan kebudayaan-kebudayaan yang memiliki persamaan-persamaan pada unsur-unsur budaya tertentu dalam satu kelompok, sehingga dihasilkan suatu tipologisasi atau pengelompokan yang didasarkan pada tipe-tipe atau corak-corak budaya tertentu.
11
F. PARADIGMA/ANALISIS KOMPARATIF-FUNGSIONAL
1. Paradigma/analisis ini ditujukan untuk mencapai suatu generalisasi mengenai fungsi-fungsi unsur atau gejala sosial-budaya tertentu atau mengenai hubungan fungsional antara suatu unsur budaya dengan unsur budaya yang lain. Misalnya saja mengenai fungsi sistem kekerabatan dalam kehidupan manusia. 2. Melalui perbandingan yang saksama dari berbagai macam unsur sistem kekerabatan dan fungsinya dalam kebudayaan akan dapat diperoleh suatu gambaran umum, suatu generalisasi, mengenai fungsi-fungsi sistem kekerabatan dalam kehidupan manusia.
12
G. PARADIGMA/ANALISIS FUNGSIONAL
1. Paradigma/analisis ini ditujukan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan yang memperlihatkan hubungan fungsional antara suatu unsur sosial-budaya atau gejala tertentu dengan unsur sosial-budaya atau gejala yang lain dalam suatu kebudayaan. Berbeda dengan analisis komparatif fungsional, hasil dari analisis fungsional ini tidak diharuskan atau ditujukan sebagai suatu generalisasi.
13
2. Pernyataan fungsional ini biasanya hanya akan dianggap cukup meyakinkan bilamana peneliti juga memaparkan data mengenai gejala atau unsur budaya yang bersangkutan dengan cukup baik, dan disertai dengan beberapa contoh kongkret. Yang memperlihatkan relasi fungsional tersebut. Oleh karena itu, dalam analisis ini data kualitatif memainkan peran yang sangat penting.
14
H. PARADIGMA/ANALISIS FUNGSIONAL-STRUKTURAL
1. Analisis fungsional-struktural pada dasarnya sama dengan analisis fungsional. Bedanya adalah bahwa dalam analisis ini, peneliti berupaya untuk bisa menunjukkan relasi fungsional antara suatu unsur budaya atau gejala sosial budaya tertentu dengan struktur sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Di sini peneliti memberikan penekanan pada struktur sosial. Oleh karena itu, deskripsi mengenai struktur sosial ini tidak kalah pentingnya dengan deskripsi atau pernyataan mengenai relasi fungsional itu sendiri.
15
2. Seperti halnya dalam analisis fungsional, data kualitatif berupa contoh-contoh kasus yang kongkret memainkan peran yang penting untuk meyakinkan pembaca akan adanya relasi fungsional antara unsur budaya atau gejala sosial-budaya yang dimaksud dengan struktur sosial.
16
I. PARADIGMA/ANALISIS FUNGSIONAL-EKOLOGIS
1. Analisis ini ditujukan untuk menghasilkan pernyataan-pernyataan yang memperlihatkan hubungan fungsional antara suatu unsur budaya atau suatu gejala sosial-budaya tertentu dengan lingkungan alam di mana unsur atau gejala tersebut berbeda. Misalnya hubungan fungsional antara suatu pola bercorak tanam dengan keseimbangan ekologis yang ada di sebuah kawasan. Pada umumnya, di sini berusaha untuk memperlihatkan bahwa unsur budaya atau gejala sosial budaya tersebut memberikan sumbangan terhadap proses pelestarian atau perusahaan lingkungan alam di sekitarnya.
17
2. Pernyataan-pernyataan yang memperlihatkan hubungan fungsional ekologis ini seringkali juga didukung dengan data kuantitatif, sehingga penelitian fungsional ekologis ini biasanya menampilkan dua macam data, kualitatif dan kuantitatif. Tanpa dukungan data kuantitatif pernyataan-pernyataan kualitatif yang disodorkan seringkali dianggap kurang begitu meyakinkan. Hal semacam ini sedikit banyak disebabkan juga oleh model ilmu alam yang ada di balik penelitian semacam ini.
18
J. PARADIGMA/ANALISIS STRUKTURAL
1. Tujuan utama analisis ini adalah untuk dapat menghasilkan model-model yang dapat menjelaskan berbagai unsur budaya dalam satu atau beberapa kebudayaan sekaligus. Hal itu dapat dilihat pada adanya relasi-relasi transformasional di berbagai unsur budaya dalam satu atau beberapa kebudayaan yang memperlihatkan pola-pola tertentu yang dapat dilihat sebagai saling bertransformasi.
19
2. Model-model ini biasanya diwujudkan dalam skema-skema yang memperlihatkan relasi di antara konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari realitas empiris yang dipelajari, yang memungkinkan peneliti atau ilmuwan melihat gejala-gejala yang dipelajari dengan lebih baik, dengan lebih utuh, lebih menyeluruh. Dengan menggunakan model ini, berbagai macam gejala yang semula tidak terlihat berhubungan lantas dapat dilihat keterhubungannya. Tentu saja keterhubungan ini tidak pada tataran empiris, tetapi pada tataran konseptual, tataran kognisi, tataran pemikiran. Oleh karena itu, hubungan yang dihasilkan dari analisis struktural ini merupakan hubungan-hubungan logis.
20
K. PARADIGMA/ANALISIS INTERPRETIF-HERMENEUTIS
1. Analisis hermeneutis dilakukan untuk dapat menghasilkan sebuah tafsir baru, sebuah interpretasi baru atas gejala yang dipelajari. Kebenaran dari sebuah tafsir di sini merupakan suatu kebenaran logis karena sebuah tafsir adalah kelogisannya, kemasukakalannya. Hal ini ditentukan oleh kemampuan peneliti untuk menunjukkan relasi-relasi tertentu antara konsep yang digunakan dengan data yang ditampilkan dan tafsir yang dikemukakan.
21
2. Dalam hal ini, ketidaksesuaian konsep dengan data yang diberikan, sedikitnya atau buruknya kualitas yang disajikan akan sangat berpengaruh pada kualitas tafsir yang dihasilkan. Konsep yang kurang sesuai dengan data, data yang kurang lengkap akan membuat tafsir yang dikemukakan terasa sangat ”subjektif”, atau mengada-ada, atau sama sekali tidak meyakinkan. Sebaliknya, konsep yang sangat mendukung pengumpulan data, data yang relatif lengkap dan rinci, akan membuat tafsir yang disodorkan menjadi terasa begitu meyakinkan.
22
L. PARADIGMA/ANALISIS FENOMENOLOGIS-ETNOSAINTIFIK
1. Analisis ini ditujukan untuk membuat peneliti mampu mengungkap atau mendeskripsikan kesadaran sosial, kesadaran kolektif dari suatu komunitas, yang merupakan etnosains dari komunitas tersebut. Unsur elementer dari suatu kesadaran atau pengetahuan kolektif pada dasarnya adalah kategori-kategori dan relasi-relasi. Oleh karena itu, suatu analisis fenomenologis-etnosaintifik ditujukan terutama untuk dapat menghasilkan deskripsi berupa kategori-kategori dan relasi-relasi di antara kategori-kategori tersebut.
23
2. Secara keseluruhan, deskripsi berbagai kategori ini baik kategori sosial maupun kategori budaya akan memperlihatkan suatu sistem klasifikasi yang diasumsikan bersifat sosial atau kolektif, yang berarti dimiliki oleh sejumlah warga masyarakat atau komunitas yang diteliti. Sistem klasifiksi atau kategori-kategori dan relasi di antaranya juga dianggap sebagai salah satu sistem yang menjadi acuan atau pembimbing warga masyarakat yang diteliti dalam mewujudkan berbagai perilaku dan interaksi sosial mereka.
24
L. PARADIGMA/ANALISIS FENOMENOLOGIS-ETNOMETODOLOGIS
1. Analisis etnometodologis ditujukan terutama untuk mengetahui metodologi yang digunakan oleh individu-individu yang diteliti yang diasumsikan mewakili individu pada umumnya, dalam interaksi sosial mereka, yang kemudian menghasilkan sebuah sistem sosial yang terstruktur. Data utama dari penelitian ini adalah percakapan-percakapan, karena lewat percakapan inilah berbagai hal yang implisit namun bukan hasil spekulasi atau tebak-menebak peneliti terlihat dengan cukup jelas. Analisis data semacam ini juga dapat menghindarkan peneliti dari tuduhan melakukan tebak-tebakan atau spekulasi, karena kesimpulan yang ditarik kemudian terlihat didasarkan atas sejumlah data tertentu.
25
2. Kemampuan peneliti untuk menunjukkan hal-hal yang implisit ada di balik merupakan hal yang penting dalam analisis ini. Di sini peneliti juga melakukan tafsir atas data yang tersedia, namun penafsiran ini diarahkan untuk menghasilkan sejumlah pernyataan berupa aturan-aturan atau metodologi interaksi sosial yang ada di balik berbagai interaksi sosial yang terjadi.
26
M. PARADIGMA/ANALISIS FENOMENOLOGIS-KONSTRUKSIONIS
1. Analisis ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan uraian mengenai bagaimana suatu pemahaman atau pemaknaan kolektif tertentu dapat memperoleh sifatnya yang kolektif. Data utama yang dianalisis di sini adalah data kualitatif berupa percakapan-percakapan. Suatu pemahaman atau pemaknaan dikatakan bersifat kolektif bilamana pemahaman tersebut terlihat terwujud dalam banyak perilaku individu dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan sebuah pemahaman yang bersifat kolektif akan terlihat dari berbagai perilaku dan interkasi sosial dalam masyarakat.
27
2. Pemahaman kolektif tersebut tentu tidak muncul begitu saja, karena setiap pemahaman pada dasarnya berawal dari seseorang individu, atau bersifat individual. Analisis fenomenologis-konstruksionis ditujukan untuk mengetahui dan mendiskripsikan hal-hal serta cara kerja seperti apa yang membuat suatu pemahaman yang pada awalnya bersifat individual tersebut kemudian dapat bersifat sosial atau kolektif.
28
N. PARADIGMA/ANALISIS POST-MODERNISTIS
1. Analisis ini ditujukan untuk mengungkapkan motivasi-motivasi politis yang ada dibalik setiap kegiatan, praktek atau aktivitas representasional atau aktivitas merepresentasikan, menampilkan sesuatu, seperti misalnya penulisan sebuah buku, pementasan sebuah kesenian, pemuatan sebuah foto, pembuatan dan pemutaran sebuah film, dn sebagainya. Analisis ini sangat dekat dengan analisis hermeneutis, karena sangat mengandalkan kemampuan peneliti untuk memberikan tafsirannya atas data yang tersedia. Perbedaanya adalah pada penekanannya.
29
2. Penekanan analisis post-medernistis adalah pada membangun tafsir berupa motivasi-motivasi yang dianggap ada di balik setiap kegiatan representasi. Apakah motivasi ini memang betul-betul ada pada diri prilaku atau tidak, itu bukanlah persoalan utama, karena kebenaran hasil analisis semacam ini lebih terletak pada kemampuan peneliti untuk meyakinkan pembacanya tentang adanya relasi motivasional semacam itu di antara data dengan kesimpulannya.
30
3. Selain itu, analisis juga ditujukan untuk dapat mengetahui siasat-siasat representasi yang digunakan, termasuk di dalamnya media representasinya. Dengan analisis ini sedikit banyak akan diketahui effek yang akan dicapai dari strategi dan media reppresentasi tersebut.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.