Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Nyeri Abdomen KASUS
2
KASUS Seorang wanita usia 45 tahun datang berobat dengan keluhan nyeri perut hilang timbul yang dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Pasien juga mengeluh perut terasa kembung serta BAB mencret yang kadang disertai lendir namun tidak terdapat darah. Keluhan tidak disertai dengan demam. Apabila nyeri perut muncul pasien tidak nafsu makan. Terdapat penurunan berat badan sebanyak 2 kg dalam 6 bulan ini. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter namun keluhan masih dirasakan. Keluhan kadang berkurang jika minum obat dokter. Pasien pernah menjalani operasi pengangkatan mioma uteri 3 tahun yang lalu. Tidak ada penyakit/keluhan serupa pada keluarga. Pasien memiliki 3 orang anak dan suami pasien sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Pasien bekerja sebagai sebagai staf marketing di sebuah perusahaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD 138/88, FN 84, RR 20, S 36,5, VAS 3. Dari pemeriksaan status gizi didapatkan TB 155 cm, BB 50 kg (IMT 20,8).
3
Anamnesis apa lagi yang perlu ditambahkan untuk membantu menegakkan diagnosis pada pasien?
Pola nyeri perut yang dirasakan? Gejala lain yang dirasakan? Apakah terdapat tanda bahaya? Pemeriksaan fisik yang diharapkan pada pasien?
4
Pola nyeri perut yang dirasakan?
Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi yang singkat dan berlangsung dalam periode yang lama (kronis), kualitas nyeri sulit dideskripsikan, nyeri tidak menjalar, dapat berpindah-pindah, nyeri dirasakan terutama pada saat muncul diare dan nyeri berkurang setelah BAB. Pada pasien ini nyeri dirasakan sebagai rasa tidak nyaman yang sulit dideskripsikan, nyeri dirasakan di ulu hati namun kadang berpindah-pindah dan kadang dirasakan di perut bagian bawah, nyeri tidak menjalar dan serangan nyeri biasanya tidak berlangsung lama, nyeri terutama muncul apabila pasien sedang diare dan setelah BAB keluhan nyeri berkurang. Keluhan seperti ini dirasakan 1-2 kali dalam sebulan selama 5-7 hari dan sudah berlangsung selama kurang lebih 6 bulan. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter namun keluhan masih hilang timbul.
5
Gejala lain yang dirasakan?
Rasa kembung, perut kencang/distensi, diare/konstipasi, BAB disertai lendir, BAB yang terasa tidak tuntas, keluhan yang memberat pada masa menjelang menstruasi, kaitan keluhan dengan konsumsi makanan/minuman tertentu, riwayat pengobatan sebelumnya, pola makan selama ini (keteraturan, asupan cairan dan serat), keluhan batuk berdahak lama, keringat malam, dan penurunan berat badan. Pada pasien ini terdapat keluhan kembung dan diare. Pasien BAB cair disertai lendir namun tidak terdapat darah dengan frekuensi 5x/hari, dengan volume sekitar ½ gelas Aqua, pasien juga sering merasa BAB tidak tuntas. Pasien tidak menggunakan obat-obat pencahar maupun jamu/herbal. Tidak terdapat riwayat batuk lama maupun keringat malam . tidak ada keluhan mual/muntah pada pasien.
6
Apakah terdapat tanda bahaya?
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, terdapat darah pada feses, terdapat riwayat keluarga dengan keganasan kolorektal, IBD, terdapat anemia, terdapat diare atau nyeri nokturnal, nyeri perut yang disertai demam, terdapat massa abdomen, terdapat asites. Pada pasien tidak diketahui dengan pasti riwayat keganasan di keluarga, tidak ada keluhan demam maupun riwayat BAB disertai darah selama ini. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya benjolan di perut. Terdapat penurunan berat badan sebanyak 2 kg dalam waktu 6 bulan. Apabila muncul keluhan nyeri perut pasien menjadi tidak nafsu makan.
7
Pemeriksaan fisik yang diharapkan pada pasien?
Tidak didapatkan abnormalitas yang disebabkan oleh gangguan organik baik pada pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan abdomen, maupun pemeriksaan colok dubur. Pada pasien ini dari pemeriksaan fisik hanya didapatkan nyeri tekan di ulu hati. Dari pemeriksaan colok dubur didapatkan lendir pada sarung tangan namun tidak ada darah
8
Pemeriksaan penunjang apa yang disarankan untuk pasien?
Pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kelainan organik yang memiliki gejala yang serupa: Pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan analisis feses. Pada pemeriksaan darah rutin dan kimia darah tidak didapatkan kelainan kecuali terdapat anemia dengan Hb 10,5. Pada analisis feses tidak didapatkan kelainan dan tidak didapatkan darah samar pada feses. Apabila didapatkan tanda bahaya dianjurkan untuk pemeriksaan lanjutan seperti barium enema, kolonoskopi, untuk mendeteksi adanya kelainan organik sebagai penyebab keluhan pasien. Pada pasien pernah dilakukan kolonoskopi dan tidak didapatkan kelainan pada kolon kecuali terdapat polip kecil pada rectum.
9
Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini?
Irritable Bowel Syndrome tipe diare Polip rektum Anemia
10
Diagnosis Kriteria Rome III untuk diagnosis IBS:
Gejala nyeri perut rekuren atau rasa tidak nyaman minimal 3 hari per bulan selama 3 bulan terakhir, dengan 2 atau lebih: Nyeri berkurang dengan defekasi Nyeri berkaitan dengan perubahan frekuensi defekasi Nyeri berkaitan dengan perubahan konsistensi atau bentuk feses Gejala pendukung meliputi: Perubahan frekuensi feses Perubahan bentuk feses Perubahan stool passage (mengedan atau urgensi) BAB berlendir Perut kembung atau distensi
11
Penatalaksaan yang direncanakan untuk pasien ini?
Terapi non farmakologis : Meyakinkan pasien bahwa penyakit yang dialami tidak mengancam kehidupan Menganjurkan gaya hidup sehat dengan pola makan yang teratur dan olah raga rutin Penyesuaian diet dengan menghindari atau membatasi makanan tertentu yang mencetuskan gejala.
12
Terapi farmakologis : Antispasmodik : hyoscine-N-butylbromide, mebeverin, otolinium bromide. Pemberian antispasmodik lebih baik dibandingkan plasebo (RR = 0,68) dan bermanfaat untuk mengatasi gejala post prandial jika dikonsumsi 30 menit sebelum makan. Antidiare : loperamid. Efektif untuk mengatasi diare dan mengurangi frekuensi BAB dan memperbaiki konsistensi feses namun tidak lebih efektif dibanding plasebo dalam mengurangi nyeri dan rasa kembung. Loperamid hanya digunakan on demand (1-2 hari) dan dapat menyebabkan efek samping konstipasi dan ileus paralitik. Probiotik : golongan Bifidobacterium lactis dan Bifidobacterium infantis dapat memperbaiki keluhan nyeri abdomen, kembung, dan flatulens dibandingkan plasebo. Antidepresan : golongan antidepresan trisiklik dan SSRI dapat meringankan gejala-gejala IBS dan mengurangi nyeri abdomen dibanding plasebo.
13
Psikoterapi Terapi kognitif, psikoterapi dinamik, hipnoterapi dan manajemen stres dapat memberikan manfaat namun terapi relaksasi tidak lebih efektif dibandingkan dengan perawatan biasa dalam meringankan gejala IBS. Psikoterapi dapat digunakan terpisah maupun sebagai kombinasi dengan farmakoterapi pada pasien IBS dengan atau tanpa gangguan psikiatrik/psikosomatik dimana kombinasi psikoterapi dan psikofarmaka memberikan hasil pengobatan yang lebih baik.
14
Pemeriksaan penunjang ?
kolonoskopi
15
KOLONOSKOPI
16
Normal Colonoscopy
17
Tatalaksana Polip Rektum
Polipektomi
18
Terimakasih
19
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.