Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIvan Oesman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
FARMAKOTERAPI PADA SISTEM SARAF (NYERI, PARKINSON, EPILEPSI, STROKE)
JULAEHA, M.P.H., Apt
2
FARMAKOTERAPI NYERI Definisi : pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan. Berdasarkan lamanya nyeri, dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis
3
PATOFISIOLOGI Gejala penyakit atau kerusakan pada jaringan atau sel
Disebabkan krn rangsang mekanik, panas, kimia atau listrik yg melampaui nilai ambang nyeri menyebabkan kerusakan jaringan disertai pelepasan mediator nyeri
4
PROSES PENGHANTARAN NYERI
Stimulasi, rangsangan pada nosiseptif Tranmisi, potensial aksi dari tempat terjadinya rangsangan menuju sistem saraf pusat Modulasi, proses penghambatan nyeri secara endogen Persepsi, kesadaran akan rasa nyeri
5
PENILAIAN NYERI
6
TATALAKSANA TERAPI
7
ANALGESIK NON-OPIAT
9
ANALGESIK OPIAT
11
PRINSIP PEMILIHAN OBAT????
Tergantung pada intesitas nyeri Pertimbangkan kontraindikasi
12
Takrif/pengertian epilepsi :
- gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala - kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan) Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di dalam korteks serebral Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional yang terlibat
13
Klasifikasi epilepsi Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi : kejang umum (generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
14
Kejang umum terbagi atas:
Tonic-clonic convulsion = grand mal merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau tidur
15
Abscense attacks = petit mal jenis yang jarang
umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari Myoclonic seizure biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal Atonic seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered Petit mal
16
Kejang parsial terbagi menjadi :
Simple partial seizures pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh Complex partial seizures pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran Kejang parsial
17
Patogenesis Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitori Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin) Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat
18
Strategi Terapi Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug Strategi Terapi mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
19
Prinsip umum terapi epilepsi:
monoterapi lebih baik mengurangi potensi adverse effect, meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping dg politerapi hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik bisa menetap selama pengobatan jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya Memperhatikan risk-benefit ratio terapi Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat mungkin dalam jangka waktu pendek
20
mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien penting : kepatuhan pasien ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi) lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien
21
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin, barbiturat menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat contoh: Vigabatrin menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA contoh: Tiagabin meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool contoh: Gabapentin
22
Kejang Umum (generalized seizures)
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya Kejang parsial Kejang Umum (generalized seizures) Tonic-clonic Abscense Myoclonic, atonic Drug of choice Karbamazepin Fenitoin Valproat Etosuksimid Alternatives Lamotrigin Gabapentin Topiramat Tiagabin Primidon Fenobarbital Clonazepam Klonazepam Felbamat
23
ALGORITMA TATALAKSANA EPILEPSI Diagnosa positif
Mulai pengobatan dg satu AED Pilih berdasar klasifikasi kejang dan efek samping Ya Sembuh ? Tidak Efek samping dapat ditoleransi ? Efek samping dapat ditoleransi ? Ya Tidak Ya Tidak Turunkan dosis Tambah AED 2 Tingkatkan dosis Kualitas hidup optimal ? Turunkan dosis Sembuh? Pertimbangkan, Atasi dg tepat Hentikan AED1 Tetap gunakan AED2 Ya Tidak Ya Tidak Lanjutkan terapi lanjut lanjut
24
Efek samping dapat ditoleransi ?
lanjutan Tidak sembuh Lanjutkan terapi Efek samping dapat ditoleransi ? Tidak kambuh Selama > 2 th ? Tidak Ya ya tidak Hentikan AED yang tdk efektif, Tambahkan AED2 yang lain Tingkatkan dosis AED2, cek interaksi, Cek kepatuhan Hentikan pengobatan Kembali ke Assesment awal Sembuh ? Ya Tidak Rekonfirmasi diagnosis, Pertimbangkan pembedahan Atau AED lain Lanjutkan terapi
25
Pemberian obat antiepilepsi pada anak
Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat : bangkitan epilepsi, faktor etiologi, munculnya bangkitan pada usia dini, sering mengalami bangkitan, dan obat antiepilepsi Pengaruh beberapa obat antiepilepsi : Fenobarbital →hiperaktif Fenitoin (dosis tinggi)→enselofati progresif, retardasi mental dan penurunan kemampuan membaca Karbamazepin dan asam valproat →gangguan kognitif ringan Valproat (dosis tinggi)→mengganggu fungsi motorik
26
Efek obat antiepilepsi pada anak
Jurnal Pediatr Neurol. th 2006 : obat2 antiepilepsi (asam valproat, carbamazepin, oxcarbazepin) dapat menurunkan densitas tulang pada anak. Perlu monitoring pemakaian jangka panjang pada anak, di samping perlu dipertimbangkan pemberian suplemen utk tulang.
27
Penatalaksanaan epilepsi pada lanjut usia
Perlu pertimbangan : penyakit lain yg menyertai, polifarmasi yg menyebabkan interaksi obat, perubahan fisiologi tubuh (absorpsi obat, ikatan protein, metabolisme dan eliminasi obat)
28
Pertimb pemakaian pd wanita
Estrogen menghambat reseptor GABA, mempotensiasi aktivitas glutaminergik Progesteron efeknya berlawanan dg estrogen dan mempotensiasi aktivitas reseptor GABA perlu adanya penyesuaian dosis
29
Pada kehamilan Akibat epilepsi pd kehamilan :
Kejang maternal 25 – 30% penderita Komplikasi kehamilan ES pd fetus meliputi penyakit dan obat antiepilepsi
30
Efek obat antiepilepsi pd kehamilan malformasi kongenital
Barbiturat & fenitoin congenital heart malformation, orofacial clefts & malformasi lain Valproat & carbamazepin spina bifida (neural tube defect) & hypospadias
31
KIE pada wanita epilepsi yg hamil
Intake asam folat (~0,4 – 1 mg/hari) pd prenatalmencegah efek teratogenik Obat antiepilepsi secara monoterapi, dosis serendah mgk mengurangi efek teratogenik Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya efek teratogenik < Pemberian vit K pd bulan terakhir kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap hari mencegah koagulopati
32
KIE pada ibu menyusui Meski distribusi obat antiepilepsi dilaporkan rendah pada air susu, namun perlu diperhatikan efek pada bayi (sedasi, iritabilitas, poor feeding) terutama pada pemakaian barbiturat & benzodiazepin
33
Penghentian pengobatan epilepsi
Tergantung jenis bangkitan / kejang dan prognosis epilepsi Jenis bangkitan untuk memperkirakan tingkat kekambuhan, misalnya : Epilepsi absence atau petit mal →tingkat kekambuhan rendah Berturut-turut makin tinggi tingkat kekambuhan : klonik atau mioklonik, kejang tonik-klonik, parsial sederhana dan parsial kompleks, selanjutnya kejang yang terdiri dari lebih dari satu jenis
34
Jika terapi farmakologi gagal, bagaimana ?
Perlu dipertimbangkan terapi operatif (terutama utk epilepsi refrakter/kambuhan) Yang paling aman & efektif : reseksi lobus temporal bagian anterior, jenis yang lain : reseksi korteks otak, hemisferektomi, pembedahan korpus kalosum, reseksi multilobar pada bayi Lebih kurang 70-80% penderita yg mengalami operasi terbebas dari bangkitan, walaupun beberapa diantaranya harus tetap minum obat
35
KASUS Seorang pasien wanita 30 tahun, 50 kg. Kondisi pasien aneh karena sering menyeringai, mengunyah sendiri tanpa dia sadari secara berulang. Setelah diperiksa medical record pasien menderita epilepsi jenis komplek parsial seizure sejak usia 17 tahun dan mempunyai riwayat hepatitis B. Sejak usia 25 tahun pasien menggunakan kontrasepsi oral hormonal.
36
Obat yang dikonsumsi oleh pasien
Valproat Curcuma Kontrasepsi oral hormonal (estrogen-progesteron) Analisis kasus tersebut dan berikan rekomendasi anda sebagai seorang farmasis kepada klinisi
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.