Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ASKEP ANAK DENGAN AUTISME
OLEH : Nurul Pujiastuti
2
Pengertian Autisme diambil dari kata Yunani “Autos” yg berarti diri sendiri, dan ”Isme” yg berarti suatu aliran. Berarti suatu faham yg tertarik hanya pada dunianya sendiri. Sidroma autisme juga disebut kelainan tumbuh kembang yg pertama kali dideskripsikan oleh Leo Kanner, psikiater dari Universitas John Hopkins, AS.
3
Penyakit ini adalah gangguan perilaku pada anak dimana anak asyik tenggelam dalam dunianya sendiri. Gejala umumnya tampak sebelum usia 3 tahun
4
DEFINISI Autisme adalah gangguan perkemb yg kompleks yg disebabkan adanya kerusakan pada otak, shg mengakibatkan gangguan pada perkemb komunikasi, perilaku, kemampuan sosialisasi, sensoris, serta belajar.
5
Macam-macam gangguan perkembangan pada anak autis
Gangguan Komunikasi 1) terlambat berbicara / sama sekali belum dapat berbicara, 2) sangat sulit utk memulai atau mempertahankan percakapan dgn orang lain, 3) komunikasi dgn gerakan/bahasa tubuh, 4) mengulang – ulang kata, 5) meracau dgn bahasanya sendiri, 6) tidak memahami pembicaraan orang lain.
6
Gangguan interaksi 1) Kurang responsif thd isyarat sosial,
2) Tidak mau menatap mata, 3) Apabila dipanggil tidak menengok, 4) Tdk mau bermain dgn teman sebaya, senang menyendiri, 5) Tdk mampu m’ekspresikan rasa senang/keinginannya secara spontan, 6) Tidak ada empati.
7
Gangguan perilaku 1) cuek thd lingkungan,
2) asyik dgn dunianya sendiri, 3) semaunya sendiri, tidak mau diatur, 4) perilaku tdk terarah (mondar-mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat, teriak-teriak), 5) agresif atau menyakiti dirinya sendiri, 6) tantrum (mengamuk) oleh sebab yg tak jelas, 7) melamun/bengong, terpakau pada benda berputar atau benda yg bergerak, 8) kelekatan thd benda tertentu, 9) perilaku yg ritualistik.
8
Gangguan emosi 1) tertawa, menangis, marah-marah tanpa sebab,
2) emosi tidak terkendali, 3) rasa takut yg tidak wajar.
9
Gangguan persepsi sensoris
1) menjilat-jilat benda, 2) mencium-cium benda, 3) menutup telinga bila mendengar suara keras dgn nada tertentu, 4) tak suka memakai baju dgn bahan kasar, 5) sangat tahan thd sakit.
10
Penyebab Autisme Penyebab utama belum diketh dgn pasti. Autisme diduga disebabkan oleh gangguan neurologi pada SSP; 1) Faktor genetik, 2) Gg pertumb sel otak pada janin, 3) Gg pencernaan, 4) Keracunan logam berat, 5) Gg auto-imun.
11
Faktor Presdisposisi Teori Psikodinamika, Mahler
Teori Biologik: adanya gangguan pada otak Teori Dinamika Keluarga
12
Teori Psikodinamika, Mahler
Anak yg autistik terfiksasi pada fase perkembangan simbiotik, anak tidak mencapai hub simbiotik dgn ibu ataupun tidak membedakan diri dgn ibu, perkemb ego mengalami penundaan, anak tidak berkomunikasi atau membentuk hub.
13
Teori Biologik: adanya gangguan pada otak
Karena otak pada bayi masih elastis maka hampir dapat dipastikan bhw kerusakan sentral atau bilateral yg dapat mengakibatkan terjadinya autisme,
14
Teori Dinamika Keluarga
Pola interaksi dini dapat mempengaruhi timbulnya autisme pada bayi seperti misalnya seorang ibu yg kabur & jauh shg sedikit kasih sayang dan emosional pada bayi.
15
Faktor Presipitasi Or tu dgn anak autistik biasanya memp intelegensi yg cukup tinggi, >kepribadiannya bercorak obsesif, >tidak memiliki kehangatan, >interaksi orang tua dgn anak yg menyimpang serta >adanya stres yg berat pada awal kehidupannya, shg anak kurang mendapat stimulasi dalam proses tumbuh kembang.
16
Perilaku >Anak dgn autisme biasanya kurang responsif thd orang lain, cenderung menarik diri dari kontak sosial juga disertai dgn gg komunikasi verbal dan non verbal yg berat (echolalia). >Respon bizar thd lingk spt: stereotipik, bergoyang2, berputar2, mutilasi diri a.l: menggigit2 jari, memukul2 badannya, mebentur2kan kepala, tdk disertai halusinasi, waham serta inkoherensi.
17
Pada bayi austistik tdk berespon pada penglihatan & suara orang lain, tdk ada senyum sosial, tdk ada perasaan senang bila berada di dekat ibunya, tidak mau berusaha m’gapai seseorang scr fisik,
18
serta tak ada reaksi thd or la
serta tak ada reaksi thd or la. Perilaku ini sering disalah artikan “bayi yg penurut” tak ada keg berimajinasi, vol & nada suara abnormal, isi pembicaraan srg terbalik, terjadi echolalia serta m’gunakan bahasa sendiri.
19
Mekanisme Koping; (1) Menarik diri: terjadi dmn seseorang menemukan kesulitan dalam membina hub secara terbuka dgn orang lain, (2) Regresi: suatu mekanisme pertahanan ego yg paling mendasar yg digunakan oleh seseorang yg psikosis. Perilaku seperti anak-anak dan tehnik –tehnik yg dirasa aman untuk digunakan.
20
Simtomatologi (Data Subyektif dan Obyektif)
1.Kegagalan utk membentuk hub antar pribadi, dicirikan oleh sifat tidak responsif pada orang. 2.Kelainan pada komunikasi (verbal & non verbal), dicirikan o/ tdk adanya bhs atau jika dikembangkan srg adanya struktur gramatik yg tidak matang, p’gunaan kata2 yg tak benar, echolalia / ketidakmamp m’gunakan batasan abstrak ekspresi non verbal yg menyertai bisa menjadi tdk sesuai atau tak ada
21
3) Respon kacau thd lingk, dicirikan oleh perlawanan atau reaksi2 perilaku ekstrim thd peristiwa2 kecil, 4) Rasa tertarik yg ekstrim thd benda - benda yg bergerak (misal:kipas angin, kereta api), minat khusus thd musik, bermain dgn air, kancing atau bag2 dari tubuh
22
5) Tuntutan yg tdk beralasan thd keharusan utk mengikuti kebiasaan sehari-hari dgn rincian yg tepat (misal: menuntut keharusan utk mengikuti rute yg sama apabila pergi belanja). 6) Kesedihan yg terlihat thd perub2 pd aspek yg sepele dari lingk (misal: bila vas bunga dipindahkan dari tempat biasanya), 7) Gerakan-gerakan tubuh stereotipik (misal: menjentikkan tangan atau memilin-milin tangan, berputar-putar, gerakan tubuh yg kompleks).
23
Kriteria diagnosis PPDGJ III AUTISME MASA KANAK
Ditandai kelainan kualitatif dalam : Interaksi sosial yg timbal balik Pola komunikasi Minat dan aktivitas yg terbatas, stereotipik, berulang
24
Minimal satu dari area dibawah ini terganggunya/ abnormalitas perkemb:
Kemampuan dalam bahasa reseptif dan ekspresif dalam komunikasi sosial Perkemb kelekatan sosial yg selektif atau interaksi sosial timbal balik Kemamp m’gunakan mainan s.d fungsinya atau bermain pura-pura
25
Min ada 6 gejala total dari 1, 2 dan 3 dgn sedikitnya 2 gejala dari 1 dan satu gejala dari masing-masing 2 dan 3 Hendaya kualitatif dlm interaksi sosial yg timbal balik Hendaya nyata dalam perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, & bhs isyarat utk m’adakan interaksi sosial Gagal membangun relasi dgn sebaya s.d taraf perkemb. Contoh : tak tertarik utk bergabung atau bermain dgn anak lain, cenderung asik untuk bermain sendiri & tak mempedulikan anak lain
26
Tak ada keinginan utk berbagi kesenangan dgn anak lain
Tak ada keinginan utk berbagi kesenangan dgn anak lain. Contoh : bila memp mainan baru anak tidak memperlihatkannya pada orang lain Tak ingin m’adakan hub sosial dan emosional timbal balik. Contoh : tidak memberikan respon emosi ketika diajak bercanda, main ciluba.
27
Hendaya dalam berkomunikasi :
Keterlambatan dlm perkemb berbicara (tapi tdk disertai dgn usaha utk m’kompensasi lewat bhs isyarat/ mimik) Hendaya utk memulai atau mempertahankan percakapan dgn orang lain P’gunaan bhs yg stereotipik dan adanya pengulangan atau bahasa yg aneh. Contoh: mengulang kata-kata orang lain (echolali), mengulang kata-kata iklan tanpa tujuan, mengulang kata-kata tanpa makna, contoh : pecep-pecep-pecep, peteka-peteka-peteke, klek-klek-klek dsb. Kurangnya variasi & spontanitas dalam bermain pura-pura atau permainan imitasi sosial yg sesuai taraf perkembnya. Contoh : berpura-pura memasak, menjadi ayah-ibu dsb.
28
Pola perilaku, minat dan aktivitas yg terbatas, repetitif dan stereotipi :
Preokupasi dgn satu atau lebih pola perilaku/minat yg stereotipik. Contoh berjalan mondar-mandir, menyenangi satu benda tertentu dan selalu dibawa-bawa kemanapun. Keterikatan yg kaku thd rutinitas dan ritual khusus yg tidak bermanfaat. Contoh : harus melewati rute jalan yg sama, harus menjalani jadwal keg yg teratur sesuai urutan dan waktu yg sama. Manerisme motorik yg stereotipik dan repetitif. Contoh : mengepakkan tangan, memainkan jari tangan, atau menggerak-gerakkan tubuh tanpa tujuan.
29
Diagnosa dan Intervensi Kepercayaan Umum
Resiko tinggi terhadap mutilasi diri Tujuan : Intervensi dgn rasional tertentu: (1) Tindakan untuk melindungi anak apbila perilaku-perilaku mutilatif diri seperti memukul-nukul/.membentur-benturkan kepala atau perilaku- perilaku histeris lainnya menjadi nyata, (2) Helm dapat digunakan untuk melindungi terhadap tindakan – tindakan memukul kepala, sarung tangan untuk mencegah menarik-narik rambut dan pemberian bantalan yang sesuai untuk melindungi ekstrimitas terluka selama terjadinya gerakan-gerakan histeris,
30
(3) Coba utk menentukan jika perilaku mutilatif diri terjadi
(3) Coba utk menentukan jika perilaku mutilatif diri terjadi sbg respon thd meningkatnya ansietas. Rasional : Perilaku-perilaku mutilatif dapat dicegah jika penyebabnya dapat ditentukan, (4) Bekerja pada dasar satu perawat untuk satu anak, Rasional : Utk m’bentuk kepercayaan, (5) Tawarkan diri pada anak selama meningkatnya ansietas, Rasional : Dlm upaya menurunkan kebuth pd perilaku mutilasi diri & memberikan rasa aman.
31
Hasil yang diharapkan :
1) Rasa gelisah dipertahankan pada tk pasien merasa tdk memerlukan perilaku mutilasi diri, 2) pasien memulai interaksi antara diri dan perawat bila merasa cemas.
32
Kerusakan interaksi sosial
Intervensi dgn rasional tertentu : 1) Berhub satu – persatu dgn anak. Rasional : Interaksi dgn pasien yg konsisten meningkatkan pembentukan kepercayaan, 2) Berikan anak benda-benda yg dikenal (misal: mainan kesukaan, selimut), Rasional : Benda-benda ini m’berikan rasa aman bila anak merasa distress, 3) Sampaikan sikap yg hangat, dukungan & kebersediaan ketika pasien berusaha utk memenuhi kebutuhan dasarnya, Rasional : Karakteristik ini meningkatkan pembentukan dan mempertahankan hub saling percaya,
33
4) Lakukan dgn perlahn jgn memaksa melakukan interaksi, mulai dgn penguatan yg positif pada kontak mata, perkenalkan secara bperlahan-lahan dgn sentuhan, senyuman, pelukan, Rasional : Pasien austistik dapat merasa terancam oleh suatu rangs yg gencar, 5) Beri dukungan pada pasien yg berusaha keras utk m’bentuk hub dgn orang lain di lingk nya, Rasional : Kehadiran seseorang yg telah terbentuk hub saling percaya, memberikan rasa percaya.
34
Hasil yang diharapkan :
(1) Pasien mulai berinteraksi dgn diri dan or la, (2) Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsif pada wajah dan perilaku non verbal lainnya dalam berinteraksi dgn orang lain, (3) Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik.
35
Kerusakan komunikasi verbal
Intervensi dgn rasional tertentu : Pertahankan konsistensi tugas staf, Rasional : Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan dan komunikasi pasien, 2) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai komunikasi terbentuk, Rasional: mempererat komunikasi yg sudah terbentuk
36
3) Gunakan teknik validasi konsensual dan mencari klarifikasi utk menguraikan kode pola – pola komunikasi (contoh : “saya rasa yg anda maksudkan ..” atau “ apakah anda bermaksud utk mengatakan bahwa...”), Rasional : Teknik ini digunakan utk memastikan akurasi dari pesan yg diterima, menjelaskan pengertian yg tersembunyi di dalam pesan. 4) Gunakan pendekatan “muka” (berhadapan, bertatapan) utk menyampaikan ekspresi non verbal, yg benar dgn menggunakan contoh, Rasional : Kontak mata m’ekspresikan minat yg murni terhadap, & hormat pada seseorang.
37
Hasil yang diharapkan (1) Pasien mampu berkomunikasi dgn cara yg dimengerti oleh orang lain, (2) Pesan – pesan non verbal pasien s.d pengungkapan verbal, (3) Pasien memulai interaksi verbal dan non verbal dgn orang lain
38
Gangguan identitas pribadi
Intervensi dgn rasional tertentu : Hub satu – satu dgn anak, Rasional: konsistensi dari interaksi pasien staf meningkatkan pembentukan data kepercayaan, 2) Membantu anak mengetahui hal – hal yg terpisah selama kegiatan perawatan diri seperti berpakaian dan makan, Rasional : Kegiatan ini dpt meningkatkan kewaspadaan anak thd diri sbg sesuatu yg terpisah dari orang lain, 3) Tingkatkan kontak fisik scr bertahap menggunakan sentuhan utk menjelaskan perbedaan pasien dgn perawat, Rasional : gerak isyarat ini dpt diinterprestasikan sbg suatu ancaman oleh pasien, 4) Tingkatkan upaya anak utk mempelajari bag–bag tubuh m’gunakan cermin, lukisan, gambar dari anak.
39
Hasil yg diharapkan (1) Pasien mampu untuk membedakan bag – bag tubuhnya dgn bag – bag tubuh dari orang lain, (2) Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingknya dgn menghentikan ekolalia (mengulangi kata – kata yg didengar) dan ekopraksia ( meniru gerakan – gerakan yg dilihat).
40
Penatalaksanaan Autisme
Penatalaksanaan autisme bukan untuk menyembuhkan atau gangguan tidak dapat disembuhkan (not curable), namun bisa diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yg ada di otak diperbaiki, namun gejala yg ada pada penderita autisme tak dapat dikurangi.
41
1. Terapi Perilaku Dgn memodifikasi PL yg spesifik diharapkan dpt membuang perilaku yg bermasalah. Dalam st penelt dikatakan dgn terapi yg intensif selama 1 – 2 th, anak yg masih muda ini dpt m’hasilkan peningkatan IQ dan fungsi adaptasinya lebih tinggi dibanding kelp anak yg tdk m’peroleh terapi yg intensif. Agresivitas yg cukup banyak didptkan pada anak autisme memerlukan penanganan yg spesifik
42
2. Psikoterapi. Psikodinamika psikoterapi yg dilakukan pada anak yg lebih kecil, termasuk terapi bermain yg tdk terstruktur sdh tdk sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik dgn atau tanpa obat mungkin lebih sesuai pada mereka yg telah memp fungsi lebih baik. Saat usia mereka meningkat, mungkin timbul perasaan cemas/depresi krn mereka menyadari kelainan & kesukaran dalam membina hub dgn orang.
43
3. Terapi Obat Pada sekelompok anak autisme dgn gejala spt temperantrum, agresivitas dan stereotip, pemberian obat – obat yg sesuai dapat merup salah satu bagian dari program terapi komprehensif.
44
4. Terapi Wicara >Semua penyandang autisme akan mengalami gg bicara dan berbahasa. >O/ki terapi wicara adalah sebuah keharusan bagi mereka yg perlu diperhatikan dari terapis yg menangani terapi wicara. >T/u orang tuanya harus bisa membedakan bhw penderita autisme sangat berbeda dgn penderita gg bicara saja.
45
5. Terapi Okupasi Terapi ini diberikan pada anak – anak yg mengalami gangguan perkemb motorik halus seperti jari – jari untuk melatih menulis.
46
6. Terapi Khusus Pendidikan khusus adalah pendidikan yg berstruktur bagi para penyandang autisme. Sistem satu guru adalah sangat penting o/k sulit memusatkan perhatian dalam kelas yg besar. Dgn adanya perbaikan, maka secara bertahap dimasukkan ke dalam kelompok kecil sebelum masuk sekolah yg normal.
47
8. Diet atau Gizi pada Anak
Makanan yg perlu dihindari oleh anak autisme adalah : (1) Bahan makanan yg mengandung gluten, biasanya terdapat pada gandum, dan terigu, oat, dll. Produk olahan yg mengandung gluten adalah kecap, roti/kue yg terbuat dari terigu, mie, spageti, snack jajanan ( chiki, taro), (2) Bahan makanan yg mengandung kasien, biasanya terdapat pada susu sapi/kambing, (3) Makanan yg mengandung penyedap rasa/MSG, biasanya ditulis dgn seasoning bumbu lain,
48
(4) Bahan pemanis dan pewarna buatan seperti permen, saos tomat, serta bbrp makanan kemasan,
(5) Makanan yg diawetkan spt makanan kalengan, sosis, makanan olahan, makanan jadi yg dijual di supermarket spt bakso dan pangsit, (6) Fast food, Soft drink (7) Buah – buahan t3: pisang, apel, anggur, jeruk, tomat (bersifat individual shg perlu tes terlebih dulu), (8) semua makanan laut.
49
Makanan yg dapat dikonsumsi oleh anak autisme antara lain:
Jenis KH, a.l: kentang, ketela, ubi, beras putih, beras merah, tepung (sagu, kentang, tapioka, beras ketan), Jenis sayuran, a.l: brokoli, kembang kol, segala macam slada, bayam, kangkung, kol putih, daun katuk, asparagus, daun pengunggang, gambas, segala macam labu, lobak, terong, wortel Jenis kacang – kacangan dan biji – bijian (protein nabati), a.l: kac panjang, kac kapri, kac polong, kac tanah (tak boleh digoreng), kac mete, almond, kenari, lentil, kac hijau, kac kedelai (tempe - tahu), kac tolo, kac hitam, jali, biji wijen, biji teratai.
50
Protein hewani, a.l: daging sapi, daging ayam kampung, telur bebek, hati ayam, ampela,
Buah – buahan, a.l: kiwi, alpukat, semangka, nanas, jambu, pepaya, belimbing, kendodong, jeruk (bagi yg tak alergi), ketimun, bengkoang, jambu biji, sirsak, sawo, Lain-lain: minyak kedelai (bagi yg tak alergi), kelapa sawit, biji matahari, bunga lily: gula: stevia (bagi yg berpantangan gula); macam – macam jenis jamur; agar – agar tanpa pewarna.
51
Terimakasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.