Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYanti Kurnia Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
RUMUSAN SEMINAR Menuju Sinergi Para Pihak Dalam Penyelamatan orangutan
Hotel Grand Mahkota- Pontianak, 21 Desember 2009
2
BERDASARKAN 1. Sambutan/Pengarahan: Sambutan Gubernur Kalimantan Barat
Key note speech Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2. Presentasi : Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Hasil Survey habitat dan Populasi Orangutan di TNDS dan TNBK Strategi Penyelamatan Orangutan melalui Penataan Ruang berbasis Ekosistem Implementasi BMP Human Orangutan Conflict pada Perkebunan Kelapa Sawit Adaptasi Masyarakat dan Orangutan di Kawasan Danau Sentarum dan sekitarnya terhadap Perubahan Iklim Diskusi Kelompok Terhadap perubahan
3
Telah Dirumuskan Hasil Seminar “Menuju Sinergi Para Pihak
Dalam Penyelamatan orangutan”, sebagai berikut :
4
A. Umum Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya; gorila, simpanse, dan bonobo hidup di Afrika. Kurang dari tahun yang lalu orangutan dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara, dari Pulau Jawa di ujung selatan sampai ujung utara Pegunungan Himalaya dan Cina bagian selatan. Akan tetapi, saat ini jenis kera besar itu hanya ditemukan di Sumatera dan Borneo (Kalimantan) DAN 90% berada di Indonesia Para ahli primata saat ini sepakat untuk menggolongkan orangutan yang hidup di Sumatera sebagai Pongo abelii yang berbeda dari Pongo pygmaeus yang menempati hutan-hutan dataran rendah di Borneo. 5. Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio, yang tersebar mulai dari Sabah sampai ke selatan mencapai Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. 6. Populasi P.p.pygmaeus terancam punah baik akibat hilangnya habitat dan perburuan serta perdagangan ilegal
5
Dari hasil survey yang dilakukan oleh WWF Indonesia bekerjasama dengan Balai TN Danau Sentarum di Taman Nasional Danau Sentarum dan sekitarnya pada bulan Maret dan Juni/Juli didapatkan data-data sebagai berikut : a. Total Transek survey orangutan adalah km dan ditemukan Sarang dengan perincian 890 srg di transek; 208 di luar transek b. Sebanyak 12 Individu orangutan dijumpai secara langsung saat dilakukan survey (Meliau dan Peninjau) c. Dijumpai juga indikasi lain indikasi orangutan selama dilakukan survey yaitu “Long Call” di Lokasi Danau Santak (Manggin), Kapar Toa (Kapar Tekalong) dan Bukit Melingkong d. Dari hasil survey diestimasi terdapat populasi antara 771 – 1006 individu di dalam luasan ha dan > dari 50 % populasinya terdapat di bagian Timur TN (wilayah koridor TNDS – TNBK)
6
Memperhatikan hasil survey habitat dan populasi orangutan di TN Danau Sentarum dan kawasan sekitarnya, pembangunan daerah dan kebijakan pemerintah yang terkait tata ruang dan konservasi keanekaragaman hayati , maka dalam rangka mendukung upaya penyelamatan orangutan diusulkan solusi win-win sebagai berikut: Ruang pemanfaatan masyarakat berkurang namun masih memberikan kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar. Begitu pula, ruang untuk Orangutan sebagai species endemik Kalimantan yang setidaknya memenuhi kebutuhan ruang minimum. Disamping itu, kesempatan penggunaan lahan untuk tujuan lain dapat terjadi namun dengan persyaratan AMDAL,HCV serta penerapan praktek- praktek pengelolaan yang berkelanjutan. Pola pengembangan ekonomi dengan prinsip ini dapat mendukung upaya pemerintah dalam pengurangan pelepasan emisi dari konversi hutan alam. Para pihak memiliki kesempatan yang sama dalam pemanfaatan ruang secara bertanggung jawab dan lestari
7
Dalam Kajian Perubahan Iklim Taman Nasional Danau Sentarum – Taman Nasional Betung Kerihun telah dikaji 3 skenario perubahan iklim yaitu : A1B dunia masa depan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat, tingkat pertumbuhan penduduk rendah, dan pengenalan gencar teknologi yang efisien. A2 dunia yang sangat heterogen, dengan identitas kedaerahan yang semakin tajam dengan penekanan pada tradisi lokal dan nilai-nilai kekeluargaan. Menurut skenario ini tingkat pertumbuhan penduduk tinggi, namun memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi rendah. B1 dunia yang konvergen, dengan populasi yang sama dengan A1, namun dengan perubahan yang lebih mencolok pada pertumbuhan ekonomi bidang pelayanan dan informasi. Kesimpulan dari kajian ini : Seluruh skenario perubahan iklim menunjukkan kenaikan sampai dengan tahun 2100. Kenaikan tertinggi ditunjukkan oleh skenario A1B. Dampak perubahan iklim pada pola curah hujan sangat terlihat pada skenario A1B. Perubahan iklim menyebabkan adanya shifting secara spasio temporal pada curah hujan di wilayah TNDS-TNBK.
8
Hasil diskusi kelompok I :
Masalah : Perencanaan lemah Action : 1. Inventarisasi populasi OU 2. Inventarisasi habitat OU 3. Data tentang orangutan yang ada di pusat rehabilitasi Masalah : Informasi yang lemah Pembentukan forum Sosialisasi Seminar/workshop Kampanye Pendidikan konservasi Rekomendasi Konservasi OU harus dipahami oleh seluruh pihak Perlu ada sinergitas semua pihak dalam implementasi strategi dan rencana aksi nasional konservasi orangutan dan pembentukan forum di tingkat propinsi
9
Hasil diskusi kelompok 2
Akar masalah Disepakati bahwa akar masalah yang terjadi terkait penyelamatan orangutan antara lain: Masih adanya berbagai perbedaan penafsiran regulasi antara konsepsi perlindungan dan ekonomi Belum adanya task force lintas daerah pada sektor kehutanan Belum adanya peraturan yang mengatur koridor tata ruang kawasan
10
Belum maksimalnya intensifikasi lahan dengan komoditas yang memiliki nilai ekonomi jangka panjang seperti tanaman karet, dsb Pola budidaya tanaman yang masih menganut sistem tradisional Belum adanya koordinasi yang baik antar parapihak baik dephut, deptan, LSM maupun perusahaan/pengusaha
11
LANGKAH-LANGKAH JANGKA PENDEK MENGATASI AKAR MASALAH PENYELAMATAN ORANGUTAN
Perlunya disusun regulasi lokal yang mengatur tata ruang dan koridor pemanfaatan kawasan
12
LANGKAH-LANGKAH JANGKA PANJANG MENGATASI AKAR MASALAH PENYELAMATAN ORANGUTAN
Dibentuknya taskforce/Pokja multipihak yang dikoordinir Dirjen PHKA Intensifikasi lahan yang tersedia dengan pola tanam berjangka panjang dan memiliki nilai ekonomi yang baik Pembuatan perda yang mengakomodir hal-hal terkait daerah penyangga di seputar kawasan konservasi dan zonasi kawasan Taman Nasional
13
B. REKOMENDASI Penyusunan Tata Ruang di tingkat Provinsi dan Kabupaten harus dapat mengakomodasi perlindungan habitat dan populasi orangutan 2. Dalam rangka mengetahui populasi orangutan maka harus dilakukan Survei dan Monitoring populasi dan habitat orangutan secara berkala pada musim yang berbeda, dilakukan pemantauan ‘umur sarang’ (nilai t) pada dua tipe habitat Hasil survei dan monitoring ini hendaknya dibuat “legal paper”-nya dan dijadikan masukan bagi Tim Tata Ruang. 3. Dalam rangka menghubungkan habitat orangutan yang terfragmentasi maka perlu dibuat koridor khususnya di bagian Timur TNDS sampai DAS Embaloh (penyesuaian dg batas alam) dan dialokasikan dalam RTRWP/RTRWK Perkebunan-perkebunan kelapa sawit hendaknya mendukung pengembangan koridor orangutan yang menghubungkan habitat orangutan yang terfragmentasi di dalam dan atau di sekitar perkebunan-perkebunan kelapa sawit tersebut.
14
Di areal HPH pada kawasan/areal yang diusulkan menjadi koridor, maka apabila HPH tersebut tidak aktif, direkomendasikan agar areal HPH tersebut dijadikan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) 5. Guna meningkatkan kesadar-tahuan masyarakat mengenai pentingnya kelestarian satwa liar dan habitatnya, maka perlu digiatkan kegiatan pendidikan konservasi tentang pelestarian habitat & satwa liar kepada masyarakat serta upaya-upaya pengalihan kebiasaan berburu ke profesi lainnya seperti pemandu ekowisata dapat dijadikan sebagai alternatif kegiatan. Perlu dikembangkan program adaptasi dan mitigasi untuk menghadapi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, yaitu adanya musim hujan yang lebih panjang dan musim kering yang lebih pendek dan diprediksi akan berdampak terhadap sumberdaya perikanan dan sumber pakan orangutan. 7. Mengingat pentingnya peranan kawasan ini untuk konservasi keanekaragaman hayati, khususnya konservasi orangutan, diusulkan agar kawasan TNDS dan sekitarnya diusulkan menjadi pusat riset dan konservasi orangutan yang didukung oleh pemangku kepentingan kunci (Pemprov.,Pemkab, swasta, akademisi, dan masyarakat). 7. Direkomendasikan agar Orangutan dijadikan Ikon Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi.
15
Bagi perkebunan kelapa sawit yang di dalam areal konsesinya terdapat populasi orangutan, direkomendasikan agar menjadi anggota RSPO. Dalam rangka memonitor dan mengevaluasi implementasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan di tingkat Provinsi maka perlu dilakukan pertemuan berkala dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Konservasi orangutan harus dipahami oleh semua pihak untuk mendukung keberhasilannya.
16
Terima kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.