Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehShinta Atmadjaja Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Kelompok F (6) Sistem Komunikasi Kelompok
Rendy Aditya Sofi Aristianti Ghea Nindita Gama Karina Kandi Lansriharilbi Novita Sidabutar
2
Kasus: Pelestarian Burung Cendrawasih
Di ujung timur Pulau Yapen, Papua, sekelompok pria rela ‘nongkrong’ seharian di bawah Pohon Amponuai (beringin) di tengah hutan Desa Barawai, Distrik Yapen Timur. Pria-pria ini bukan iseng. Apalagi cari wangsit. Tapi, mereka menjaga apa yang dipercaya sebagai leluhur mereka. Digawangi oleh Bapak Marthen Mandenasi, anggota kelompok Dorei Jaya bergantian menjaga Pohon Ayori dari pagi hingga sore. Mereka memastikan agar para ‘leluhur’ punya amponuai (tempat untuk hidup dan berkembang biak) yang nyaman.
3
Mereka bekerjasama, berusaha kuat untuk melestarikan Burung Cendrawasih. Konon, seekor cenderawasih hidup dihargai empat hingga lima ratus ribu rupiah. Jika diawetkan, harganya bisa dua kali lipat. Siapa yang tidak tergiur? Bahkan, teman-teman Pak Marthen pun mengaku sempat tergiur. Untunglah, kepercayaaan akan leluhur menjaga mereka agar tidak jauh dari laut dan kebun sebagai sumber mata pencaharian. Usaha kelompok ini tidak sia-sia. Selain populasi burung cenderawasih tetap terjaga, beberapa pihak dan lembaga yang menaruh perhatian pada kelestarian satwa khas Indonesia pun mengganjar mereka dengan pengakuan dan penghargaan.
4
Teori Yang Terkait Kategori kelompok Preskriptif
Pada kasus tersebut kelompok preskriptif John F.Cragan dan David (1980:45) yang menyatakan bahwa Kategori preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya berada dalam kasus itu. Mereka mempunyai rincian langkah- langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan yang sama salah satunya dengan berjaga bergantian pohon ayori, sarang burung cendrawasih.
5
Kasus ini sudah lama terjadi, banyak orang- orang yang mengincar burung cendrawasih untuk mendapat keuntungan pribadi. Hal ini membuat masyarakat asli yang tinggal di daerah papua tersebut khawatir. Tetapi kelompok ini berusaha untuk menjaga dan berusaha untuk melestarikan satwa khas Indonesia itu.
6
Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok
A. Faktor Situasional A.1 Ukuran kelompok Mengacu pada McDavid dan Harari (1974:320), Bila tugas memerlukan kegiatan yang besar, maka diperlukan jumlah kelompok yang besar pula. Lebih banyak kepala lebih baik. Itu yang terjadi pada kelompok pelestarian ini. Semakin banyak anggota kelompok, semakin banyak pula yang ikut melestarikan satwa khas Indonesia ini.
7
A.2 Kohesi Kelompok Kohesi kelompok memiliki semangat kelompok yang tinggi, hubungan interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins dan Raven, 1964). Kohesi diukur dari 1) ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain. 2) ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok dan 3) sejauhmana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (McDavid dan Harari, )
8
KESIMPULAN Orang-orang yang sudah memiliki hubungan erat ditambah dengan adanya tujuan yang sama pula. Akan menjadikan sebah kelompok yang akan memiliki pemikiran dan tujuan yang sama.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.